Awalnya aku mengira anakku hanya sesak biasa
karena udara yang dingin. Tapi melihatnya merasa tidak nyaman ketika aku menyusuinya,
akhirnya aku dan suami memutuskan untuk membawanya ke klinik di depan rumah.
Antara kaget dan bingung ketika dokter serta bidan yang memeriksanya, menyatakan
kalau anakku mengalami aspirasi ASI dan harus segera dibawa ke Rumah Sakit.
Hari sudah menjelang maghrib saat itu. Setelah
melaksanakan sholat, kami bergegas ke Rumah Sakit rujukan dengan menggunakan
sepeda motor. Semua orang rumah sangat kaget, termasuk kedua orang tuaku. Bahkan
mamahku langsung jatuh sakit karena memikirkan kondisi cucunya.
Sesampainya di Rumah Sakit, kami segera ke
ruang IGD. Anak kami mendapat penanganan dari dokter jaga. Tapi, kami harus
menelan kekecewaan karena kami disuruh mencari Rumah Sakit lain, karena ketiadaan
peralatan untuk menangani lebih lanjut.
Kami diberi dua pilihan, RSUD atau RS TNI. Aku masih trauma kalau harus ke RSUD, karena pernah
kehilangan keponakan yang disebababkan keteledoran oknum Rumah Sakit tersebut.
Aku tidak ingin itu terjadi pada anakku. Akhirnya aku dan suami memutuskan
untuk memilih Rumah Sakit milik TNI. Namun, kesabaran kami kembali diuji, pihak
Rumah Sakit tidak sanggup menangani anak kami dengan alasan yang sama, tidak
ada alat untuk menangani kasus ini.
Kami kembali diberikan dua pilihan Rumah
Sakit, RSUD yang jaraknya tidak sebegitu jauh atau Rumah Sakit Ibu dan Anak. Aku
lebih memilih Rumah Sakit Ibu dan Anak. Jaraknya memang jauh, tapi aku jauh
lebih tenang dan yakin anakku bisa terselamatkan.
Kami menempuh perjalanan kurang lebih satu
jam. Di perjalanan aku terus berdoa agar anakku masih bisa terselamatkan. Aku
peluk erat tubuh mungil itu. Mataku tak berhenti menatap wajah yang selalu
membuatku tersenyum.
Setelah sampai di Rumah Sakit, perawat
langsung menjemput dan menuntutku ke ruang IGD. Tanpa menunggu lama, dokter
jaga pun melakukan tindakan. Beberapa selang mulai dimasukkan lewat hidung dan
mulut ke dalam paru-paru. Ketika tahu aku datang menggunakan sepeda motor,
pihak Rumah Sakit menyayangkan layanan Rumah Sakit pertama karena tidak
memberikan fasilitas ambulance. Karena menurut penjelasan dokter jaga, telat
dalam hitungan menit saja, tubuh anakku akan membiru dan tidak akan tertolong.
Ah, tubuhku langsung lemas mendengar penuturan dokter.
Aku sama sekali tidak beranjak jauh dari
posisi anakku. Perasaanku saat itu campur aduk. Aku mencoba tegar, tapi tetap
saja air mata tak bisa tertahankan. Rasanya ingin berganti posisi dengan
malaikat kecilku. Tidak tega rasanya melihat anak yang baru berumur 45 hari
sudah mendapat tindakan medis seperti itu.
Sebenarnya aku berharap anakku tidak sampai
dirawat, dan diperbolehkan pulang. Namun, ternyata, ia harus mendapatkan
tindakan medis yang lebih intensif lagi. Cairan yang masuk ke paru-paru harus
dikeluarkan dulu. Karena itu, ia harus dimasukkan ke ruang PICU.
Bagaimana rasanya dipisahkan dari anak yang selama ini selalu bersama kita? Sakit hati ini ketika harus mendapati kenyataan kalau aku hanya boleh bertemu anakku sehari 2 kali, dan itu pun hanya 15 menit saja.
Anakku memang mengalami aspirasi ASI. Ada
ASI yang masuk ke paru-parunya. Menurut penjelasan dokter yang menanganinya
saat itu, aspirasi ASi terjadi karena beberapa hal, diantaranya posisi menyusui
yang salah, anak yang menyusu terlalu cepat sedangkan katup yang masih belum
sempurna, atau bisa jadi karena usia anak lahir prematur.
Kalau posisi menyusui, aku bisa mengatakan
tidak. Karena dari awal menyusui, aku selalu menjaga untuk tetap menyusui dalam
posisi duduk dan selalu disendawakan. Jadi, penyebabnya lebih kepada usia anak
yang lahir prematur dan kebiasaan menyusui yang terlalu cepat. Selain itu,
ASI-ku memang sangat berlimpah.
Ya, anakku memang terlahir di usia kandungan
8 bulan. Jadi menurut dokter katupnya masih belum sempurna. Pada saat minum
ASI, ada ASI yang masuk ke paru-paru. Hal itulah yang membuatnya menjadi sesak.
Pikiran dan perasaan sungguh sangat tak
menentu. Aku benar-benar tidak bisa menahan air mata ini. Setiap kali melihat
malaikat kecilku dengan selang yang dimasukkan ke mulut dan hidup, ditambah
lagi jarum infus yang menempel di lengannya. Rasanya ingin memaki diri sendiri
dan menukar posisi dengannya.
Dari mulai masuk ke Rumah Sakit, hingga
anakku dimasukkan ke ruang PICU, logiku benar-benar tidak berjalan, yang ada
dalam benakku bagaimana aku bisa memeluk dan menyapa anakku. Sangking
tertekannya, aku pun mengalami pendarahan.
Ibu mana yang bisa bertahan tidak memeluk
anaknya meskipun hanya sehari saja. Ah, rasanya seperti patah hati ini. Bahkan
karena aku merasa sangat tertekan, aku pun mengalami pendarahan yang luar
biasa. Namun, saat itu aku menguatkan diriku sendiri dan tidak menghiraukan
dengan kondisi tubuhku.
Tapi, bersyukur suami sangat sabar
mengingatkanku. Saat itu, ia mengatakan kalau aku tidak bisa hanya menangis dan
menyalahkan diri sendiri. Ia menyadarkanku kalau sebenarnya aku sudah tahu
ilmunya bagaimana kekuatan pikiran, doa dan bisikan itu sanga luar biasa
efeknya.
Aku pun mulai tersadar. Momen bertemu yang
hanya beberapa menit itu, aku gunakan untuk membisikkan kata-kata positif
kepada jagoan kecilku. Apa yang aku bisikkan? “Dedek Azka pasti sembuh. Kita di sininya paling lama 6 hari aja ya. Nanti
kita main-main lagi. Ayah sama Ibu sayang. Dedek Azka sehat. Dedek Azka sehat.
Dedek Azka sehat.”
Aku selalu mengucapkan itu berulang-ulang.
Selain itu, aku dan suami pun meminta izin kepada dokter untuk tetap memberikan
ASI secara langsung. Awalnya perawat tidak mengizinkan dan hanya memperbolehkan
untuk memompa ASI dan memberikan lewat botol.
Aku dan suami berkonsultasi dengan dokter,
kami pikir dengan diberikan ASI secara langsung, maka si anak akan jauh lebih
tenang dan penyembuhan akan semakin cepat. Dengan beberapa syarat, akhirnya
dokter memperbolehkan aku memberikan ASI langsung.
Momen itu tidak aku sia-siakan. Sambil
menyusui, aku terus bisikkan ‘mantra cinta’ kepada buah hatiku. Aku yakin
anakku pasti mendengarnya. Dan, itu akan menjadi kekuatan sendiri baginya.
Alhamdulillah, kata itu doa. Dari hari ke
hari saturasinya terus naik. Dokter yang menangani sempat aneh dengan percepatannya.
Di hari keempat, akhirnya seluruh selang dan juga infus dilepas, anakku
dipindah ke ruang rawat inap. Dan, dokter akan mengobservasi selama 2 hari.
Jika dalam dua hari semakin membaik, maka anakku boleh dibawa pulang.
Kuasa Allah memang sangat luar biasa. Tepat di hari keenam, dokter mengatakan bahwa anakku diperbolehkan pulang. Hasil rontgen pun menunjukkan paru-paru anakku sudah benar-benar bersih. Untuk mencegah hal ini terjadi lagi, dokter memberiku beberapa saran, yaitu:
- Ketika ASI berlimpah, lebih baik dipompa terlebih dahulu, jadi bayi tidak akan menyusu dengan ASI yang terlalu deras.
- Posisi menyusui harus sambil duduk.
- Bayi harus disendawakan setelah menyusui.
- Berikan ASI sesuai usianya
Aku tak berhenti mengucap syukur. Kisah ini tidak akan pernah aku lupakan. Aku dan suami menjadikannya pengingat untuk terus menjaga buah hati kami dengan baik. Saat ini, malaikat kecil kami tumbuh dengan sehat dan cerdas. Dua bulan lagi usianya tepat 6 tahun.
Menjadi seorang ibu bukanlah sebuah kompetisi. Menjadi ibu itu sebuah proses belajar tanpa henti. Anak-anak akan terus bertumbuh sesuai dengan zamannya. Karena itu, aku harus terus belajar dalam membersamai tumbuh kembang buah hati, salah satunya dengan mempelajari ilmu parenting di ibupedia.
Ya allah ga bisa bayangkan paniknya mbak saat itu ya. Untungnya cepat ditangani oleh rumah sakit ya mbak. Suka dengan kalimatnya mba, jadi ibu bukan persoalan berlomba nih
ReplyDeleteYa, Mbak. Semua rasa bercampur pokoknya. Dan, saat ini saya sangat bersyukur atas apa yang Allah berikan :)
DeleteSemoga debay sehat selalu, ya mba. Dan mba sekeluarga. Ikut deg-degan bacanya, jadi tahu sekarang kalau mengASIi itu harus diperhatikan kebutuhan bayinya.
ReplyDeleteAamiin...makasih doanya, Mbak :)
DeleteSemogaaaa ini bisa menjadi pelajaran utk para ibu, mommy dll semuanya yak.
ReplyDeletekarena memang perjalanan sbg ortu itu banyak seninya
thanks for sharing, mom!
Ya, Mbak. Semoga saja bisa menjadi pelajaran buat ibu-ibu di luaran sana.
Deletebaru aspirasi ASI bisa berdampak separah itu
ReplyDeletebagus tulisannya Mbak Intan, sangat bermanfaat
semoga banyak ibu paham apa yang harus dilakukan saat anaknya mengalami aspirasi ASI ya?
Makasih, Mbak. Saya hanya ingin ibu-ibu yang lain tidak mengalami hal yang sama dengan saya :)
DeleteSaya baru dengar soal aspirasi ASI ini, Mbak. Dulu, saat ananda merasa tidak nyaman kala menyusu, ini terjadi berapa lama, Mbak, sampai kemudian diputuskan diperiksakan ke dokter?
ReplyDeleteAnak-anak saya sudah besar, tapi bisa jadi sarana edukasi nih buat teman-teman saya yang tengah mengandung. Biar mereka tahu bisa saja terjadi kondisi seperti ini saat menyusui. Terima kasih sharing-nya, ya.
Ketika saya tahu, debay agak berbeda ketika menyusui, langsung saya bawa ke dokter sore itu juga. Pas sebelumnya, nggak ada gejala apapun.
DeleteSebuah perjalanan pengalaman pengasuhan bayiyang bisa diambil sisi positif pembaca, yang sedang menysui.
ReplyDeleteSemoga bisa bermanfaat
DeleteAlhamdulillah sekarang sudah membaik ya mbak. Bisa jadi pelajaran buat saya juga nih yang kadang2 menyusui sambil berbaring agar lebih hati2. Bayiku sekarang umur 2 bulan mbak. Mudah2an sehat terus untuk kita semua ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah jika sekarang kondisinya lebih baik ya mbak
ReplyDeletememjadi ibu itu memang proses belajar sepanjang hayat ya mbak
Sedih banget pasti ya saat itu. Alhamdulillah sekarang sudah membaik. Ternyata sounding dari ibu dan momen memberi asi bisa jadi jalan kesembuhan buat dedenya. Sehat-sehat ya De.
ReplyDeleteYa Allah mba peluk virtual, kebayang panik dan sedihnya sebagai seorang Ibu ya lihat anak kita hrs terpaksa dirawat, semoga sehat2 selalu seterusnyaa anak pintar
ReplyDeleteAlhamdulillaaaah Masya Allaaaaah
ReplyDeleteAllah masih berkenan berikan kesehatan untuk dek Azkaaaa
aku lemes bacanya,
bayangin tubuh sekecil itu masuk selang selang hiks hikssss
Orang tua manapun pastinya akan sedih saat mengetahui hal seperti ini terjadi pada anaknya ya,Mba. Saya baru tahu juga istilah aspirasi ASI ini,dengan membaca artikel ini makin tau juga beberapa hal yang disarankan oleh dokter.
ReplyDeleteSemoga makin sehat ya buat ananda ya Mbk, aku ikut merasakan sedihnya kalau anak sakit. Keponakan dulu pernah mengalami karena lahir prematur
ReplyDeleteKalau baca bayi dirawat di rumah sakit rasanya gimanaa gitu ya Mba... ya sedih, khawatir, takut dsb saya juga pernah ngalemin Mba.. pas anak kedua sesak nafas trus kok terdiam gitu lgsg deh dibawa ke RS dan diopname, Alhamdulillah udah kelas 3 SMP anaknya sekarang, sehat walafiat, Sehat selalu ya Mba dan dedenya...
ReplyDeletecepat sembuh ya adiknya, aku mendoakan dari sini
ReplyDelete