Follow Us @soratemplates

Wednesday, March 30, 2011

Syukur

March 30, 2011 0 Comments
Hari baru, semangat baru....
Kadang kita selalu mengeluh dan mengeluh dalam menjalani hidup ini.  Kita tak pernah bersyukur atas apa yang Allah telah berikan pada kita.  Kita sering merasa kurang dan kurang.  Selalu ada seribu tanya kenapa dan kenapa?  Padahal sebenarnya, nikmat Allah itu begitu luas.  Kita tak kan bisa untuk menghitungnya.  Maka seharusnya, kita patut mempertanyakan pada diri kita sendiri, nikmat yang manakah yang pantas kita dustakan???
Lihatlah diri kita sendiri, tubuh yang Allah anugerahi pada kita begitu sempurna.  Setiap hari kita menghirup udara yang Allah berikan secara cuma-cuma.  Allah tak pernah meminta imbalan dari semua itu.  Namun, sudah sepantasnya kita berterima kasih atas apa yang Allah berikan pada kita.
Jadilah manusia yang pandai bersyukur.....:)

Tuesday, March 29, 2011

Air mata

March 29, 2011 0 Comments

Air mata bagi wanita bukanlah simbol kelemahan, melainkan air mata kehidupan yang merupakan curahan perasaan yang tak kan pernah bisa terungkap lewat kata maupun sikap.
Tangisan bukanlah sesuatu yang dianggap cengeng ataupun lemah.  Karena sebenarnya, bagi seorang wanita yang dianugerahi hati yang lembut oleh Allah SWT, tak kan tega melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kelembutan hatinya.  Kadang ia bisa memberontak melawan ketidakseimbangan yang terjadi, namun kadang ia tak mampu tuk berucap dan bertindak tanda tak setuju.  Dan hanya tangisan yang bisa menyampaikan pesan tersirat yang hanya dimengerti oleh hati nan tulus dan suci.  Hati hanya bisa disentuh oleh hati lagi.

Tuesday, March 8, 2011

Pudarnya Arti dan Makna Pendidikan

March 08, 2011 0 Comments

Mendidik anak itu gampang-gampang susah.  Susah, kalau kita terus mengeluh.  Gampang, kalau kita terus belajar menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan mendidik anak.  Jangan sampai terbesit dalam pikiran kita kalau mendidik anak itu dari dulu sampai dengan sekarang sama saja.  Kita harus sadar bahwa setiap orang terlahir dengan kelebihannya masing-masing, begitupun anak-anak.  Dari masa ke masa dunia berubah, tak ketinggalan anak-anak pun.  Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan anak-anak yang tumbuh dalam tekanan orangtua mereka.  Anak-anak tak lagi diberikan kesempatan untuk merasakan hidup dalam dunianya sendiri.  Mereka bagaikan wayang-wayang yang digerakkan oleh sang dalang.  Tak ada pendapat, tak ada keinginan yang tercapai, tak ada kebahagian yang membuatnya bisa tersenyum pada dunia.  Muncul pertanyaan, kenapa hal itu terjadi?
Sebagai manusia, kita diciptakan oleh Allah SWT dengan sangat sempurna.  Semua bagian tubuh ini memiliki peran tersendiri dan saling berhubungan.  Tak heran kalau dari masa ke masa para pemikir begitu tertarik dengan sosok manusia sebagai bahan penelitian mereka, baik itu fisiknya maupun jiwa dan pikirannya.  Hali itu banyak dilakukan karena sampai saat ini masih belum terkuak semua rahasia tentang manusia. 
Berdasarkan hal itu, kita harus sadar bahwa setiap manusia memiliki keunikan sendiri-sendiri.  Tidak ada alasan bagi kita untuk meremehken orang lain, bahkan anak kecil sekali pun.  Mereka bukanlah orang dewasa mini.  Mereka bukanlah miniatur orangtuanya.  Mereka itu ialah diri mereka sendiri.  Kadangkala kita sering berpikiran bahwa anak itu harus seperti orangtuanya.  Kalau orangtuanya dokter, maka anaknya pun harus jadi dokter.  Kalau orangtuanya pengusaha, anaknya pun harus jadi pengusaha.  Kalau orangtuanya pintar dalam hal eksak (hitungan), anaknya pun harus pintar matematika.  Sungguh dangkal otak kita kalau berpikiran seperti itu.  Kita jangan menutup mata dan telinga kita, kalau banyak sekali anak yang terpaksa datang ke sekolah.  Fisik mereka boleh jadi ada di kelas, tapi jiwa dan hati mereka entah berada dimana. 
Banyak Anak-anak yang haus akan kasih sayang.  Anak-anak yang tak tahu kepada siapa mereka harus menceritakan semua yang ia rasakan.  Kadang orangtua dan guru hanyalah sebagai orang dewasa yang hanya mampu menghukum dan memarahi mereka.  Meraka anggap orangtua dan guru sebagai musuh dan bahkan monster yang menakutkan.
Sebenarnya, para orangtua dan pendidik harus berbimbing tangan mencari jalan keluar agar anak-anak  tidak tersesat dalam jalan kehidupan yang suram.  Bukan untuk saling menyalahkan dan mencari kambing hitam dari permasalahan ini. Karena kalau kita mencari siapa yang salah, maka yang paling salah adalah mereka berdua sebagai orang dewasa yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya.  Jangan pernah menyalahkan lingkungan, karena ketika benteng dalam diri yang dibangun dari kepercayaan orangtua dan guru, maka godaan dan rintangan yang datang dari lingkungan akan mudah dihindari oleh setiap anak. 


Bukankah kita semua tahu kalau rumah dan khususnya ibu adalah sekolah yang pertama bagi anak-anaknya.  Itu artinya, jika kita ingin punya anak yang baik, nurut, tidak banyak ulah, maka orangtuanya dulu yang harus baik.  Jangan bermimpi punya anak yang rajin baca, kalau ibunya lebih hobi nonton sinetron, daripada baca buku.  Jangan bermimpi anak kita akan sayang kepada kita , kalau kita ajarkan mereka dengan kekerasan.  Jangan pernah mengharap seekor kucing Persia yang lucu dari seekor induk kucing hutan. 
Ibu adalah panutan bagi anak-anaknya.  Begitupun seorang ayah.  Sosok ayah adalah sosok yang harus menjadi idola bagi anak-anaknya.  Tentu saja seorang ayah haruslah menjadi pribadi yang tegas namun penuh kasih sayang.  Ayah yang baik bukanlah ayah yang hanya pandai memarahi dan membentak anak-anaknya.  Ayah yang baik bukanlah ayah yang hanya suka memerintah dan mendikte anak-anaknya.  Ayah yang baik adalah ayah yang pandai memberi teladan dan cermat dalam memperbaiki kesalahan anak-anaknya. 
Ayah dan Ibu, kedua figure yang senantiasa harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.  Harus menjadi idola dan harus menjadi sahabat terbaik bagi anak-anaknya, tempat mencurahkan semua rasa dan asa mereka.
Selain di rumah tentunya saja, seorang anak pasti berhubungan dengan dunia sekolah.  Bahkan tidak sedikit anak-anak yang hampir setengah dari hidupnya setiap hari ia habiskan di sekolah.  Untuk itu, sosok seorang guru merupakan sosok yang harus menjadi teman dan sahabat dalam kehidupan mereka. 
Jika kita cermati sekarang ini, banyak para pendidik yang mengesampingkan unsur psikologis anak.  Yang tepenting bagi mereka ialah tuntutan dari orang yang berpengaruh telah dikerjakan.  Banyak sekolah yang bukan lagi menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap insan untuk meraih kesuksesan.  Sekolah hanyalah sebuah bangunan yang didalamya banyak orang dewasa yang memaksakan keinginannya dengan beribu aturan, tuntutan dan ancaman.  Melanggar berarti mendapat hukuman.  Tidak sedikit yang akhirnya melakukan kekerasan,baik itu kekerasan fisik ataupun psikis. 
Seorang anak mungkin tidak ada yang berani untuk melawan atau bicara, namun hatinya menjerit.  Orang dewasa menganggap dirinya lebih dari tahu segalanya, lebih berpengalaman, lebih senior bla bla bla….yang sebenarnya hal tersebut akan membuat anak-anak mereka tersakiti hatinya.

Secondhand Serenade

March 08, 2011 0 Comments

The girl like you is impossible to find....

Kata-kata di lagu "Fall for You - Secondhand Serenade tersebut begitu dalam.  Kalau kita tengok keadaan sekarang ini, banyak wanita yang begitu ingin seperti wanita lain.  Ia ingin secantik para model iklan di televisi, ia ingin seseksi para artis yang setiap hari muncul di layar kaca.  Dengan berbagai cara, mereka lakukan agar mereka bisa sama dengan para idolanya.  Mereka beli produk-produk kecantikan mulai harga puluhan ribu sampai jutaan rupiah, dengan satu alasan, agar terlihat cantik.  Apakah itu salah???
Tentu saja tidak seratus persen salah, namun, akan lebih baik kalau kita tidak hanya mencari kecantikan fisik namun juga cantik hati dan otak.
Makanya tidak salah kalau ada ungkapan kalau sekarang itu sangat gampang untuk mencari wanita yang cantik fisik namun sulit untuk mencari wanita yang cantik hati.  Rasanya sulit untuk mencari wanita yang "limited edition".  Sulit rasanya mencari wanita yang masih kuat pada prinsip keislamannya.  Terlalu mudah kita cari wanita yang memamerkan auratnya, terlalu mudah kita menemukan wanita yang dengan gampang bercipika-cipika dengan lawan jenis.
Betapa senangnya ketika ada seseorang yang mengungkapkan pada kita,"the girl like you is impossible to find", dengan alasan karena kita wanita yang berbeda dengan orang lain, yang tidak hanya cantik fisik namun juga cantik hati dan otak.  Yang bisa membuat orang lain nyaman berada di dekat kita.  Kita bisa menjadi pelita dalam kegelapan, kita bisa menjadi air segar dalam kedahagaan, kita bisa menjadi obat dari rasa sakit, kita bisa membuat orang lain tersenyum dan bahagia.
"Be the limited edition girl:)"

Life is an Advanture

March 08, 2011 0 Comments

I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

I think it's the best advertisement that I've ever seen.  There's no words to underestimate the others one. It can motivate us to be stand up with our feet.  To be ourselves and proud of us.  If everyone can understand these words, I think they feel ashamed.  Because there are many people who don't believe in themselves now.  Why can it happen? I think, when they were child, their parents didn't teach them to be the great people.  They are always in "comfortable zone". 
Two thumbs for this advertisment.....:)

Pendidikan Integral: Sekolah, Rumah, dan Masyarakat

March 08, 2011 0 Comments

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di zaman modern sekarang ini.  Kenapa? Ya , kalau kita perhatikan, orang akan akan lebih dihormati apabila ia berpendidikan tinggi.  Dan untuk sebagian orang, mereka akan merasa lebih pede kalau sudah menjadi sarjana, walaupun hanya sekedar gelar tanpa kemampuan sedikit pun.  Kita tidak bisa menutup mata kalau selama ini banyak lulusan universitas baik itu negeri maupun swasta yang ujung-ujungnya hanya kesana kemari menenteng ijazah mencari lowongan pekerjaan.  Jika tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, mereka akhirnya hanya sebagai pengangguran tanpa makna dan hidup dalam keadaan tertekan (stress).  Apa sebenarnya yang terjadi di negeri kita ini? Padahal bukankah kita bersekolah untuk menjadi lebih baik.  Jadi apa solusi dari permasalahan yang sebenarnya sudah kita rasakan sejak lama ini. 
Sebenarnya kita sudah tahu jawaban dari ini semua, namun sering kita tak paham dan tak mau paham dengan permasalahan ini.  Solusi yang terbaik ialah dengan menerapkan system pendidikan integral, antara rumah, sekolah dan lingkungan.
 Apa itu integral?  Berdasarkan kamus Inggris Indonesia (M. Echols, John&Hasan Shadily), integral berarti lengkap atau utuh.  Jadi maksud dari pendidikan integral ialah adanya pendidikan yang utuh (lengkap) antara sekolah, rumah dan masyarakat.
Timbul pertanyaan, mengapa mesti ada pendidikan yang lengkap? Apa hubungan antara sekolah, rumah dan masyarakat?
Mari kita bahas satu persatu.  Sekolah, merupakan suatu tempat dimana setiap pribadi belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum paham menjadi paham, dari salah menjadi benar.  Kenapa disini saya menulis setiap pribadi bukan murid?  Ya, karena saya pikir dalam kegiatan belajar dan mengajar bukan hanya murid yang mendapat tambahan ilmu tetapi juga para pendidik (guru).  Mungkin selama ini sebagian orang berpikir bahwa sekolah ialah tempat dimana anak-anaknya bisa menuntut ilmu pengetahuan menjadi orang yang pintar dan ujung-ujungnya bisa mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar kelak.  Sehingga yang terjadi saat ini, para siswa cenderung ‘mengejar target’ dari orangtuanya dengan menghalalkan segala cara.  Mereka menghalalkan menyontek, berbohong pada guru, dan sebagainya.  Hal ini mereka lakukan, karena apabila nilai mereka jelek, orangtua akan memarahi mereka dan mengatakan kalau masa depan mereka akan jelek jika nilai matematika, IPA, IPS dan bahasa Inggris jelek.  Sehingga kemarahan orangtua bagai murka seorang raja kepada rakyatnya.
Hal ini sangat menyedihkan karena kita terlalu dangkal memaknai kecerdasan dan kesuksesan.  Kita harus banyak belajar tentang itu semua sehingga kita tidak ‘menyakiti’ hati anak-anak.  Pendidikan ialah proses memanusiakan manusia.  Dengan pendidikan kita akan semakin tahu siapa aku, darimana asalku, dan untuk apa aku ada.
Pendidikan sekolah seharusnya menjadikan anak merasa nyaman untuk mempelajari apa yang mereka inginkan dan cintai bukan mempelajari apa yang dipaksakan kepada mereka  Saya ingat sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris “Possible things is usual, usual thing is forced or loved”, yang mempunyai makna, bisa itu karena biasa, biasa itu karena terpakasa atau mencintai.  Jangan paksa anak-anak kita untuk menjadi apa yang kita inginkan, tapi biarlah mereka menjadi apa yang mereka inginkan dan berikan kepercayaan kepada mereka.  Mempercayai mereka dan membiarkannya menemukan jawaban dari mereka sendiri merupakan dua hadiah paling besar yang kita berikan untuk mereka.  Kita sebagai guru berusaha mengawasi dan memberikan arahan agar mereka tidak salah jalan. 
Yang kedua, ialah Pendidikan Rumah.  Inilah sebenarnya asal mula seseorang mengetahui siapa dirinya.  Rumah, terutama seorang ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi setiap insan.  Kita bisa melihat dan mengamati baik tidaknya seseorang, dari pendidikan di keluarganya.  Banyak kasus yang terjadi sekarang ini, kenakalan anak-anak di sekolah disebabkan karena mereka kurang perhatian dari orangtuanya.  Orangtua mereka jarang atau bahkan tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian yang sebenarnya.  Orangtua hanya memberikan kasih sayang semu.  Mereka berpikir telah memberikan perhatiannya, karena telah memberikan materi yang lebih kepada anak-anaknya.  Sehingga mereka didik anak-anak mereka dengan uang, yang pada akhirnya anak-anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hedonis.
Tapi, kadang para orangtua tidak sadar.  Ketika anak mereka melakukan penyimpangan.  Yang pertama disalahkan ialah pihak sekolah terutama guru.  Mereka berpendapat, guru di sekolah tidak mendidik mereka dengan baik.  Padahal, kalau kita perhatikan, kuantitas waktu lebih banyak di rumah dibandingkan dengan di sekolah.  Dan yang paling terpenting sebenarnya, orangtua seharusnya lebih dekat dengan anak.  Kedekatan emosional yang terjalin anatara orangtua dan anak  merupakan hal yang terpenting untuk mencetak anak-anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual.  Orangtua haruslah  menjadi teladan dan tempat mencurahkan setiap rasa bahagia dan sedih bagi anak-anaknya.  Anak harus merasakan rumahnya ialah tempatnya belajar tentang indahnya hidup.  Bukan sebaliknya, yang dirasakan oleh sebagian anak-anak sekarang ini, rumah hanya dijadikan seperti ‘hotel’.  Hanya tempat tidur dan makan.  Tidak ada sapaan manis dari ayah, tidak ada belaian lembut seorang ibu, dan tidak ada senda gurau antara orangtua dan anak-anak.  Jadikan rumah kita bukan sekedar ‘house’ tapi ‘home’.  Artinya rumah bukan sekedar fisiknya saja, tetapi perasaan nyaman dapat kita rasakan disitu. 
Jangan mengaharap anak-anak mencintai kita sepenuh hati, jika kita tidak mengajarkan cinta kepada mereka.  Jangan mengharapkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang santun, jika kita pernah memberikan teladan kesopanan.  Jangan harapkan mereka akan selalu mengingat kita, jika kita tidak pernah memberikan waktu kita untuk mereka.  Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris, “like father, like son” atau dalam bahasa Indonesia pun ada pepatah yang menyebutkan, “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.” Jadi, jika kita ingin anak-anak kita baik, maka kita dahulu yang harus baik.  Jika kita ingin anak-anak kita menjadi manusia berakhlak baik, kita dahulu yang harus memiliki akhlak yang baik.  Warisan yang paling berharga dari para orangtua, bukanlah harta yang tak akan pernah habis atau jabatan yang tinggi.  Tapi, pendidikanlah yang merupakan warisan paling berharga yang tetap berguna sepanjang masa.  Berikan kail berupa pendidikan kepada anak-anak kita untuk memacing kekayaannya sendiri. 
Yang ketiga ialah pendidikan di lingkungan.  Ini pun tak kalah pentingnya.  Karena sebagai makhluk sosial, kita senantiasa harus berhubungan dengan lingkungan sekitar.  Dan ketika berada di lingkungan, sangatlah wajar jika kita mendapatkan hal-hal yang tidak semuanya sesuai dengan keinginan kita.  Karena sebenarnya, lingkungan ialah sekolah yang sebenarnya.  Anak-anak bisa belajar secara langsung dari lingkungan.  Dan apa yang mereka pelajari secara langsung akan cepat terpatri dalam pikran mereka dan terekam terus sehingga sulit untuk dilupakan.  Untuk itu, jika lingkungannya baik, maka akan sangat mendukung untuk kebaikan si anak.  Namun, jika lingkungannya kurang mendukung untuk tumbuh kembang si anak, maka akan sangat mungkin hal itu akan menjadi parasit perusak otak dan virus pembunuh jiwa bagi anak-anak kita.
Mungkin kita sering mendengar, bagaimana lingkungan bisa merubah perilaku seseorang.  Anak yang baik jika setiap hari berada di lingkungan yang tidak baik, maka secara cepat atau lambat, anak tersebut akan menjadi tidak baik. 
Untuk itu peran semua pihak merupakan hal yang paling penting untuk menciptakan pribadi-pribadi yang terpelajar dan terdidik.  Kita tidak bisa saling menyalahkan, ini salah siapa?  Yang terpenting bagi kita sekarang ialah bagaiman menciptakan suasana belajar yang kondusif.  Tidak menumpahkan semua kewajiban kepada pihak sekolah, ataupun menyalahkan pihak orangtua 100 %, dan bahkan mengkambinghitamkan kekejaman lingkungan.  Kita semua punya andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Kita tahu bahwa itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Mengubah pola pikir yang sudah terpatri dalam otak seseorang, bukanlah hal yang mudah.  Namun kita harus yakin, kalau tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.  Setiap hal itu mungkin, jika kita yakin kita bisa.  Ketika kita pesimis dengan apa yang kita perbuat, maka jangan harap kita akan berhasil. 
Kita harus bangkit dari keterpurukan yang selama ini dirasakan dalam dunia pendidikan.  Kita jangan mau menjadi orang kedua di negeri sendiri.  Kita mempunyai tugas masing-masing untuk memajukan pendidikan di Negara kita ini.  Jika kita seorang guru, jadilah guru yang baik.  Guru yang tidak hanya sebagai alat untuk mentransfer ilmu saja.  Guru harus bersikap sebagai motivator dan fasilitator bagi para siswanya.  Jika kita sebagai orangtua, jadilah orangtua yang bijak.  Orangtua yang bisa memahami kelebihan dan kekurangan anak-anaknya.  Jadilah orangua yang menyenangkan bagi anak-anaknya, yang bisa menjadi teman, sahabat dan bagian dari hidupnya.  Jika kita sebagai siswa, jadilah siswa yang cerdas.  Cerdas mengolah rasa, mengasah pikir dan menata perilaku.  Jadilah siswa yang tidak hanya cerdas secara intelegensi, tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual.  Jika kita sebagai masyarakat, jadilah masyarakat yang bijak.  Masyarakat yang bisa mendorong kemajuan pendidikan, bekerjasama dengan orangtua dan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan memberi teladan bagi anak-anak.
Jika semua pihak telah bersikap dan berperilaku sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, maka sangatlah mungkin kualitas pendidikan  di Negara kita akan lebih baik dan lebih maju.  Kita akan mampu mencetak tunas-tunas bangsa yang memiliki kecerdasan intektual, emosional, dan spiritual.  Sehingga tidak akan ada orang yang pintar secara akademik namun bodoh dalam akhlak dan keimanan.  Ketika masyarakat kita sudah cerdas, itu artinya kita akan siap bersaing denganNegara-negara lain.  Kita tidak akan lagi menjadi bangsa peniru dan pengikut bangsa lain.  Kita akan menjadi bangsa yang bangga akan Negara kita sendiri.  

Peran Muslimah Era Kini

March 08, 2011 0 Comments

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah…” (HR. Muslim)
“Maju tidaknya suatu bangsa bisa dilihat dari bagaimana sikap wanitanya.”
“Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.”
Itu semua ungkapan yang sangat menyanjung para wanita.  Saya sebagai seorang wanita pun merasa tersanjung dan termotivasi ketika membaca beberapa ungkapan ini.  Bahkan, Allah SWT begitu mencintai makhluk yang bernama wanita ini, salah satunya ialah kita bisa lihat didalam Al-Qur’an ada surat An-Nisaa.
Tapi, apakah para wanita sudah menyadari bahwa diri mereka begitu dicintai dan di sanjung? Karena, yang terjadi sekarang ini.  Kita kadang tidak sadar akan kodrat kita sebagai wanita.
Wanita dicipta untuk disayang.  Tapi, apakah kita sudah pantas untuk disayang?
Wanita dicipta untuk dilindungi. Tapi apakah kita sudah siap untuk selalu di lindungi?
Wanita dicipta untuk dihormati.  Tapi apakah kita sudah layak untuk dihormati?
Mari kita renungkan sama-sama….
Seorang wanita yang kelak akan menjadi seorang ibu, harus bisa menjadi panutan bagi anak-anaknya kelak.  Sepengetahuan saya, tidak ada universitas di dunia ini yang memiliki jurusan keluarga dengan program studi ibu rumah tangga.  Tapi, kenapa para ibu bisa mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang meski tidak sekolah dulu dan bukan sarjana ibu rumah tangga.  Ratusan juta perempuan di dunia telah mendidik anak-anaknya dengan naluri kasih sayang seorang ibu.
Meskipun akhir-akhir ini sering kita mendengar dan melihat, ada ibu yang rela meninggalkan anak-anaknya selama berhari-hari, ada yang menjual anak kandungnya sendiri, dan bahkan ada yang tega membunuh permata hatinya.  Itu semua rata-rata hanya karena masalah ekonomi keluarga dan kurangnya keimanan seseorang.  Ironis memang, ketika seorang ibu sudah tidak bisa lagi menjadi tempat anak-anak berbagi kasih dan sayangnya. 
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Setiap kehidupan dimulai dari lahirnya sosok tubuh mungil dari dalam rahim seorang ibu, dan bayi kecil mungil ini yang apabila ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi seorang laki-laki, maka ia kelak akan menjadi seorang pemimpin keluarga.  Dan apabila ia ditakdirkan oleh Allah menjadi seorang wanita, maka ia kelak akan menjadi seorang ibu, yang mungkin ia pun kelak akan merasakan bagaimana indahnya melahirkan titipan Allah ini.
Ketika bayi wanita mungil itu terlahir ke dunia, ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih dan sayang, cinta dan rasa hormat, maka ia kelak akan menjadi sosok wanita yang disegani, dihormati dan di sayang  oleh sesama.  Tapi, apabila ia dibesarkan dalam suasana yang keras, kejam dan tidak bermoral, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang jauh dari lemah lembut.
Jika setiap wanita mempersiapkan untuk menjadi wanita yang baik sejak dini.  Kelak ketika ia dewasa ia akan menjadi wanita yang baik pula.  Ketika rahimnya menyimpan amanah dari Allah, maka amanah yang dititipkannya itu akan baik pula.
Kita pun sering mendengar ungkapan-ungkapan negative tentang wanita. Diantaranya:
“Wanita racun dunia”
Kita mungkin tidak harus langsung naik pitam atau menjadi emosi.  Namun, kita ambil hikmah dan pelajaran dari ungkapan ‘iseng’ yang mencoreng nama baik wanita.   
Apabila kita perhatikan dibelakang laki-laki yang sukses, pasti dibelakangnya ada wanita yang hebat, baik itu istri maupun ibunya.  Dan sebaliknya, seorang laki-laki bisa hancur hanya karena wanita.  Kita bisa melihat sedikit kebelakang, Nabi Adam a.s. akhirnya keluar dari surga hanya karena bujuk rayu istrinya yang terhasut godaan syetan. 
Untuk itu marilah kita sedikit mengenal karakter wanita.  Wanita lebih mengedepankan emosi daripada logikanya.  Benarkah?
Menurut Ensiklopedia Mukjizat AlQur’an dan Hadits, Otak pria dan wanita memiliki perbedaan dari segi sisi susunan dan fungsinya.  Dalam otak wanita, terdapat materi yang kelabu dan tampak tebal atau yang lebih dikenal dengan wilayah “lapisan yang baru” dari otak.  Wilayah ini memiliki peran yang berhubungan dengan perasaan, gerakan, dan bahasa.  Adapaun pada pria, materi yang kelabu terfokus pada lapisan wilayah daya ingat (IQ) dan keputusan untuk merespon kinerja mata dan telinga yang berasal dari otak (ethorinal cortex).
Dari situ kita bisa mengambil kesimpulan, mengapa selama ini, wanita lebih mengedapankan perasaan daripada logika.  Wanita lebih cerdas dalam hal berkomunikasi dibanding dengan pria.  Untuk itu, biasanya wanita lebih cekatan dalam merangkai kata sehingga membuat orang tertarik untuk mendengarkannya.
Namun, kelebihan yang Allah berikan ini malah membuat wanita lupa diri dan akhirnya menjadikan kelebihannya itu sebagai boomerang bagi dirinya sendiri.  Seringkali terjadi di masyarakat kita, wanita yang rela mengorbankan auratnya dilihat oleh orang lain hanya dengan alasan untuk mencari nafkah.  Mereka dengan berpakaian seksi menawarkan berbabagai macam produk dengan rayuan mautnya.  Sehingga orang-orang tertarik untuk membelinya.  Bahkan tidak hanya sampai disitu, mereka merelakan tubuh mereka disentuh oleh tangan-tangan jahil para lelaki hidung belang.
Tapi kalau sudah terjadi pelecehan, mereka langsung menyalahkan kaum lelaki.  Dalam hal ini bukannya saya memihak kaum lelaki.  Tetapi mari kita perhatikan dengan seksama, hormone testosteron (hormone yang punya kaitan erat dengan sikap agresif dan juga sebagai pengatur libido) yang terdapat pada laki-laki enam kali lebih banyak dibanding pada wanita. Itulah sebabnya laki-laki jauh lebih terobsesi terhadap seks daripada wanita.  Oleh karena itu, ketika laki-laki melihat wanita, jangankan yang serba kekurangan bahan (terbuka) ataupun yang serba tertutup, tetap saja mereka akan dengan mudah tergoda. 
Kita sebagai wanita, tentunya tidak ingin dijadikan ‘komoditas’ untuk memenuhi nafsu mereka.  Untuk itu kalau kita ingin dihormati oleh orang lain khususnya lawan jenis, kita harus menghormati diri kita sendiri.  Janganlah kita mengobral aurat yang tidak sepantasnya dilihat oleh orang lain.  Bukankah sudah jelas dalam Al-Quran tentang kewajiban menutup aurat.
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kaki-nya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (Q.S. An-Nuur: 31)
Sebenarnya sudah jelas sekali dalam ayat tersebut, kalau setiap wanita diwajibkan untuk menutup aurat.  Tapi kenapa masih banyak wanita yang menyepelekan perintah tersebut.  Dengan seribu alasan, mulai dari alasan pekerjaan sampai takut rambutnya menjadi rusak atau rontok (kalau anak muda zaman sekarang bilang alasan geje alias nggak jelas).  Mereka biasanya berkilah yang terpenting ialah menjilbabi hati dulu sebelum menutup aurat.  Padahal sebenarnya dengan kita menutup aurat, kita akan berusaha untuk memiliki perilaku yang sesuai dengan apa yang disyariatkan.  Pakaian yang kita gunakan akan menjadi benteng bagi kita untuk tetap menjaga ucap dan tingkah laku kita sehari-hari. 
Tapi, memang bukan hal yang mudah untuk mengubah paradigma berpikir para wanita yang selama ini begitu mudahnya terpengaruh budaya barat lewat acara-acara dari media elektronik.  Sebagian wanita menjadikan tontonan menjadi tuntunan.  Dan menjadikan tuntunan hanya sekedar tontonan.
Ironis memang, seorang wanita yang merupakan tonggak utama terbentuknya generasi yang lebih baik justru malah menjadikan dirinya sendiri jauh dari teladan yang baik untuk ditiru.  Sebagian wanita berlomba-lomba untuk mempercantik fisik dengan kosmetik mulai dari harga puluhan ribu sampai puluhan juta.  Mereka seakan tidak pede ketika keluar rumah tanpa kosmetik. 
Hal tersebut bukanlah salah, namun kurang tepat penempatannya.  Sebagai wanita, cantik itu harus, supaya oranglain nyaman berada didekat kita.  Namun yang lebih penting dari itu semua ialah cantik hati atau yang lebih trend dengan sebutan inner beauty.  Tapi sayang, banyak orang yang salah mengartikan inner beauty itu.  Mereka pikir dengan melakukan totok wajah, maka aura kecantikannya (mereka menyebutnya inner beauty) akan muncul.  Padahal kalau kita telaah lebih jauh, kecantikan dari dalam itu lebih akan muncul apabila kita melakukan hal-hal yang positive, mulai dari membuang semua prasangka buruk, membiasakan berucap yang baik-baik, dan berperilaku sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 
Kecantikan yang paling abadi bukanlah kecantikan fisik yang kita bawa sejak lahir ataupun kecantikan karena make up yang membingkai wajah kita, namun senyuman yang selalu menghias dari bibir kita.  Ternyata tidaklah sulit dan mahal untuk menjadi cantik.  Hanya saja para wanita seringkali keliru dalam memaknai sebuah kecantikan.  Sampai-sampai kita melupakan kecantikan yang sebenarnya. 
Hidup kita terlalu singkat jikalau hanya digunakan untuk memikiran hal-hal yang tidak penting dan tidak untuk peningkatan keimanan kita.  Wanita yang hebat ialah wanita yang mampu menjadi pelopor kemajuan baik itu dalam keluarga maupun masyarakat.
Wanita muslim atau kita biasa sebut dengan muslimah haruslah mampu memiliki kecerdasan intelektual (IQ), keceradasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).  Ketiga hal itu haruslah terus terpatri dalam setiap diri muslimah. 
Kecerdasan Intelektual atau Intelligent Quotient (IQ) akan membantu setiap muslimah untuk bersaing diera globalisasi sekarang ini.  Para wanita muslimah harus mampu mensejajarkan diri dengan wanita lain di dunia. 
Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ) akan menjadikan muslimah pandai mengatur emosinya.  Ia akan mampu menempatkan diri dimana pun ia berada.  Jika ia sebagai anak ia akan menjadi seorang muslimah muda yang meghormati yang tua serta menyayangi yang muda. 
Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) akan membentengi setiap diri muslimah untuk tetap melakukan sesuatu karena rasa cinta kepada Allah bukan karena makhluk.  Dengan kecerdasan spiritual yang dimiliki, maka ia akan menjadi insan yang takut kepada Allah dengan janjiNya yang pasti. 
Wanita yang akan menjadi tonggak pembangunan negeri bukanlah wanita yang pandai berdandan dan bergosip ria.  Tetapi wanita yang dibutuhkan oleh bangsa kita sekarang ini ialah wanita yang memiliki tiga kecerdasan diatas, IQ, EQ dan SQ. 
Jadilah wanita sehebat Siti Aminah, ibunda Rasulullah SAW yang mendidik anaknya dengan belaian lembut kasih sayangnya.  Kita teladani beliau sebagai ibu yang senantiasa menjaga dirinya dalam kebaikan sehingga mampu mendidik puteranya dengan baik pula.  Jangan berharap kita mendapatkan anak yang baik, jika kita sendiri sebagai ibunya tidak memberi contoh yang baik. 
Jadilah wanita sekaya Siti Khadijah, istri Rasulullah SAW yang kaya raya namun tidak menjadikan dirinya sombong dengan hartanya.  Ia dengan ikhlas memberikan hartanya demi kamjuan agama Allah, subhanallah…
Jadilah wanita secerdas Siti ‘Aisyah, istri rasulullah SAW.  Meskipun usianya masih muda, namun beliau begitu cerdas dan mudah memahami tentang sesuatu hal.  Setiap hari baginya ialah menuntut ilmu dengan niat karena Allah ta’ala.
Jadilah wanita setegas Masyithoh, seorang wanita yang bekerja untuk seseorang yang menuhankan dirinya Fir’aun.  Namun keimanannya tak goyah meski di rayu oleh harta dan tahta.  Ia lebih memilih mati syahid daripada hidup dalam keadaan kafir. 
Jadilah wanita seikhlas Siti Hajar.  Ia mampu menerima semua cobaan dan ujian yang diberikan oleh Allah.  Ia rela ditinggalkan oleh suaminya yang sedang berperang di jalan Allah. 
Jadilah wanita semulia Fatimah Az-zahra, puteri Rasulullah.  Wanita yang memusatkan perhatiannya pada ibadah.  Ia tidak merasa besar kepala dengan kebesaran nama ayahnya.  Ia hidup dengan sederhana, tidak berlimpah harta meski ia seorang anak petinggi negeri. 
Sungguh luar biasa wanita-wanita tersebut.  Dalam hatinya sudah terpatri rasa cinta kepada Allah yang begitu tinggi.  Kesenangan duniawi sudah mereka lupakan demi menggapai kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.  Apakah kita mampu menjadi seperti mereka?
Insya Allah, jika kita memiliki keinginan yang kuat dengan usaha dan tentunya dengan terus berdo’a kepada Allah SWT, maka kita bisa belajar menjadi wanita-wanita yang dirindukan oleh syurga Allah.  Aamiin.