Follow Us @soratemplates

Tuesday, March 8, 2011

Pendidikan Integral: Sekolah, Rumah, dan Masyarakat


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di zaman modern sekarang ini.  Kenapa? Ya , kalau kita perhatikan, orang akan akan lebih dihormati apabila ia berpendidikan tinggi.  Dan untuk sebagian orang, mereka akan merasa lebih pede kalau sudah menjadi sarjana, walaupun hanya sekedar gelar tanpa kemampuan sedikit pun.  Kita tidak bisa menutup mata kalau selama ini banyak lulusan universitas baik itu negeri maupun swasta yang ujung-ujungnya hanya kesana kemari menenteng ijazah mencari lowongan pekerjaan.  Jika tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, mereka akhirnya hanya sebagai pengangguran tanpa makna dan hidup dalam keadaan tertekan (stress).  Apa sebenarnya yang terjadi di negeri kita ini? Padahal bukankah kita bersekolah untuk menjadi lebih baik.  Jadi apa solusi dari permasalahan yang sebenarnya sudah kita rasakan sejak lama ini. 
Sebenarnya kita sudah tahu jawaban dari ini semua, namun sering kita tak paham dan tak mau paham dengan permasalahan ini.  Solusi yang terbaik ialah dengan menerapkan system pendidikan integral, antara rumah, sekolah dan lingkungan.
 Apa itu integral?  Berdasarkan kamus Inggris Indonesia (M. Echols, John&Hasan Shadily), integral berarti lengkap atau utuh.  Jadi maksud dari pendidikan integral ialah adanya pendidikan yang utuh (lengkap) antara sekolah, rumah dan masyarakat.
Timbul pertanyaan, mengapa mesti ada pendidikan yang lengkap? Apa hubungan antara sekolah, rumah dan masyarakat?
Mari kita bahas satu persatu.  Sekolah, merupakan suatu tempat dimana setiap pribadi belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum paham menjadi paham, dari salah menjadi benar.  Kenapa disini saya menulis setiap pribadi bukan murid?  Ya, karena saya pikir dalam kegiatan belajar dan mengajar bukan hanya murid yang mendapat tambahan ilmu tetapi juga para pendidik (guru).  Mungkin selama ini sebagian orang berpikir bahwa sekolah ialah tempat dimana anak-anaknya bisa menuntut ilmu pengetahuan menjadi orang yang pintar dan ujung-ujungnya bisa mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar kelak.  Sehingga yang terjadi saat ini, para siswa cenderung ‘mengejar target’ dari orangtuanya dengan menghalalkan segala cara.  Mereka menghalalkan menyontek, berbohong pada guru, dan sebagainya.  Hal ini mereka lakukan, karena apabila nilai mereka jelek, orangtua akan memarahi mereka dan mengatakan kalau masa depan mereka akan jelek jika nilai matematika, IPA, IPS dan bahasa Inggris jelek.  Sehingga kemarahan orangtua bagai murka seorang raja kepada rakyatnya.
Hal ini sangat menyedihkan karena kita terlalu dangkal memaknai kecerdasan dan kesuksesan.  Kita harus banyak belajar tentang itu semua sehingga kita tidak ‘menyakiti’ hati anak-anak.  Pendidikan ialah proses memanusiakan manusia.  Dengan pendidikan kita akan semakin tahu siapa aku, darimana asalku, dan untuk apa aku ada.
Pendidikan sekolah seharusnya menjadikan anak merasa nyaman untuk mempelajari apa yang mereka inginkan dan cintai bukan mempelajari apa yang dipaksakan kepada mereka  Saya ingat sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris “Possible things is usual, usual thing is forced or loved”, yang mempunyai makna, bisa itu karena biasa, biasa itu karena terpakasa atau mencintai.  Jangan paksa anak-anak kita untuk menjadi apa yang kita inginkan, tapi biarlah mereka menjadi apa yang mereka inginkan dan berikan kepercayaan kepada mereka.  Mempercayai mereka dan membiarkannya menemukan jawaban dari mereka sendiri merupakan dua hadiah paling besar yang kita berikan untuk mereka.  Kita sebagai guru berusaha mengawasi dan memberikan arahan agar mereka tidak salah jalan. 
Yang kedua, ialah Pendidikan Rumah.  Inilah sebenarnya asal mula seseorang mengetahui siapa dirinya.  Rumah, terutama seorang ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi setiap insan.  Kita bisa melihat dan mengamati baik tidaknya seseorang, dari pendidikan di keluarganya.  Banyak kasus yang terjadi sekarang ini, kenakalan anak-anak di sekolah disebabkan karena mereka kurang perhatian dari orangtuanya.  Orangtua mereka jarang atau bahkan tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian yang sebenarnya.  Orangtua hanya memberikan kasih sayang semu.  Mereka berpikir telah memberikan perhatiannya, karena telah memberikan materi yang lebih kepada anak-anaknya.  Sehingga mereka didik anak-anak mereka dengan uang, yang pada akhirnya anak-anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hedonis.
Tapi, kadang para orangtua tidak sadar.  Ketika anak mereka melakukan penyimpangan.  Yang pertama disalahkan ialah pihak sekolah terutama guru.  Mereka berpendapat, guru di sekolah tidak mendidik mereka dengan baik.  Padahal, kalau kita perhatikan, kuantitas waktu lebih banyak di rumah dibandingkan dengan di sekolah.  Dan yang paling terpenting sebenarnya, orangtua seharusnya lebih dekat dengan anak.  Kedekatan emosional yang terjalin anatara orangtua dan anak  merupakan hal yang terpenting untuk mencetak anak-anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual.  Orangtua haruslah  menjadi teladan dan tempat mencurahkan setiap rasa bahagia dan sedih bagi anak-anaknya.  Anak harus merasakan rumahnya ialah tempatnya belajar tentang indahnya hidup.  Bukan sebaliknya, yang dirasakan oleh sebagian anak-anak sekarang ini, rumah hanya dijadikan seperti ‘hotel’.  Hanya tempat tidur dan makan.  Tidak ada sapaan manis dari ayah, tidak ada belaian lembut seorang ibu, dan tidak ada senda gurau antara orangtua dan anak-anak.  Jadikan rumah kita bukan sekedar ‘house’ tapi ‘home’.  Artinya rumah bukan sekedar fisiknya saja, tetapi perasaan nyaman dapat kita rasakan disitu. 
Jangan mengaharap anak-anak mencintai kita sepenuh hati, jika kita tidak mengajarkan cinta kepada mereka.  Jangan mengharapkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang santun, jika kita pernah memberikan teladan kesopanan.  Jangan harapkan mereka akan selalu mengingat kita, jika kita tidak pernah memberikan waktu kita untuk mereka.  Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris, “like father, like son” atau dalam bahasa Indonesia pun ada pepatah yang menyebutkan, “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.” Jadi, jika kita ingin anak-anak kita baik, maka kita dahulu yang harus baik.  Jika kita ingin anak-anak kita menjadi manusia berakhlak baik, kita dahulu yang harus memiliki akhlak yang baik.  Warisan yang paling berharga dari para orangtua, bukanlah harta yang tak akan pernah habis atau jabatan yang tinggi.  Tapi, pendidikanlah yang merupakan warisan paling berharga yang tetap berguna sepanjang masa.  Berikan kail berupa pendidikan kepada anak-anak kita untuk memacing kekayaannya sendiri. 
Yang ketiga ialah pendidikan di lingkungan.  Ini pun tak kalah pentingnya.  Karena sebagai makhluk sosial, kita senantiasa harus berhubungan dengan lingkungan sekitar.  Dan ketika berada di lingkungan, sangatlah wajar jika kita mendapatkan hal-hal yang tidak semuanya sesuai dengan keinginan kita.  Karena sebenarnya, lingkungan ialah sekolah yang sebenarnya.  Anak-anak bisa belajar secara langsung dari lingkungan.  Dan apa yang mereka pelajari secara langsung akan cepat terpatri dalam pikran mereka dan terekam terus sehingga sulit untuk dilupakan.  Untuk itu, jika lingkungannya baik, maka akan sangat mendukung untuk kebaikan si anak.  Namun, jika lingkungannya kurang mendukung untuk tumbuh kembang si anak, maka akan sangat mungkin hal itu akan menjadi parasit perusak otak dan virus pembunuh jiwa bagi anak-anak kita.
Mungkin kita sering mendengar, bagaimana lingkungan bisa merubah perilaku seseorang.  Anak yang baik jika setiap hari berada di lingkungan yang tidak baik, maka secara cepat atau lambat, anak tersebut akan menjadi tidak baik. 
Untuk itu peran semua pihak merupakan hal yang paling penting untuk menciptakan pribadi-pribadi yang terpelajar dan terdidik.  Kita tidak bisa saling menyalahkan, ini salah siapa?  Yang terpenting bagi kita sekarang ialah bagaiman menciptakan suasana belajar yang kondusif.  Tidak menumpahkan semua kewajiban kepada pihak sekolah, ataupun menyalahkan pihak orangtua 100 %, dan bahkan mengkambinghitamkan kekejaman lingkungan.  Kita semua punya andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Kita tahu bahwa itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Mengubah pola pikir yang sudah terpatri dalam otak seseorang, bukanlah hal yang mudah.  Namun kita harus yakin, kalau tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.  Setiap hal itu mungkin, jika kita yakin kita bisa.  Ketika kita pesimis dengan apa yang kita perbuat, maka jangan harap kita akan berhasil. 
Kita harus bangkit dari keterpurukan yang selama ini dirasakan dalam dunia pendidikan.  Kita jangan mau menjadi orang kedua di negeri sendiri.  Kita mempunyai tugas masing-masing untuk memajukan pendidikan di Negara kita ini.  Jika kita seorang guru, jadilah guru yang baik.  Guru yang tidak hanya sebagai alat untuk mentransfer ilmu saja.  Guru harus bersikap sebagai motivator dan fasilitator bagi para siswanya.  Jika kita sebagai orangtua, jadilah orangtua yang bijak.  Orangtua yang bisa memahami kelebihan dan kekurangan anak-anaknya.  Jadilah orangua yang menyenangkan bagi anak-anaknya, yang bisa menjadi teman, sahabat dan bagian dari hidupnya.  Jika kita sebagai siswa, jadilah siswa yang cerdas.  Cerdas mengolah rasa, mengasah pikir dan menata perilaku.  Jadilah siswa yang tidak hanya cerdas secara intelegensi, tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual.  Jika kita sebagai masyarakat, jadilah masyarakat yang bijak.  Masyarakat yang bisa mendorong kemajuan pendidikan, bekerjasama dengan orangtua dan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan memberi teladan bagi anak-anak.
Jika semua pihak telah bersikap dan berperilaku sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, maka sangatlah mungkin kualitas pendidikan  di Negara kita akan lebih baik dan lebih maju.  Kita akan mampu mencetak tunas-tunas bangsa yang memiliki kecerdasan intektual, emosional, dan spiritual.  Sehingga tidak akan ada orang yang pintar secara akademik namun bodoh dalam akhlak dan keimanan.  Ketika masyarakat kita sudah cerdas, itu artinya kita akan siap bersaing denganNegara-negara lain.  Kita tidak akan lagi menjadi bangsa peniru dan pengikut bangsa lain.  Kita akan menjadi bangsa yang bangga akan Negara kita sendiri.  

No comments:

Post a Comment