Follow Us @soratemplates

Thursday, February 9, 2023

Bisakah Seorang Introvert Berbicara di Depan Banyak Orang?

February 09, 2023 4 Comments
menulis vs berbicara di depan umum

 

Pemalu, penakut, dan pendiam. Label yang begitu erat dari mulai aku kecil. Ketika keempat kakakku tumbuh menjadi pribadi yang ceria, berani dan juga suka sekali tampil di depan banyak orang. Sedangkan aku lebih baik memilih menangis ketika disuruh maju ke depan atau tampil di panggung.

 

Padahal, secara akademik, aku tidak lebih jelek dari kakak-kakakku. Tapi, untuk urusan bicara di depan banyak orang, aku sama sekali tidak memiliki keberanian. Jangankan untuk maju ke depan, kadang kalau ditanya oleh guru pun serasa mau diinterogasi polisi.


menulis vs bicara di depan
Aku usia 8 tahun, saat disuruh Bapak membacakan puisi

 

Sebenarnya almarhum Bapak sudah mendidik kelima anaknya untuk berani bicara di depan sejak kecil, karena memang beliau juga seorang guru sekaligus sering mengisi ceramah. Tapi, karena aku sering sakit-sakitan plus anak bungsu, jadi sering dapat privilege. Hingga suatu hari, ketika aku duduk di kelas 2 SMA, aku dipaksa untuk menggantikan posisi kakak keempatku mengajar. Saat itu, ia harus mengikuti UTS di kampusnya, padahal ada jadwal mengajar di tempat les milik Bapak, dan tidak bisa diganti hari.

 

Awalnya aku menolak dan mengatakan jadwal sekolahku sampai sore dan khawatir macet di jalan. Tapi, kakakku tidak kalah ide. Ia langsung mengatakan alasan  tidak bisa mengajar dan meminta Bapak menyuruh aku untuk menggantikannya. Kalau sudah Bapak yang turun, nggak ada alasan yang bisa aku katakan, daripada aku harus dapat ceramah tujuh hari tujuh malam. Maklum privilege-ku sudah habis, dan harus mulai belajar berani dan mandiri hehehe…

 

Entah karena lagi apes atau memang semesta mendukung. Di luar perkiraan, ternyata aku bisa pulang lebih awal karena ada acara rapat guru. Selain itu, perjalanan dari sekolah ke rumah yang biasanya macet bisa sampai 2 jam di jalan, eh di hari itu lancar tanpa halangan apapun.

 

Sebenarnya aku masih sempat meminta dukungan Mamah agar aku tidak usah menggantikan Kakak. Tapi, tumben juga saat itu, Mamah malah membujukku untuk belajar mengajar dan mengatakan kalau aku pasti bisa.  Akhirnya, mau tidak mau, aku pun melangkahkan kaki ke tempat les.

 

Saat itu, jangan ditanya gimana detak jantung dan perasaanku. Oh, seandainya bisa nyungsep ke tanah, pengen langsung bikin bunker aja biar nggak kelihatan banyak orang.

 

Tapi, mendengar kata-kata Mamah sebelum berangkat, ada sebersit rasa yakin kalau bisa melakukan yang terbaik. Meskipun ada doa terucap di bibir agar anak-anak yang les tidak ada yang datang satu pun.

 

Memang doa yang tidak baik itu tidak bisa langsung sampai ke langit, berbeda dengan ucapan yang baik. Taraaa… Ternyata semua muridnya hadir. Haduh, ini hati semakin tak menentu.

 

Sebelum masuk kelas mencoba pasang wajah senyum padahal hati nggak tentu rasa. Lima menit pertama mencoba sebisa mungkin mengatur napas dan berdoa agar anak-anak bisa nyaman dengan ‘guru dadakan’ ini. Meskipun aku tidak berharap banyak setelah pertemuan pertama dan mungkin terakhir ini. Ya, karena aku sudah buat perjanjian dengan kakakku, jangan pernah menyuruh aku ngajar lagi.

 

Aku pikir saat itu, itulah terakhir kali aku memaksa diri berani tampil di depan. Tapi, aku keliru. Itulah titik awal aku mulai menemukan passion. Ya, benih percaya diri dan yakin kalau aku bisa tampil di depan banyak orang. Semuanya berawal dari komentar dan sekaligus permintaan murid-murid kakakku yang senang dan memintaku untuk mengajar lagi di kelasnya.

 

Sejak saat itu, aku mulai berani dan ketagihan untuk mengajar. Bertemu banyak orang, merasakan bagaimana kedekatan dengan anak didik bahkan di luar kelas, menjadi teman curhat baik itu oleh anak-anak maupun orang tuanya. Dunia baru yang sangat menyenangkan.


menulis-vs-berbicara-di-depan
Saat memberikan motivasi pada remaja dari beberapa SMP di Bandung

Setelah lulus dari bangku SMA dan melanjutkan ke jenjang kuliah, aku tidak hanya mengajar di tempat les, aku pun mendapat amanah menjadi Kepala TPQ, sehingga mau tidak mau harus sering memberikan sambutan ketika ada acara bersama orang tua murid atau dengan pihak DKM Masjid.


menulis vs berbicara di depan
Menjadi moderator di acara pelatihan menulis

Seiring berjalannya waktu, aku pun sering diminta untuk menjadi moderator di berbagai acara seminar, diajak mengisi acara di radio, serta mengisi seminar remaja dan guru.


menulis vs berbicara di depan
Saat memberikan motivasi pada orang tua dan guru

Tak pernah mengira, Si Introvert yang dulunya sangat menghindari untuk berbicara di depan banyak orang, ternyata bisa menikmati tampil di depan banyak orang. Jadi, kalau ada yang bilang orang introvert itu nggak bisa berbicara di depan banyak orang, itu salah besar.

 

Perlu aku akui, apapun itu kalau dilatih, pasti bisa. Oya, aku mau bagikan tips tipis-tipis ala Intan Daswan hehehe…

  • Kenali karakter

Setiap orang itu memiliki karakter yang berbeda. Tidak ada yang paling bagus ataupun tidak ada yang lebih jelek. Setiap karakter memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pelajari dan pahami apakah kita itu seorang Sanguinis, Koleris, Melankolis atau Phlegmatis?

 

Setelah kita paham, kita akan tahu apa yang harus kita lakukan untuk memberikan treatment yang terbaik agar kita berani berbicara di depan banyak orang. Ingat, setiap orang pasti bisa, ketika ia mau untuk belajar dan mencoba!

 

  • Perbanyak Membaca

Kalau kita malas membaca, kita tidak memiliki energi yang akan kita transfer ketika berbicara di depan orang. Atur mindset, saat kita berbicara di depan siapapun, niatkan untuk berbagi ilmu dan mendapatkan ilmu baru. Jangan sampai bicara ngalor ngidul nggak tentu arah. Orang lain harus dapat insight setelah mendengarkan kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki amunisi dengan rajin membaca.

 

  • Berhenti Memberi Label Negatif Pada Diri Sendiri

Mulai saat ini, berhentilah mengatakan kalau kita ini nggak bisa apa-apa, nggak punya kemampuan, nggak punya turunan untuk bisa tampil di depan. Stop! Setiap orang pasti bisa, asalkan dia sendiri yakin. Ingat, ucapan itu doa, loh!

 

  • Ikuti Pelatihan Public Speaking

Jika ingin memiliki pisau yang tajam, maka harus diasah. Begitu pun kemampuan, kita harus mau menginvestasikan waktu, tenaga dan bahkan materi untuk meningkatkannya. Jangan bermimpi bisa menjadi pembicara yang andal, jika kita malas untuk upgrade ilmu dan belajar banyak dari yang lebih berpengalaman. Saat ini kesempatan belajar terbuka sangat lebar, bisa secara offline maupun online, baik itu berbayar atau gratis.

 

  • Paksa Diri untuk Mencoba Tampil Di Depan Banyak Orang

“Possible thing is usual, usual thing is forced or love.”  Percaya atau tidak, kata-kata ini yang membuatku berubah. Dengan segala ketakutan yang awalnya begitu kuat melekat dalam diri ini, aku dipaksa untuk berani tampil. Mungkin saat itu, aku marah, kesal, dan bahkan menganggap bapakku begitu otoriter. Tapi, ternyata aku bisa merasakan efek positifnya. Bahkan seiring berjalannya waktu, aku mencintai rutinitas berbicara di depan banyak orang. Memang terkadang ada saat dimana kita harus dipaksa, baik itu oleh orang lain ataupun keadaan yang memaksa diri agar menjadi lebih baik.

 

  • Berikan Reward Ketika Bisa Tampil Di Depan Banyak Orang

Terlihat seperti sederhana, tapi efeknya luar biasa. Memberikan apresiasi terhadap usaha yang telah dilakukan diri sendiri, akan membuat kita semakin bersemangat untuk terus meningkatkannya lagi. Kalau aku pribadi, biasanya ketika berhasil tampil di depan, dan audiens memberikan feedback yang positif, sampai mereka menghubungi dan meminta konsultasi secara pribadi, aku akan membeli buku baru, membelikan makanan kesukaan orang tua atau bersepeda di pagi hari sambil menikmati keindahan alam. Sesederhana itu, tapi bisa membuat kuota energiku bertambah dan lebih bersemangat lagi.

 

Itulah tips tipis-tipis untuk berani berbicara di depan banyak orang bagi seoang introvert seperti aku. Gampang banget untuk dilakukan. Kuncinya hanya satu, kita mau apa tidak untuk memulainya. Aku akui “every beginning is difficult”, tapi jika tidak dimulai saat ini, mau kapan? Tenang, install-an kita tidak akan hilang, kok. Aku juga masih suka menyendiri apalagi ketika butuh inspirasi untuk menulis. Aku juga masih tidak suka nongkrong dengan obrolan nggak jelas. Tapi, ketika aku disuruh untuk berbicara depan dengan tujuan yang jelas, why not? Bukankah berbagi ilmu itu juga sebuah ibadah? Yuk, mulai sekarang kita sama-sama belajar untuk terus memaksimalkan potensi diri!


Menjadi penulis atau blogger sekaligus bisa berbicara di depan umum? Pasti bisa, kok! :) 


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Ultah Gandjel Rel

Sunday, January 1, 2023

Liburan di Kota Pahlawan

January 01, 2023 0 Comments
surabaya kota pahlawan


“Neng akhir tahun liburan ke Surabaya lanjut pulang ke Bandung,” ujar Paksu sambil memperlihatkan calendar di ponselnya.

“Beneran? Bisa ambil cuti? Budgetnya ada?” aku balik bertanya.

Paksu mengangguk tersenyum.

 

Liburan lanjut pulang kampung, dari Kota Pahlawan menuju Kota kembang. Ah, siapa yang nggak happy mendengar ajakan tersebut. Double happy, pokoknya. Aku bisa eksplore Surabaya setelah itu meluapkan rindu 3 tahun tidak bertemu keluarga besar di Bandung.

 

Man proposes, God disposes.

Rencana sudah kita susun, waktu sudah kita atur, dan budget pun sudah kita siapkan. Tapi, Allah Swt berkehendak lain. Beberapa hari menjelang berangkat, aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan tubuhku. Ternyata, aku dan paksu mendapat amanah kembali. Setelah konsultasi dengan Dokter Obgyn, aku tidak diperkenankan untuk perjalanan jauh. Akhirnya, kami putuskan hanya mengunjungi Surabaya saja, karena kalau sampai tidak jadi dua-duanya, kasihan juga sudah janji kepada duo bocil.

 

Menyapa Kota Surabaya


1. Masjid Al Akbar Surabaya

surabaya punya cerita



Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Al Akbar. Selaian karena ketika sampai Surabaya, kami belum bisa check in, jadi kami putuskan untuk singgah di masjid sekalian menunaikan sholat. Alasan lainnya, karena anak pertama kami memang selalu excited ketika ditunjukkan masjid. Di setiap kota yang pernah kami kunjungi, pastilah ditanyakan dimana masjid paling bagus di kota tersebut.


2. Hotel Majapahit

hotel majapahit

 

Tempat kedua yang diminta Si Kakak ialah Hotel Majapahit. FYI, anak pertama kami ini memang berbeda dari anak seusianya. Tontonan dan bacaannya didominasi tentang sejarah, baik itu sejarah nasional maupun sejarah Islam. Jadi ketika ayahnya mengajak ke Surabaya, ia langsung meminta untuk melihat hotel yang terkenal dengan peristiwa perobekan Bendera Belanda pada 19 September 1945 yang akhirnya memicu pertempuran 10 November.


Hotel Majapahit yang sudah berganti nama beberapa kali, mulai dari Hotel Oranye, Yamato, Merdeka dan akhirnya menjadi Hotel Majapahit ini, memang memiliki nilai sejarah yang kuat.


Hotel Oranje


Oya, ada yang berbeda dan menarik. Karena, saat ini Jalan Tunjungan yang merupakan lokasi dimana Hotel Majapahit ini berada, terlihat jauh lebih cantik dan tertata. Kalau kata driver Ojek Online yang kami tumpangi, katanya kalau malam minggu jalan tersebut ditutup untuk kendaraan dan khusus untuk pejalan kaki, karena selalu diadakan event. Menurutkku, menapaki Jalan Tunjungan itu,  atmosfernya seperti di Jalan Asia Afrika Bandung (ketahuan emaknya kangen kota kelahirannya wkwkwk…)

 

3. Tunjungan Plaza

Sebenarnya ini di luar list destinasi kami. Tapi, karena rasa penasaran dan juga sekalian cari tempat makan, akhirnya kami mampir ke mall tersebut. Selain itu, lokasinya pun memang sangat berdekatan dengan Hotel Majapahit.


tunjungan plaza surabaya
 

Jalan-jalan bareng bocil itu kadang nggak melulu harus sesuai rencana. Ya, rencana awal, pengen nyari makan, ternyata duo krucil tertarik bermain di kidzone. Akhirnya, kami melewatkan makan malam di mall tersebut. Tadinya kami akan makan Sate Klopo, tapi karena kondisiku yang sudah lelah dan mual, akhirnya kami putuskan untuk memesan Lontong Balap melalui aplikasi GoFood ke hotel tempat kami menginap.

 

4. Kebun Binatang Surabaya (KBS)


kebun binatang surabaya


Nah, kalau destinasi ini request Adik yang sekarang lebih sering meminta untuk dipanggil Mas hehehe…

 

Ketika sampai di depan Kebun Binatang Surabaya, aku pribadi langsung tertuju pada patung yang menjadi ikon Kota Surabaya. Awalnya ingin berfoto terlebih dahulu, tapi karena anak-anak sudah tidak sabar, jadi akhirnya kami langsung masuk ke dalam KBS.


kebun binatang surabaya

 

kbs


Meskipun hewannya tidak begitu banyak, tapi anak-anak cukup menikmati berkeliling di KBS. Mereka pun excited ketika diajak memberi makan rusa. Ini kali pertama mereka memberi makan hewan.

 

Oya, ternyata harga makanan dan minuman di area Kebun Binatang Surabaya itu masih worth it lah, jadi nggak usah khawatir kalau kita nggak bawa bekal. Tapi, sayangnya ada beberapa spot di KBS ini yang kurang terawat, padahal pengunjung yang datang lumayan banyak juga, loh.

 

5. Sate Klopo Ondomohen Bu Asih

sate klopo ondomohen bu asih


Nah, ini dia yang paling ditunggu-tunggu emaknya. Karena malam sebelumnya belum terkabulkan, jadilah hari selanjutnya menyempatkan untuk membuktikan sate yang sangat legendaris ini. Entah bawaan orok atau memang penasaran setiap paksu pulang dari Surabaya selalu cerita enaknya Sate Klopo. Dalam perjalanan dari Jember menuju Surabaya, aku terus memberikan kode agar paksu mengajakku ke tempat ini.

 

Ketika sampai di depan tempatnya, sempat kaget juga. Dalam pikirku, awalnya, tempatnya besar dan nggak harus antre. Ternyata, antreannya bikin hati mengurungkan untuk makan di tempat. Tapi, kata paksu kalau nggak nyoba makan di tempatnya langsung nggak afdol. Akhirnya aku rela ikut mengantre.

 

Syukurlah ada tiga orang ibu yang sangat baik. Mereka rela makannya dipercepat agar kami bisa mendapatkan tempat duduk. Mungkin kasihan juga karena anak keduaku tertidur di gendongan, jadi beliau mempersilakan aku dan anak-anak untuk duduk dulu di sebelahnya sampai mereka menyelesaikan makannya.


sate klopo ondomohen surabaya
 

Tapi, nggak rugi udah ikut ngantre, karena memang Sate Klopo Ondomohen Bu Asih ini patut untuk diperjuangkan. Dagingnya besar-besar dibalut kelapa, matang sempurna, bumbunya endeusss, dan dipadu dengan nasi yang masih hangat yang dikasih serundeng, hmmm pokoknya lupa deh sama antrean panjang dan juga tempat yang lumayan panas. Anak-anak aku aja sampai lahap banget loh makannya, padahal di KBS mereka sudah makan ayam crispy hehehe…

 

Oya, untuk harganya, kalau menurutku worth it banget. Nasi per porsi 4 ribu dan untuk sate bervariasi. Untuk sate ayam 24 ribu per 10 tusuk, sate daging 36 ribu per 10 tusuk. Ada juga sate yang lain, tapi yang menjadi favorit ialah sate daging dan ayam.

 

Kenapa namanya Sate Klopo Ondomohen?

Sate Klopo Bu Ondomohen Bu Asih ini terletak di Jalan Walikota Mustajab. Tapi, kok ada kata Ondomohennya ya?

 

Ya, karena dulu, nama jalan ini memang bernama Jalan Ondomohen. Meskipun, masih belum ditemukan arti dari kata Ondomohen itu sendiri. Ada yang menyebutkan diambil dari Bahasa Belanda yang artinya Balai Kota. Tapi, ada juga yang menyebutkan diambil dari dua kata, Kali Ondo – Gemohen. Apapun itu sejarahnya, yang terpenting Sate Klopo Ondomohen Bu Asih patut diperjuangkan untuk disantap. Penasaran, kan?


sate klopo ondomohen


Meskipun hanya beberapa spot destinasi wisata yang berhasil kami kunjungi, tapi kami cukup puas. Dan, yang paling penting, anak-anak juga sangat senang. Apalagi mereka bisa puas berenang di hotel.

 

Oya, ngomong-ngomong soal hotel. Selama di Surabaya kami menginap di Bess Mansion. Nanti aku tulis di postingan khusus tentang pengalaman kami menginap selama 4 hari di hotel tersebut.

 

Sampai di sini dulu ya cerita tentang liburan singkat bareng duo bocil di Kota Pahlawan. Ehmmm… Next, ngajak anak-anak liburan kemana lagi ya? 😘😘