Follow Us @soratemplates

Saturday, December 31, 2016

Resensi "Tentang Kamu"

December 31, 2016 0 Comments


Judul                     : Tentang Kamu
Penulis                  : Tere Liye
Penerbit                : Republika Penerbit
Tebal                     : 524 Halaman
Tahun Cetak         : Cetakan Ke-1, Oktober 2016

Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.

Cerita berawal dari tugas berat seorang pengacara, Zaman Zulkarnaen. Pria berdarah Indonesia yang diterima di sebuah firma hukum ternama di London, Thompson & Co. Zaman diberi tugas untuk mencari tahu ahli waris dari seorang wanita kaya yang meninggalkan harta warisan sebesar 1 miliar poundsterling atau sekitar 19 triliun rupiah.
Sri Ningsih, seorang wanita Indonesia berusia 70 tahun yang memegang paspor Inggris. Selama belasan terakhir tinggal di Panti Jompo di Paris. Ia pun memiliki izin menetap di Paris.
Hingga akhir hayatnya, belum ada seorang pun yang tinggal bersamanya mengetahui keluarga dekat Sri Ningsih. Bahkan para pengurus panti tempat ia tinggal sebelum menutup usia. Tapi, ada satu kunci yang menjadi pembuka tameng kisah kehidupan wanita luar biasa ini.
Aimee, seorang pengurus panti dititipi sebuah buku diary. Ada banyak tulisan yang bisa memecahkan sandi tersembunyi dari perjalanan hidup Sri Ningsih. Meskipun apa yang dituliskan tidak mudah untuk dipahami dan memberi jalan keluar dari kasus ini.
Pencarian diawali dari Pulau Bungin, tanah kelahiran Sri Ningsih. Zaman berhasil bertemu dengan Ode, sahabat kecil Sri Ningsih. Ia menguak tabir dari awal Sri Ningsih lahir.
Sri Ningsih, ‘gadis yang dikutuk’, sebuah sebutan yang melekat pada dirinya. Sebutan yang diberikan oleh ibu tirinya itu dihubungkan dengan kejadian kematian ibunya yang meninggal sesaat setelah melahirkan Sri Ningsih. Tidak hanya itu, kematian ayahnya ketika sedang melaut pun menjadi alasan sebutan itu. Ya, Nusi Maratta, ibu tirinya begitu murka dengan Sri Ningsih. Ia menganggap Nugroho, suaminya, meninggal karena memaksakan melaut dengan alasan ingin memberi hadiah sepasang sepatu untuk Sri Ningsih.
Sejak kematian ayahnya, Nusi Maratta memperlakukan Sri Ningsih dengan sangat tidak manusiawi. Sri Ningsih dipaksa bekerja seharian tanpa pernah memperhatikan kesehatannya. Tapi, Sri Ningsih tidak pernah memiliki keinginan untuk membenci ibu tirinya. Sebaliknya ia begitu patuh kepada ibu tirinya itu dan juga sayang kepada adik tirinya, Tilamuta. Hal itu terbukti ketika terjadi kebakaran di rumahnya. Tanpa ada rasa takut, ia berusaha menyelamatkan ibu tiri dan adiknya. Meskipun, ibu tirinya tidak bisa terselamatkan, namun Tilamuta berhasil di bawa keluar rumah.
Cukup sulit bagi Zaman untuk memecahkan kasus ini. Pencarian tidak berhenti di Pulau Bungin. Zaman masih harus berkeliling ke Surakarta, Jakarta, dan kembali ke London. Pencarian yang cukup jauh hingga ke Indonesia, ternyata kunci dari kisah kehidupan Sri Ningsih ada di London. Bahkan orang mengetahui semua kisah Sri Ningsih ialah tetangga Zaman sendiri, Rajendra Khan. Dari keluarga besar Rajendra Khan inilah, kehidupan keluarga Sri Ningsih terkuak. (hal. 301)
Sri Ningsih yang pada awalnya sudah putus asa dengan yang namanya cinta. Namun, seorang laki-laki Turki berhasil membuat wanita tegar ini jatuh cinta. Dengan perjuangan yang luar biasa Hakan Karim akhirnya mendapatkan tempat khusus di hati Sri Ningsih. Cinta Sri Ningsih pun berlabuh pada lelaki yang senantiasa mencintai dengan tulus.

Kisah Sri Ningsih ini benar-benar mengajarkan kita tentang arti sebuah perjuangan hidup dan cinta. Penulis mampu mengiring emosi pembaca. Tidak hanya itu, kita seakan-akan diajak ke masa silam. Ada pesan cinta dan semangat mengejar cita-cita dari novel ini.  

Tuesday, December 20, 2016

Apapun Paketnya, JNE Jasa Pengirimannya

December 20, 2016 0 Comments
Kirim oleh-oleh khas Bandung? Ke luar kota? Beda provinsi pula?
Ya, tepatnya 2 tahun lalu, aku mulai jatuh cinta pada JNE. Saat itu, aku harus mengirimkan beberapa jenis makanan khas Bandung. Aku benar-benar bingung harus memakai jasa pengiriman apa. Aku khawatir makanan yang dikirimi akan terbuang karena sudah rusak di perjalanan. Padahal, saat itu yang sedang kekinian di kota kembang adalah keripik pedas. Selain itu, ada beberapa jenis makanan khas Bandung yang memang mudah rapuh. Dan, rasanya ada yang kurang kalau sampai tidak mengirimkan itu semua. Mau tidak mau, aku harus berusaha untuk memasukkan makanan yang sedang benar-benar digandrungi orang banyak.

Aku pun mulai bertanya-tanya kepada beberapa orang tentang jasa pengiriman yang aman dan terpercaya . Karena masalahnya paket ini akan diberikan sebagai ucapan terima kasih untuk seseorang. Jadi, akan sangat tidak sopan kalau sampai aku mengirimkan barang yang sudah tidak layak. Selain itu, aku mencari jasa pengiriman yang tidak memakan waktu lama, karena yang aku kirimkan makanan. Jangan sampai ada makanan yang terbuang karena sudah melewati expired date. Akhirnya atas saran dari beberapa orang, aku pun menentukan pilihan kepada JNE.

Saat mengantar makanan ke kantor agen JNE di dekat rumah, aku masih agak sedikir ragu dan harap-harap cemas. Tapi, syukurlah setelah 3 hari, aku mendapat kabar kalau kiriman telah sampai dengan aman. Tidak ada sedikit pun yang rusak. Aku pun bisa menghela napas lega.
Ternyata JNE Express memang bisa dipercaya. Dan, akhir-akhir ini aku baru tahu, JNE sudah berusia 26 tahun. Dalam rangka ulang tahunnya yang ke-26, JNE telah menyelenggarakan Hari Bebas Ongkos Kirim (HARBOKIR) pada 26-27 November 2016.
Di usianya yang sudah lama malang melintang di jasa pengiriman, JNE selalu memiliki tempat khusus di hati para customer, salah satunya aku. Sampai saat ini, jasa pengiriman yang bisa bersahabat baik, ya JNE Express. Apapun paketnya, jasa pengiriman pasti JNE.

Cerita Baik bersama JNE



Wednesday, December 14, 2016

Cash? Masih Zaman?

December 14, 2016 0 Comments
Sumber: www.kompasiana.com


“Bagaimana, Mas, Mbak, jadi mau menjadi nasabah di asuransi kami?” tanya seorang agen asuransi dengan penuh harap.
“Maaf lho, Bu. Sebenarnya kami berdua sangat tertarik dengan program asuransi dari perusahaan Ibu. Tapi, ada satu hal yang masih mengganjal di hati kami,” jelas suamiku, “Kami kan mobilitasnya tinggi. Kami mungkin tidak akan tinggal di kota ini terus, selain itu karena kesibukan juga kami takut lupa untuk bayar asuransi. Nah, kalau seandainya perusahaan Ibu menggunakan auto-debet, pasti kami langsung eksekusi dari kemarin,” lanjut suamiku.

Itulah percakapan singkat antara suamiku dan seorang agen asuransi. Aku dan suami terkadang tidak habis pikir dengan sistem yang dijalankan oleh para perusahaan ataupun pengusaha yang masih bersifat konvensional. Padahal, kita semua sudah sangat tahu dengan perkembangan zaman yang semakin gadget-minded.
Jika dulu, orang terlihat kaya dan makmur ketika dompetnya tebal. Tapi, sekarang, sudah bukan zamannya lagi. Kepraktisan dan keamanan jauh lebih diperhitungkan. Saat ini, ketakutan orang sudah begitu tinggi. Dengan tingginya angka kriminalitas, keamanan menjadi sangat diperhitungkan. Karena alasan itulah, orang-orang sudah berpikir bagaimana agar ia bisa tetap wara-wiri sekehendak hati tanpa ketakutan akan uang yang dibawa.
Tidak hanya itu, sisi kemudahan pun menjadi hal yang dicari. Ketika kita membayar dengan uang cash, tidak jarang kita harus menyediakan waktu yang tidak sedikit untuk melakukan sebuah transaksi. Tapi, dengan fasilitas non tunai, semua bisa dilakukan hanya dengan hitungan detik.
Memang itulah salah satu alasan mengapa Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasioanal Non Tunai (GNTT) pada 14 Agustus 2014. Pemerintah ingin menciptakan masyarakat yang sadar akan manfaat lebih dari menggunakan fasilitas non tunai. Karena sudah saatnya kita menjadi bagian dari Less Cash Society (LCS). Manfaat yang didapat dari menggunakan non tunai memang begitu banyak, diantaranya: praktis dan aman, efisiensi biaya, memudahkan dalam menghitung aktivitas ekonomi, dan meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian (velocity of money).

Gerakan Nasional Non Tunai memang sudah saatnya diterapkan di negara ini. Apalagi orang-orang kita sudah semakin melek teknologi. Hal ini terbukti dari data yang menyebutkan Indonesia merupakan pelaku ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Dan, sebagai bagian dari peradaban modern, kita sudah seharusnya mengikuti perubahan zaman. Saat ini bukan lagi saatnya ber-riweuh ria dengan menenteng uang atau melakukan transaksi secara konvensional. So, kamu masih mau bayar cash nih? Memangnya masih zaman ya?   

Sunday, December 11, 2016

Pesan Cinta Dalam Sebuah Pustaka

December 11, 2016 0 Comments

Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Perpustakaan Kabupaten Jember. Meskipun tidak seluas dan selengkap perpustakaan di kota tempat tinggalku dulu, tapi menurutku tempat ini cukup representatif. Lokasi yang mudah diakses dan juga tempat yang cukup nyaman. Semua itu terbukti dari banyaknya pengunjung meskipun saat itu bertepatan dengan Hari Sabtu.
Perpustakaan Kabupaten Jember tidak hanya menyediakan fasilitas buku-buku dan bacaan saja, tapi ada ruangan yang dikhususkan untuk mengakses internet. Sebuah tempat yang sangat mendukung bagi para pecinta ilmu. Selain itu, pelayanannya yang sangat ramah membuat kita nyaman mengunjungi tempat ini.
Di kunjungan pertama, aku tertarik pada sebuah buku yang ada diantara jajaran buku-buku agama. “Kado Cinta untuk Muslimah”. Sekilas aku berikan review tentang buku yang luar biasa ini. Aku benar-benar beruntung, karena ada pesan cinta yang kutemukan dalam sebuah pustaka.



Kado Cinta untuk Muslimah



“Perempuan yang beruntung adalah perempuan yang berhasil mendapatkan seorang suami yang pertama-tama merasa dirinya adalah sahabat. Karena hal yang terpenting dalam pernikahan, menurut saya, adalah persahabatan.”

Sebuah kutipan dari buku yang ditulis oleh Ahmad Rofi’ Usmani ini benar-benar memiliki makna yang dalam. Tulisan yang mengawali berlembar-lembar kalimat penuh inspirasi dan motivasi bagi kaum hawa. Kata-kata penggugah di halaman-halaman awal sebelum kita masuk dalam telaga ilmu yang bermakna bagi muslimah.
Buku yang diterbitkan Penerbit Mizania tahun 2010 ini memiliki 379 halaman. Ada 4 bagian bahasan dalam buku ini. Bagian pertama berisi tentang kisah-kisah tentang cinta, pernikahan dan kebahagiaan. Penulis membahas berbagai fenomena yang terjadi masyarakat luas tentang ketiga hal tersebut. Ada banyak kisah yang disajikan tentang sikap seorang suami, istri dan seluk beluk dalam pernikahan.
Dalam bagian ini, ada satu kisah yang sangat familiar di telinga kita. Kisah seorang lelaki sholeh yang sudah terlanjur makan buah apel tanpa izin kepada pemiliknya terlebih dahulu. Karena merasa menyesal, ia mencari tahu siapa pemiliknya. Ia bertekad akan melakukan apapun agar si pemilik tidak akan mendakwanya di akherat kelak. Sebuah kejujuran yang merupakan buah dari kesholehan pun diberi ganjaran yang luar biasa oleh Allah. Ia diminta si pemilik kebun apel tersebut untuk menikahi anak gadisnya yang katanya bisu, tuli dan buta. Karena ia memang bertekad untuk menggugurkan dosanya, maka ia terima tawaran itu dengan ikhlas. Dan, ternyata, karena kesholehannya itu, ia mendapatkan seorang wanita sholehah yang memang bisu untuk membicarakan kejelekan orang lain, tuli untuk mendengar hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan buta untuk melihat sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah.
Pada bagian kedua, penulis menyajikan kisah-kisah tentang keibuan dan kebijaksanaan bertindak. Ada banyak pembelajaran yang luar biasa bagi seorang wanita, baik itu bagi yang sudah menyandang predikat seorang ibu, maupun bagi mereka yang masih mempersiapkan untuk itu. Pembaca disuguhi banyak kisah tentang bagaimana bersikap cerdas dan bijak dalam menjalani tugas seorang ibu.
Pada bagian ketiga, ditulis tentang kisah-kisah seputar nilai-nilai luhur. Para muslimah diingatkan kembali tentang fitrahnya. Kita diajak untuk kembali melihat apa sebenarnya tugas dan kewajiban kita sebagai seorang muslimah.
Pada bagian terakhir, ada kisah-kisah seputar perjuangan dan arahan untuk menerima keimanan dan meniti jalan lurus. Di bagian ini, pembaca digiring untuk melihat kisah-kisah yang sebenarnya sering terjadi di masyarakat luas. Kisah-kisah yang membuat kita belajar banyak tentang arti dan makna sebuah keimanan.

Buku ini memiliki banyak sisi positif. Tulisan yang tidak menggurui, tapi tanpa kita sadari ada banyak pembelajaran yang kita dapatkan. Rasanya tidak berlebihan ketika mengatakan ini merupakan buku yang sangat inspiratif. 

Wednesday, December 7, 2016

Menginspirasi Buah Hati

December 07, 2016 0 Comments
Membaca dan menulis adalah hobi yang sejak kecil sudah aku lakukan. Berawal dari melihat kebiasaan Bapak yang sangat addict dengan buku. Selain itu, suara mesin tik yang hampir setiap hari aku dengar menjadi pemantik semangat yang luar biasa.

Sejak aku masih balita, Bapak memang sudah memperkenalkanku dengan buku dan cerita. Setiap hari sebelum tidur, aku selalu dibacakan cerita. Tidak hanya itu, buah tangan yang paling sering dibawa ketika Bapak bepergian, pastilah buku cerita atau majalah. Di rumah pun, hanya ada pajangan buku tertata rapi di rak. Jangan pernah mencari hiasan ataupun barang pecah belah di rumahku. Pokoknya setiap sudut, yang ada hanya buku dan buku.
Childern see, children do. Ya, itulah yang aku alami. Tidak ada perintah dari kedua orang tuaku untuk membaca. Tapi, keinginan tersebut muncul dengan sendirinya. Melihat Bapak dan keempat kakakku begitu asyik dengan bacaannya, aku sebagai anak bungsu merasa ingin sekali melakukan hal yang sama. Dan, kebiasaan itulah yang terpatri sampai sekarang.
Ya, kebiasaan Bapak sangat menempel erat dalam diriku. Bahkan tidak hanya membaca, menulis pun menjadi hobi yang sangat aku gandrungi. Karena kecintaanku kepada dunia baca dan menulis, sejak aku duduk di bangku SD, aku sudah mewakili sekolahku untuk lomba mengarang dan juga membaca cepat.
Bagiku, membaca dan menulis bukan hanya untuk sekadar pemenuhan kepuasaan diri. Tapi, ada niat yang jauh lebih penting dari itu. Aku ingin bisa menebar virus positif kepada sekelilingku. Aku ingin membaca dan menulis menjadi sesuatu yang disukai, menjadi sebuah budaya.
Aku tak akan berpikir terlalu jauh dahulu. Mungkin, ketika aku belum menikah dan memiliki anak, aku bergabung dengan beberapa komunitas untuk menyebar virus positif ini. Aku juga selalu mengingatkan dan mengajak anak didikku untuk mencintai buku. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa, ketika mendengar kabar ada anak didikku yang menjuarai kompetisi menulis.
Tidak hanya itu, ketika ada orang yang merasa terbangkitkan semangatnya atau berubah menjadi lebih baik setelah membaca tulisanku, itu pun merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Sebuah tulisan sederhana yang aku tuangkan, namun bisa menyentuh hati seseorang, tentu saja membuatku banyak bersyukur. Ya, aku bersyukur karena apa yang aku lakukan bisa menjadi jalan kebaikan bagi diriku dan orang-orang di sekitarku.  
Dan, saat ini, ketika ada malaikat kecil hadir dalam hidupku, maka sosok inilah yang harus menjadi prioritas. Dulu, boleh saja aku fokus kepada orang lain. Tapi, sekarang, jangan sampai buah hati sendiri tak pernah merasa terinspirasi dari ibunya. Aku ingin ia bisa mencintai ilmu tanpa harus ada paksaan. Aku berusaha untuk  memberi teladan bukan hanya suruhan semata.
Kembali lagi, sebuah ungkapan yang benar-benar terbukti. Children see, children do. Sejak usianya 6 bulan, yang dicari oleh si kecil adalah buku. Tak jarang, ia merebut buku yang sedang aku baca. Ia paling senang kalau sudah diberi buku, kertas atau alat tulis. Tangannya seolah-olah mengikuti bagaiamana ketika aku menulis. Bahkan, ketika aku harus menyelesaikan tulisan di depan laptop, jari tangannya akan langsung ikut memencet keyboard.  Bahkan karena sekarang sudah bisa berjalan, tangannya selalu berusah menekan-nekan laptop yang selalu terbuka di meja kerja.

Kalau dipikir dengan emosi, tentu saja akan merasa tertekan karena tak jarang karena kreativitasnya, naskah yang sudah aku ketik, hilang begitu saja. Tapi, ada sisi kebersyukuran karena kecerdasan si kecil yang luar biasa. Aku pun berusaha untuk mengarahkannya sejak dini.

Saat ini, aku hanya bisa terus berdoa, semoga kecintaan akan membaca dan ketertarikan akan dunia menulis akan terus berlanjut hingga ia dewasa. Aku tak perlu harus berteriak dan menasehati agar ia senang membaca. Aku ingin ia bisa tumbuh menjadi pribadi pecinta ilmu dengan membaca. Aku juga ingin ia pandai mengungkap apa yang ia rasa lewat kata yang tertuang dalam tulisan. Aku ingin ia bisa menginspirasi lewat untaian kata yang tersusun dalam keelokan bahasa dan kesantunan intelektual.

Dan, saat ini, aku sedang mempersiapkan sebuah generasi yang akan menginspirasi semesta. Oleh karena itu, aku, sebagai guru pertama bagi si kecil, akan terus memantik diri untuk tetap menjadi pribadi pecinta ilmu dengan membaca dan menulis. Semoga dengan hobiku ini, aku bisa senantiasa menjadi inspirasi bagi buah hati. Karena, bagiku, keberhasilan tertinggi seorang ibu, ialah ketika ia bisa mengantarkan buah hatinya menjadi inspirasi bagi sekelilingnya.

Monday, November 7, 2016

365 Hari di Bumi Pendhalungan

November 07, 2016 0 Comments

Ketika pikir dibawa kembali ke tahun lalu. Saat pelukan dan tangisan menyatu mengiringi kepergian kami bertiga. Kami pikir kejadian perpisahan di stasiun hanya ada dalam film atau sinetron saja. Ternyata, kami merasakan momen tersebut, dimana kata sudah tak sanggup terucap lagi, hanya air mata yang sanggup menyampai makna.
Tak pernah aku bayangkan bisa hidup berjauhan dari orangtua dan keluarga besar. Tak terasa pula, sudah satu tahun aku tinggal di kota yang mendapat julukan Kota Tembakau, Jember. Saat ini, potongan puzzle cerita hidupku sedang berlatar di sini.
Aku tak pernah mengelak, jika seringkali ada rasa rindu yang menyapa. Bumi Pasundan bagiku tak hanya sekedar tempat kelahiran, namun ada cerita panjang menjemput impian sebagai pecinta kata dan bahasa. Tidak hanya itu, di Tanah Parahyangan, ada janji yang melangit terucap dan menjadi awal dari langkahku kini.
Tapi, di Bumi Pendhalungan ini, langkahku tak berarti terhenti. Ada dua sosok penguat yang terus menemani langkah ini. Ada seorang imam yang terus membimbing dan mendampingiku. Dan, tentu saja si kecil Azka, bagiku adalah penyemangat dan sekaligus sahabat.
Saat ini, biarlah aku bungkus rindu yang mendera dengan balutan doa tanpa jeda. Meski raga belum mampu bersua dengan kedua orangtua, tapi aku tak pernah lelah mendekap mereka dalam doa. Karena aku yakin, doa tak pernah mengenal jarak.
Dan, satu hal yang selalu kami tanamkan dalam alam bawah sadar, kisah kehidupan kami tak akan pernah selalu berlatar di sini. Kami masih memiliki banyak impian untuk menyapa dunia. Kami masih akan terus melangkah bersama menjemput impian-impian itu. Insya Allah...

Thursday, October 13, 2016

I Am Healthy, I Am Grateful

October 13, 2016 0 Comments
Sumber: www.taylorswift.com

Dokter, obat-obatan, dan jarum suntik adalah sahabat sejak kecil. Bersilaturrahim ke Rumah Sakit sudah merupakan kebiasaan setiap bulannya. Mengkonsumsi obat sudah layaknya makan kacang goreng saja. Itulah yang aku rasakan hingga menginjak bangku SMA.
Tidak jarang saya merasa lelah dengan semua ‘ritual’ yang dilakukan setiap bulan. Belum lagi mendapat predikat pesakitan, tentunya tidaklah menyenangkan. Tidak hanya itu, karena rasa sayang dan perhatian, kedua orangtua dan juga keluarga bersikap over protective.
Menjadi orang sakit-sakitan merupakan beban tersendiri. Banyak ketakutan dan kekhawatiran dalam menjalani kehidupan. Jangankan memiliki impian jauh ke depan, setiap saat dihabiskan untuk memikirkan kondisi tubuh yang tidak sama dengan orang lain.
Tapi, syukur alhamdulillah, setelah tertidur panjang, akhirnya aku terbangun. Dengan motivasi dari kedua orangtua, aku mulai yakin kalau aku bisa sembuh. Pikiran positif mulai ditanamkan. Segala kekhawatiran, sedikit demi sedikit dihilangkan. Aku juga terus meyakinkan diri sendiri untuk bisa sembuh.
Pikiran adalah sumber dari segalanya. Ya, itulah yang aku rasakan. Tanpa aku sadari, aku bisa terlepas dari obat-obatan dan juga kunjungan ke Dokter dan Rumah Sakit. Meskipun demikian, badanku jauh lebih sehat. Bahkan, walau kondisi cuaca ekstrim sekalipun dan aktivitas yang padat merayap.
Dari apa yang aku alami, aku mendapat satu pelajaran penting. Pelajaran penting yang bisa menjadikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kuncinya ada pada pikiran. Pikiran positif ialah obat paling mujarab. Aku merasakan semahal-mahalnya dan sebagus-bagusnya obat, kalau pikiran kita tidak yakin akan sembuh, maka jangan harap penyakit itu akan hilang.
Sejak rasa sakit itu hilang, aku menjadi lebih berani mengapresiasikan diri. Mengunjungi banyak tempat dan berbagai apa yang aku bisa kepada orang lain. Bertemu banyak orang dan mendapat pelajaran kehidupan yang tak terkira. Sebuah impian yang sejak dulu selalu memaksa untuk diwujudkan.
Sekarang, aku bersyukur, karena semua ketakutan yang aku rasakan dulu, perlahan sirna. Satu persatu impian mulai terwujud. Saat ini, aku lebih menjaga kondisi tubuh dengan pola hidup sehat dan menjaga pikiran untuk tetap positif. Kalaupun, harus mengkonsumsi obat atau vitamin, aku akan memilih produk yang terpercaya, seperti Theragran-M. Produk ini merupakan vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan. Tidak hanya itu, Theragran-M juga merupakan vitamin yang untuk mengembalikna daya tahan tubuh setelah sakit.
Intinya, ketika kita memang dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan vitamin, maka pilihlah yang berkualitas dan sesuai. Tapi, sekali lagi, semua itu harus diikuti dengan pola pikir dan pola hidup yang positif. Ingatlah, sehat itu rezeki yang tidak ada bandingannya. Kondisi sehat itu tidak bisa ditukar dengan apapun. Dan, saat ini, saya harus berucap, I am healthy. So, I have to be grateful of being healthy person.


"Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan olehBlogger Perempuan Network dan Taisho."

Monday, October 10, 2016

#BatikIndonesia Bukan Hanya Sebatas Tradisi

October 10, 2016 0 Comments
Sumber: www.keyogyakarta.com 

Batik, sebuah ciri dari bangsa Indonesia. Ketika kita berbicara tentang batik, maka pikiran kita akan langsung berkiblat pada dua kota, Solo dan Yogya. Kedua kota ini memang cikal bakal lahirnya batik.
Berawal sejak Kerajaan Majapahit, kesenian batik di Indonesia terus mengalami perkembangan hingga sekarang. Dengan berbagai motif, batik mendapatkan tempat tersendiri di hati pecinta seni dan juga fashion. Tidak hanya di dalam negeri, bahkan di luar negeri pun, batik sudah menjadi barang yang sangat dikagumi.
Seiring perkembangan zaman, teknik pembuatan batik pun mengalami perkembangan. Awalnya, para pembuat batik hanya membuat batik dengan cara dilukis. Tapi, kini, ada teknik batik cap dan juga printing. Dari sisi kefektifan waktu, kedua cara ini lebih efisin. Namun, dari segi kualitas, batik lukis jauh lebih tahan lama dibanding dengan batik cap atau printing.
Perlu kita akui, saat ini, batik mulai dilirik oleh hampir semua kalangan dan usia. Kita sudah tidak asing lagi ketika melihat orang-orang menggunakan batik. Bahkan hampir di semua instansi, ada hari-hari tertentu yang diwajibkan untuk mengenakan batik. Batik bukan lagi sekedar warisan dan tradisi bangsa, tapi sudah menjadi kekayaan budaya yang patut dipertahankan.
Kita juga harus berbangga hati karena orang-orang dari negara lain sudah mulai tertarik dan mencintai batik. Sudah sering kita dengar, para penggiat seni batik mempromosikan batik hingga ke negara-negara lain. Sebuah usaha mulia untuk membuat batik lebih mendunia.
Mereka pun tidak berhenti hanya pada meningkatkan hasil produksi batiknya. Para penggiat seni bati terus melakukan inovasi dalam mengembangkan produk batik mereka. Inovasi yang dihadirkan tidak hanya sebatas pada motif saja, namun juga memberikan nilai tambah pada hasil olahan dari batik tersebut. Dengan cara tersebut, maka batik akan tetap bertahan sebagai tradisi luhur bangsa yang mendunia. 

Saturday, October 8, 2016

Pengikat Janji Pengingat Rasa

October 08, 2016 0 Comments


Dua tahun yang lalu, sebuah tanda pengikat rasa ini melingkar di jari manis. Dikenakan langsung oleh beliau, yang sekarang kupanggil Ibu. Ya, malam itu, ibu mertuakulah yang memasangkan benda sakral ini.
Bagiku, saat itu ialah salah satu momen tak terlupakan dalam perjalanan menemukan cinta suci. Ketika sebuah pertanyaan diajukan oleh paman dari suami yang diulang kembali oleh bapakku. Pertanyaan yang tidak aku jawab oleh kata-kata, tapi hanya mampu kubalas dengan anggukan dan air mata syukur.
Aku paham kalau khitbah bukanlah cara untuk menghalalkan hubungan kami. Tapi, ketika tanda pengikat janji ini mulai menyatu dengan jari manis, maka aku sudah menutup hati untuk ikhwan yang lain. Aku sudah yakin dengan ketetapan yang sudah digariskan oleh Allah Swt.
Saat ini, tidak hanya ada sosok seorang imam yang membimbingku, tapi ada malaikat kecil yang selalu menemaniku setiap saat. Sebuah anugerah yang harus selalu aku syukuri. Semoga cincin ini tidak hanya sebagai pengikat janji, tapi juga sebagai pengingat rasa dan tanda cinta.



Friday, September 9, 2016

Met Milad, Suamiku!

September 09, 2016 0 Comments

Dreamily
You come in my life
Greet and accompany me

Dreamily
You always stand by me
Listening what I said

Dreamily
I am a part of your life
First or last and ever


9 September, hari yang begitu spesial untukmu. Hari yang tidak akan pernah kau lupakan. Hari dimana kau mengingat perjuangan ibumu yang menjadi perantara kehadiranmu ke dunia ini.
Sudah 2 tahun ini, aku bisa menjadi bagian dari hari spesialmu. Meski aku belum bisa memberikan apapun di hari istimewamu. Ya, aku belum bisa memberikan apa-apa dan juga belum bisa melakukan apa-apa.
Suamiku, terima kasih sudah berkenan menjadi bagian hidupku. Bagiku, kau adalah sosok yang sangat sabar, penuh perhatian dan penyayang. Tidak hanya itu, kau juga Ayah yang luar biasa. Selelah apapun, kau selalu menyempatkan waktu untuk menyapa dan bermain dengan anak kita.
Suamiku, 1 tahun kebelakang, ada banyak pencapaian yang telah kau raih. Mulai dari perubahan status menjadi seorang suami dan ayah, kelulusan pendidikan, dan juga pencapaian-pencapaian lainnya. Selamat untuk semua impian yang telah menjadi kenyataan.
Suamiku, tetaplah menjadi suami yang hebat, imam yang selalu membimbing istri dan anak-anaknya. Teruslah menjadi Ayah yang luar biasa untuk anak-anak kita. Jangan pernah lelah untuk tetap menyayangi dan menuntun kami menuju jannah-Nya.

Suamiku, di hari yang tidak pernah kau lupakan ini, izinkan aku menghaturkan doa tulus. Aku berdoa agar kau selalu ada dalam lindungan dan cinta-Nya. Dan, apapun yang kau impikan selama ini akan menjadi kenyataan. Happy many returns of the day, my hubby. Keep fighting to get your dreams. Let’s step together to make our dreams come true. Always love you, my great hubby :). 

Sunday, September 4, 2016

Kepincut Nasi Pecel Pincuk

September 04, 2016 7 Comments

Awalnya hanya niat keliling kota Jember, tapi memang kita berdua kadang suka punya ide tiba-tiba. Ya, hari Minggu ini, kami mencoba menelusuri jalan perbatasan Jember – Banyuwangi. Bersepeda motor bertiga dengan si kecil melintasi perkebunan tembakau dan hutan pinus. Suamiku menawarkan untuk menyapa kota Banyuwangi, tapi karena hari sudah terlanjur siang, kami memutuskan untuk  putar arah di daerah Garahan, Kecamatan Silo.
Eh, lirik kanan – kiri, ternyata di sepanjang jalan Gunung Gumitir itu, banyak sekali warung pecel pincuk. Hmm...katanya sih Pecel Pincuk khas Garahan itu terkenal banget. Kayanya kalau sampai nggak mencoba, rugi banget deh. Kami berdua pun memutuskan untuk singgah sebentar melepas lelah di salah satu warung pecel pincuk.
Meski kami bingung, mau memilih warung yang mana. Akhirnya, suamiku menepikan motornya di “Warung Nasi Pecel Pincuk Bu Erik 23”. Kenapa namanya pecel pincuk? Kenapa juga harus ada angka 23-nya?

Ok, ok, aku jelasin satu-satu. Namanya nasi Pecel Pincuk, karena nasi dan pecelnya disajikan dalam pincuk (daun pisang yang dilipat seperti kerucut). Oya, isi dari pecelnya sih sama saja dengan pecel kebanyakan, ada tauge, genjer, dan pepaya muda, lalu disiram dengan bumbu kacang. Kalau soal rasa pedas, itu sih sesuai dengan selera. Kita pun bisa menambahkan lauk pauk yang lainnya sesuai dengan selera, seperti telur, daging ayam, rampelo ati, dan dendeng daging sapi. Tapi kalau tempe dan tahu sih sudah include di menu pecelnya.
Awalnya agak sedikit pesimis dengan rasanya. Makanya kami hanya memesan satu porsi saja. Eh, ternyata rasanya enak banget. Tadinya kami mau memesan lagi. Tapi, karena satu porsinya lumayan banyak, jadi cukuplah mengganjal dua perut yang keroncongan.
Terus harganya? Tenang...tenang... jangan khawatir dengan harga. Aku aja kaget ketika tahu harga satu porsi pecel pincuk hanya Rp. 5000,00,- Gila nggak tuh? Perut kenyang, hati tenang hehe...
Oya, kenapa juga nama warungnya harus ada angka 23? Ya, warung-warung di sana memang sengaja diberikan nomor sesuai dengan urutan posisi warungnya. Oya, warung nasi pecel pincuk Bu Erik ini bukan mulai dari pukul 04.30 – 22.00. Satu lagi yang kamu mesti tahu, Bu Erik ini sudah berjualan nasi pecel pincuk selama 10 tahun.

Pokoknya, kalau kamu-kamu melewati jalan perbatasan Jember – Banyuwangi, jangan lupa singgah di warung pecel pincuk. Kita memang bisa memilih dimana saja untuk menikmati sepiring nasi pecel atau sekedar ngopi dan makan cemilan. Rasakan sensasi pecel pincuk yang dinikmati di pinggiran jalan dengan suasana hutan pinus dan udara yang dingin. Yakin deh, kamu- kamu bakalan kepincut nasi pencel pincuk khas Garahan ini. 

Thursday, August 25, 2016

Menyapa Kota Karnaval

August 25, 2016 1 Comments
 
Sumber: www.jemberfashioncarnaval.com
Datanglah ke kota ini pada bulan Agustus, maka kita akan disuguhi dengan sajian karnaval yang unik dan menarik. Ya, Jember, selain dikenal dengan sebutan kota tembakau karena sebagai penghasil komoditas tembakau terbesar di Indonesia, juga dikenal dengan sebutan Kota Karnaval.
Mungki timbul pertanyaan, mengapa disebut sebagai kota karnaval? Karena di kota ini selalu diadakan Fashion Carnaval yang dikenal dengan Jember Fashion Carnaval (JFC) setiap tahunnya. JVC merupakan Fashion Carnaval terunik keempat dunia setelah Rio De Jenairo. Untuk tahun ini, Jember Fashion Carnaval (JFC) akan diselenggarakan mulai tanggal 24 – 28 Agustus. Tema yang diusung kali ini ialah Revival.
Kita akan disuguhi dengan pawai ribuan peserta dengan berbagai kostum yang uni. Arak-arakan akan berlangsung di sepanjang 3,6 Km yang dimulai dari alun-alun Jember. Berbagai awak media, baik dalam maupun luar, akan ikut serta mengabadikan momen yang luar biasa ini.
Jember Fashion Carnaval (JFC) menjadi icon bagi kota yang mendapat julukan kota tembakau ini. Di bulan ini, ribuan mata tertuju pada kota ini. Rasanya sangat rugi jika kita tidak bisa menyaksikan langsung keramaian JFC.
Tidak sulit untuk bisa menginjakkan kaki dan menikmati keindahan Kota Jember, sekaligus menyakiskan event yang bertaraf internasional ini. Kota Jember memiliki bandar udara yang dilalui oleh 2 maskapai penerbangan, Garuda Indonesia dan Susi Air. Garuda Indonesia melayani rute Jember – Surabaya dengan frekuensi penerbangan 10 kali dalam seminggu. Sedangkan Susi Air melayani rute Jember – Sumenep dengan frekuensi 1 kali dalam seminggu.
Untuk akses di kota Jembernya sendiri tidaklah sulit. Angkutan Kota (Lyn) senantiasa beroperasi setiap hari dari pagi hingga malam. Tidak hanya itu, fasilitas taksi pun tersedia di kota ini.
Jika kita mengunjungi kota ini, jangan lupa juga untuk mencoba makanan khas Jember, yaitu berbagai olahan tapi. Kita bisa mencoba suwar-suwir, prol tape, pia tape, brownies tape, dan dodol tape. Selain itu, ada satu makanan khas Jember lainnya, yaitu kedelai edamame.

Rasanya tidak rugi, jika kiat mengagendakan akhir pekan di minggu keempat bulan Agustus ini, untuk berkunjung ke Jember. Apalagi dengan adanya Airpaz, travelling menjadi lebih mudah. Kita tidak perlu lagi pusing-pusing mikirin bagaimana caranya membeli tiket pesawat. Airpaz hadir memberikan kemudahan. So, keep this chance, guys! Kota Karanaval menunggu kedatangan teman-teman semua. 
Sumber: www.ragamtempatwisata.com

Tuesday, August 16, 2016

Penghargaan, Tanda Cinta Tanpa Cela

August 16, 2016 0 Comments

Penghargaan bukan hanya sekedar kata atau kalimat. Tapi, ada sesuatu yang memiliki kekuatan untuk merubah ke arah yang lebih baik. Jangan pernah abaikan sebuah penghargaan karena akan ada satu keajaiban yang terjadi.
Penghargaan tak melulu harus berupa gantungan medali, tingginya piala atau limpahan hadiah. Penghargaan bisa saja hanya sebuah ucapan atau jabatan tangan dan mungkin sekedar rangkulan dan tepukan di bahu. Tapi, efek dari penghargaan itulah yang akan menjadikan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Bagiku, penghargaan itu bagaikan suntikan semangat. Sebuah penghargaan yang aku dapatkan bisa menjadikan aku merasa ada dan diakui. Sejak kecil aku memang dibiasakan untuk selalu memberikan penghargaan sekecil apapun kepada orang lain. Dan begitu pun sebaliknya, aku pun merasakan kedua orangtuaku selalu memberikan penghargaan, meskipun apa yang aku lakukan hal yang tidak begitu besar. Dan, ketika aku selalu diberikan penghargaan, maka aku pun belajar untuk menghargai apa yang telah orang lain lakukan. Aku diajarkan arti sebuah usaha dan kerja keras.
 Habits itu ternyata terbawa sampai aku dewasa. Ketika aku sudah menjadi seorang guru, aku terapkan itu pada caraku mengajar. Aku selalu memberikan penghargaan kepada anak didikku. Usaha yang telah mereka lakukan untuk menjadi lebih baik, selalu aku berikan reward. Dan, itu sangat memberikan pengaruh yang luar biasa pada proses belajar mengajar.
Tidak hanya itu, sekarang, saat aku sudah diamanahi seorang malaikat kecil yang lucu, aku terapkan kebiasaan baik itu. Ketika si kecil sudah bisa melakukan sesuatu yang baik, aku puji dan juga berikan ciuman dan pelukan hangat. Selain itu, terkadang aku pun memberikan MPASI yang dengan menu khusus dan juga hadiah kecil lainnya sebagai reward.
Meskipun usianya baru 11 bulan, tapi aku ingin sejak dini ia sudah mengenal bagiamana menghargai orang lain. Untuk itulah aku didik ia dengan penuh penghargaan. Karena aku yakin, ketika ia dibesarkan dengan penuh penghargaan, maka ia pun kelak akan dengan mudah menghargai orang lain.
Aku dan suami sudah sepakat, kami ingin belajar untuk senantiasa bersikap memanusiakan manusia. Kami tidak pernah berpikir, kalau usia anak kami masih sangat kecil dan belum mengerti. Kami yakin, meskipun ia usianya belum genap 1 tahun, ia sudah merasakan bagaimana kami memperlakukannya. Ia sudah bisa melihat dan menyimpan memori ilmu menghargai, hanya saja ia belum bisa berbicara apa yang ia rasakan.
Sejatinya ketika kita memberikan penghargaan kepada orang lain, kita sedang mendapatkan penghargaan untuk diri kita. Kita sedang menyimpan deposit kebahagiaan dalam hati dan jiwa kita. Selain itu, kita juga sedang mengisi tanki cinta dalam hidup kita.
Aku yakin, sebuah penghargaan, sekecil apapun itu bisa mengubah hitam menjadi putih, bisa mengganti tangis menjadi tawa dan melebur sedih menjadi bahagia. Penghargaan itu memberi amunisi cinta untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Bagiku, penghargaan itu merupakan tanda cinta tanpa cela.  
Seperti halnya juga Sodexo, sesuai dengan tagline-nya “Quality of Life Services”, senantiasa memberikan penghargaan yang luar biasa kepada klien, baik itu perusahaan, penjual atau kita sebagai konsumen. Dengan misi globalnya selalu memberikan senyuman kepada semua orang, Sodexo memberikan pelayanan yang inovatif sebagai bukti penghargaan pada semua pihak. Bukti dari penghargaan yang luar biasa pada pelanggannya, Sodexo memberkan fasilitas voucher belanja sodexo yang terhubung dengan merchant sodexo yang jumlahnya tidak sedikit.


Friday, August 5, 2016

Semua Karena ASI

August 05, 2016 2 Comments

Menjadi ibu dari satu anak tentunya mengalami banyak cerita seru dalam mengurus si kecil. Kehadiran si kecil di tahun pertama pernikahanku membuat semua rasa bercampur menjadi satu. Tidak hanya itu, kelahiran si kecil yang masih berusia 8 bulan di kandungan pun menjadi kisah tersendiri yang sulit terlupakan.
Ya, ketika usia kehamilanku menginjak 8 bulan, aku mengalami pecah ketuban selama 2 hari. Awalnya, Dokter memberiku suntikan penguat paru-paru agar bayi bisa bertahan sampai 9 bulan dalam kandungan. Tapi, karena kondisi psikologisku sangat tertekan, bayi dalam kandungan beberapa kali tidak terdengar detak jantungnya, namun aku belum mengalami pembukaan sama sekali. Dan saat itu, aku mengalami sakit luar biasa di bagian perut. 
Tepat 2 jam setelah kejadian itu, aku langsung mengalami pembukaan sepuluh. Tiga orang dokter dan empat bidan langsung menanganiku saat itu juga. Ada banyak perkiraan para dokter. Mulai dari aku hanya bisa melahirkan dengan jalan operasi caesar. Selain itu, ada dua kemungkinan, ibu dan anak tidak akan selamat atau salah satu dari kami yang bisa bertahan. Tidak hanya itu, prediksi lainnya pun, kalaupun si bayi lahir, ia akan terlahir prematur dan perlu diinkubator. Aku dan suami hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Allah Swt.

Tapi, syukur alhamdulillah, tepat tanggal 7 September 2015 pukul 21.55 terdengar tangis nyaring malaikat kecilku. Ia lahir dengan selamat dan normal. Semua perkiraan dokter sama sekali tidak terbukti. Aku dan suami menangis bahagia penuh syukur.
Namun, ujian cinta tidak berakhir sampai disitu. Tepat ketika ia berusia 3 hari, kadar bilirubin berada dalam batas yang tidak seharusnya. Kami diberikan pilihan oleh dokter, apa mau diberikan tindakan dengan disinar atau diberikan terapi ASI dan berjemur. Akhirnya, aku dan suami memilih untuk mengambil pilihan kedua.
Sejak saat itu, aku dan suami mulai mengajak bicara si kecil. Setiap kali kami bisikkan agar si kecil mau menyusui setiap 1 jam sekali. Bahkan seringkali aku menyusui saat sedang mengajar les. Itu semua kami lakukan agar kadar bilirubinnya bisa normal.
Setelah 2 minggu, kami pun mengecek kembali kondisi si kecil. Alhamdulillah, kadar bilirubinnya sudah normal. Aku dan suami pun bisa bernapas lega. Sejak saat itu, aku pun benar-benar menjaga makanan agar ASI-ku bisa berlimpah, dan si kecil bisa mendapatkan ASI yang berkualitas.
Dari hari ke hari, pertumbuhan si kecil sangat luar biasa. Mulai dari fisik yang sehat. Di usianya yang mau menginjak 11 bulan, berat badannya mencapai 10,9 kg. Padahal berat badan lahirnya hanya 2,5 kg. Selain itu juga, kecerdasan si kecil pun sering kali membuat kami takjub. Ia sudah bisa mengingat beberapa kata dalam bahasa Inggris. Ketika aku menyebutkan nama benda dalam Bahasa Inggris, matanya langsung mencari benda yang aku sebutkan itu.

Hal lain yang patut kamu syukuri juga ialah setiap kali kami ajak untuk travelling, baik jarak dekat maupun jauh, ia sama sekali tidak pernah rewel. Malah sebaliknya, ia sangat menikmatinya. Terakhir, kami mengajaknya mudik dari Jember ke Bandung, alhamdulillah ia sehat dan tetap ceria di sepanjang perjalanan hingga sampai ke tempat tujuan dan kembali ke rumah.

Dengan hasil yang luar biasa itu, aku dan suami sepakat untuk tetap memberikan ASI tanpa bantuan susu formula hingga usianya genap 2 tahun. Apalagi aku bukanlah seorang ibu bekerja, jadi aku bisa lebih fokus untuk mencurahkan rasa cinta lewat aktivitas menyusui. Aku pun bersyukur, karena suamiku sangat memberikan perhatian penuh, sehingga aku merasa nyaman dan tenang saat memberikan ASI kepada si kecil. 
Bagiku, ASI adalah hadiah terindah untuk si kecil. Aku berharap semoga setiap tetesan ASI yang diminum menjadi syariat ia tumbuh menjadi anak yang sholeh, sehat, cerdas dan senantiasa menjadi penyejuk hati perekat cinta. Inilah caraku untuk bersyukur karena Allah Swt sudah memilihku untuk dititipi amanah terindah. 


Oya, di akhir tulisanku ini, aku ingin mengajak semua sahabat wanita yang memiliki bayi, jangan takut untuk menyusi. Di Pekan ASI Dunia yang jatuh pada tanggal 1 - 7 Agustus, kita sama-sama mengingatkan untuk kembali melihat fitrah kita sebagai seorang ibu. ASI bukan hanya sekedar tetesan air susu, tapi ada pesan cinta yang akan kita berikan untuk si kecil. Aktivitas menyusui bukan hanya pemenuhan kewajiban semata, tapi merupakan tanda cinta seorang ibu kepada anaknya.