Follow Us @soratemplates

Wednesday, January 15, 2014

Review Penjaja Cerita Cinta

Tampak Depan
Tampak Belakang

Penulis           : @edi_akhiles
Penerbit         : DIVA Press, Yogyakarta
Cetakan 1      : Desember 2013
Tebal              : 192 halaman

Buku yang sepertinya sederhana, tapi isinya luar biasa. Ada beberapa kisah yang disajikan dengan mudah dicerna namun nilai moral yang tersirat sungguh luar biasa. Penulis yang sudah makan asam manis dalam dunia kepenulisan ini mampu membungkus kisah yang terlihat biasa dengan penuturan yang sangat renyah.
Buku Penjaja Cerita Cinta ini terdiri dari 15 cerita inspiratif. Cerita yang pertama diberi judul sama dengan judul buku ini, “Penjaja Cerita Cinta”. Cerita ini berisi tentang kisah Nyonya Srintil yang mengundang seseorang untuk menuturkan sebuah cerita. Nyonya Srintil memanggilnya Penjaja Cerita. Ia mengatakan kalau ia ingin mendengar sebuah cerita yang tidak biasa, cerita cinta yang mampu membuatnya terguncang.
Si Penjaja Cerita menceritakan sebuah kisah tentang kesetiaan, kerinduan, perpisahaan dan kenangan seorang gadis yang bernama Senja. Ia selalu merindukan senja demi menunggu kedatangan seseorang yang meninggalkannya saat senja.
Nyonya Srintil menginginkan akhir cerita yang bahagia. Namun, Si Penjaja Cerita tak pernah mau mengubah cerita. Cerita tentang Senja berkahir dengan kesedihan yang mendalam. Nyonya Srintil merasa cerita tentang Senja itu benar-benar mirip dengan dirinya. Karena alasan itulah Nyonya Srintil selalu berharap berakhir dengan bahagia.
Sebuah cerita yang luar biasa. Penulis menggunakan bahasa kiasan yang indah. Selain itu, cerita ini membuat pembaca penasaran dengan ending ceritanya.
Cerita yang kedua ialah “Love is Ketek”. Cerita ini membuat saya senyum-senyum sendiri. Tapi meskipun disajikan dengan kocak, namun ada pesan yang saya dapat. Bagaiamana sikap seorang wanita yang memang selalu menuntut untuk dipuja dan disanjung. Tak ada seorang wanita pun yang ingin tersakiti oleh pasangannya.
Cerita yang ketiga ialah “Cinta yang Tak Berkata-kata”. Cerita yang mengajarkan kita tentang cinta yang tidak hanya berdasar pada rasa, tapi juga logika. Penulis menuturkan bahwa setiap orang tidak hanya butuh cinta dalam kata-kata, tapi juga dalam bukti yang nyata. Kalau saya boleh bilang, ini cerita dalam banget.
Cerita yang keempat ialah “Dijual Murah Surga Seisinya”. Inilah kisah yang sangat jleb banget. Penulis menuturkan kisahnya bertemu dengan seorang tua yang mengajarkannya tentang sedekah. Penulis mencontohkan ketika kita memberika Rp. 1000,00 setiap Jumat, maka dalam satu tahun akan menjadi Rp. 2.784.000,00. Ada sebuah pertanyaan yang membuat saya sebagai pembaca tertegun, apa kita tidak malu memaksa ke surga hanya dengan harga yang kurang dari 3 juta rupiah? Saya yakin setelah membaca kisah ini, kita semua akan tertegun dan berpikir, apa kita sudah berbuat ‘sesuai’ dengan apa yang kita inginkan? Cerita yang luar biasa.
Cerita yang kelima adalah “Menggambar Tubuh Mama”. Cerita yang menggambarkan kesedihan seseorang yang mendalam karena ditinggal oleh ibunya. Ibunya yang meninggal secara tidak wajar membuatnya tidak bisa menerima kenyataan. Ia hanya bisa melukiskan tubuh ibunya untuk mengobati kerinduan itu.
Cerita yang keenam ialah “Secangkir Kopi untuk Tuhan”. Dalam bagian ini, penulis mengisahkan bagaimana perasaan kehilangan salah seorang pembalap muda berprestasi, Simoncelli. Penulis menggambarkan perasaan kehilangannya dengan mendoakan kepergian pembalap tersebut setelah sholat. Selain itu, ia pun menyimpan secangkir kopi yang ia bawa dari Sepang, di sebuah mesjid. Ia berdoa siapa pun boleh meminumnya. Dan jika bernilai pahala, maka ia meminta kebaikan pahala itu untuk Simoncelli.
Cerita yang ketujuh ialah “Tak Tunggu Balimu”. Dalam tulisan ini, penulis menceritakan kisah tentang dirinya yang suka dengan lagu dangdut koplo, ‘Tak Tunggu Balimu’. Penulis tidak peduli dengan stigma ndeso pada jenis musik seperti itu.
Cerita yang kedelapan ialah “Cinta Cantik”. Dalam cerita ini, penulis kembali menuturkan tentang cinta sejati. Cinta bukan hanya soal cantik. Cinta sejati itu sulit karena butuh perjuangan, kerja keras, pengorbanan, dan pengertian.
Cerita kesembilan ialah “Tamparan Tuhan”. Penulis menuturkan betapa selama ini kita sering ‘memanfaatkan’ sakit hati kita untuk membuat orang lain sakit hati. Pesan yang didapat dari kisah ini ialah sebenarnya apa yang kita lakukan akan kembali kepada kita.
Cerita yang kesepuluh ialah “Abah, I Love You”. Dalam bagian ini, penulis menceritakan pengalamannya. Ia bertutur atas semua rasa kekecewaannya ketika masih kanak-kanak dan remaja. Ia berpikir ayahnya tidak sayang kepadanya dengan memberikannya seabreg kedisiplinan. Ia merasa apa yang ia dapatkan tidak sama dengan anak-anak seumuran dengannya. Kerinduan akan kesenangan seperti halnya anak-anak yang lain tidak pernah ia rasakan. Namun, ketika penulis beranjak dewasa, ia baru sadar ternyata apa yang dilakukan oleh ayahnya begitu berharga. Ia bisa meraih apa yang orang lain tidak bisa meraihnya. Penulis bersyukur bisa mendapatkan didikan yang luar biasa dari ayah yang sangat luar biasa.
Cerita kesebelas ialah “Cerita Sebuah Kemaluan”. Judulnya cukup berani. Jika kita berpikir sempit, pastilah yang ada di pikiran kita ialah hal-hal yang negatif berbau mesum. Namun ketika dibaca dari awal hingga akhir, ternyata penulis menyampaikan sebuah pesan yang luar biasa. Penulis menjelaskan kenapa manusia hanya memiliki satu kemaluan dan kita selalu menjaga agar kemaluan kita tidak terlihat oleh orang lain.
Cerita yang keduabelas ialah “Munyuk!”. Cerita yang mengisahakan ketergaran, kesetiaan dan kelembutan hati seorang istri. Meski suaminya sudah memperlakukannya tidak baik, namun ia tetap memilih untuk mendoakan kebaikan bagi pendamping hidupnya. Ia tak peduli suaminya pernah mengatakan munyuk saja lebih cantik dari dirinya.
Cerita ketigabelas ialah “Lengking Hati Seorang Ibu yang Ditinggal Mati Anaknya”. Kisah tentang betapa besarnya cinta seorang Ibu. Penulis menggambarkan bagaimana kesedihan yang mendalam seorang ibu yang ditinggal mati oleh anaknya.
Cerita yang keempat belas ialah “Aku Bukan Batu!”. Pada bagian ini penulis mengisahkan tentang bagaimana perasaannya yang berkecamuk. Ia mempertanyakan tentang makna kekekalan dan hubungannya dengan keegoaan manusia. Terdapat konflik batin yang masih belum terpecahkan dalam diri penulis.
Cerita yang terakhir ialah “Six, Six, and God”. Cerita yang berisi tentang mindset. Dialog antara dua orang yang memberikan pelajaran bagi kita pembacanya, kalau mindset berhubungan erat dengan action. Mindset yang bagus lalu diikuti dengan bukti konkret, maka kita akan merasakan pengaruh yang luar biasa.
Lima belas cerita yang memberikan berjuta-juta rasa. Kita tidak hanya disuguhi kisah-kisah yang inspiratif. Tapi, kita diajak untuk belajar bagaiman menuturkan sebuah tema yang sederhana menjadi cerita yang menarik dengan bahasa yang tidak pasaran.

Meskipun terdapat beberapa kesalahan pengetikan, misalnya pada halaman 11, 43, 44, 58 dan 71. Tapi, itu tidak membuat buku ini kehilangan nilai positifnya. Menurut saya, buku ini wajib dibaca oleh siapapun yang ingin belajar bagaimana menyampai kata agar lebih bermakna.

No comments:

Post a Comment