Follow Us @soratemplates

Tuesday, December 10, 2013

Salam Rindu untuk Sahabatku

December 10, 2013 0 Comments

Sahabatku, apa kabarmu hari ini?
Gimana juga kabar keluarga Teteh? Your husband and your son? Aku berharap, Teteh dan keluarga selalu ada dalam lindungan Allah SWT.
Teh, sudah hampir 5 tahun kita nggak berjumpa. Rasanya kangen sekali. Meskipun kita masih berhubungan via social media, itupun jarang. Aku ngerti, itu karena statusmu sekarang yang sudah menjadi seorang istri dan seorang ibu dari anakmu. 
Teh, aku selalu ingat masa-masa kuliah kita dulu. Kita bertemu karena ketidak sengajaan. Sejak saat itu aku merasa menemukan sahabat yang mengerti tentang diriku. Sahabat yang bisa mengatakan dengan jujur tentangku. Sahabat yang mengajarkan aku tentang kedewasaan. 
We have many unforgettable experiencesJ
Masih terekam dengan jelas dalam benakku teh, ketika kita berdua ke Jakarta hanya untuk mengenal apa itu Quatum Teaching and Quantum Learning? Kita pergi ke ibu kota dengan bekal 100 ribu rupiah, dan yang lebih parah kita belum pernah ke Jakarta naik kendaraan umum. Oya, kita juga salah masuk toko buku disana, yang sebenarnya toko buku itu khusus menjual buku-buku non  muslim, dan kita berdua wanita berjilbab masuk ke toko itu? J
Aku juga selalu ingat, ketika kita berdua hujan-hujanan hanya karena ingin bertemu dengan seorang bule? Kita berdua tuh paling semangat 45 ketika mendengar ada bule. Oya, teteh masih ingat nggak? Ketika kita dan juga ketiga teman kuliah yang lainnya yang “hunting” bule di daerah Dago? Kita naik-turun angkot, keluar-masuk Factory Outlet, dan kejar-kejaran dengan bule dengan satu niat, ingin berlatih ngomong bahasa Inggris. 
Oya, kita berdua mempunyai hobi yang sama, membaca buku. Sampai sekarang, buku punya Teteh masih ada di rak bukuku, “Quantum Teaching”. Aku selalu membaca buku itu berulang-ulang. Bukan hanya karena aku hobi baca dan juga sebagai bahan referensi artikelku, tapi karena aku selalu ingat bagaimana kebiasaan kita dulu.
Tempat favorit kita ialah perpustakaan, pameran buku atau toko buku. Sampai-sampai tanggal 31 Desember atau tepatnya beberapa jam sebelum tahun baru, kita masih sempat datang ke Perpustakaan Daerah. Kita baru menyadari kalau besok tahun baru, ketika petugas disana menyebutkan, perpustakaan libur tahun baruan. Dan kita berdua senyum-senyum sendiri, orang lain mikiran kembang api dan petasan untuk tahun baruan, kita masih aja mikiran buku. Sampai-sampai satpam disana, senyum-senyum sendiri ngeliatin kita. Dasar orang anehJ
There’s no rose without thorn.
Tidak ada mawar tanpa duri. Begitu juga persahabatan. Tidak selamanya berjalan semanis gula atau selancar jalan tol. Aku pun tak jarang merasa sakit hati, ketika Teteh tidak terbuka padaku. Ketika aku tahu, Teteh pernah nggak makan karena kehabisan uang kiriman dari orangtua Teteh di kampung. Teteh baru cerita seminggu setelah kejadian itu. Aku merasa Teteh tidak menganggap keberadaanku. Tapi, mungkin itulah karakter Teteh, Teteh nggak ingin orang lain tahu tentang kesedihan. 
Teh, Aku juga sempat kesal ketika Teteh bercanda dengan lebih dekat dengan dua orang teman sekelas kita. Teteh mungkin tahu siapa mereka. Aku sadar aku memang manja, sehingga Teteh sering memperlakukanku layaknya adik Teteh. Tapi, nggak apalah, memang usiaku lebih muda dibanding Teteh plus karena aku kan anak bungsu kali ya? Atau mungkin karena aku ini lucu kayak Barbie and wajahku baby face gitu heheh…(peace.com)
Oya, aku juga sempat kesal dengan kejadian di perpustakaan kampus itu. Masih ingat? (Sorry, nggak akan dibahas, takut ada yang tersinggung J ). Saat itu, rusak deh semua rencana aku buat konsentrasi mencari sumber buat skripsiku. 
Teh, aku mungkin bukan sahabat yang baik. Itu yang ada dalam pikiranku ketika aku tidak bisa menghadiri pesta pernikahan Teteh. Asal Teteh tahu, ketika Teteh mengirim sms tentang perasaan deg-degan teteh menghadapi acara akad nikah, aku menangis saat membaca sms dari Teteh. Aku merasa bukan seorang sahabat yang baik bagi Teteh. Rasanya ingin sekali berada di samping Teteh menguatkan dan memberikan ucapan selamat serta senyuman kebahagian. Namun, Teteh tahu sendiri, Mamah tidak akan mengizinkanku pergi jauh sendirian. Mamah tidak mengizinkanku untuk pergi ke Cilacap. Aku tidak berani melanggar perintah Mamah.
Sejak Teteh menikah dan menetap tinggal di kampung halaman teteh, aku merasa kehilangan seseorang yang biasanya ada disampingku. Nggak ada lagi hunting bule, jadwal pelatihan atau seminar bareng, hang out ke toko buku atau pameran buku. Dora 1 masih suka berpetualang ko, meski tak seindah dulu ketika bersama-sama Teteh. Dora 1 kesepian sekarang, soalnya Dora 2 dah pulang kampung…. J
Teh, rasa rindu dan kangen akan masa-masa kita bersama dulu tak kan mampu tertuang dalam untaian kata dalam halaman penuh makna ini. Bahkan satu buku setebal ensiklopedia pun tak kan sanggup untuk menyampaikan dan menceritakan semuanya. 
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur dan disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua itu tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Teh, aku ingin kita bisa selalu menyapa meski jarak memisahkan kita. Aku mengharapkan mimpi kita, yang dulu pernah kita bicarakan sepulang acara seminar Quantum Teaching, bisa tercapai. Aku selalu berdoa, kita berdua bisa mendapatkan apa yang kita impikan bersama-sama.  Aamiin

Wednesday, December 4, 2013

Menanti dalam Taat

December 04, 2013 0 Comments

Waiting is boring. Pernah dengar ungkapan seperti itu? Saya yakin semua orang pernah mendengarnya, bahkan menjadikan sebagai ungkapan hatinya. Sebagian orang mengatakan kalau menanti itu sesuatu yang membosankan, tidak enak, bikin kesal dan segala hal yang negatif ada.

Tapi, saya hanya ingin mengajak kita melihat dengan mata hati bukan dengan mata lahir kita. Ketika kita menginginkan sesuatu, sudah pasti kita ingin apa yang kita inginkan itu terlaksana dengan segera. Apalagi ketika hal itu sudah sangat dekat menurut penglihatan kita sebagai seorang makhluk. Contoh sederhananya saja, ketika kita sedang menunggu kendaraan umum. Terus menurut kita, kenapa kendaraan itu mesti telat. Kenapa juga harus ada macet. Kenapa? Kenapa? Bahkan mungkin akan muncul seribu kata kenapa.

Namun, apakah dengan bertanya kenapa, kendaraan itu akan tiba-tiba datang? Tentunya tidak, karena semua yang terjadi di dunia ini melewati sebuah proses.

Nah, begitu pun dengan pasangan hidup. Bagi sebagian orang yang sedang dalam masa penantian, mungkin akan bertanya kenapa jodohku belum ada? Kenapa tidaka disegerakan saja?

Yang terpenting bagi kita sebenanrnya bukan disegerakan atau dilambatkan. Tapi, bagaimana proses kita dalam memantaskan diri untuk mendapatkannya. Apa yang Allah telah gariskan tentunya tidak ada yang salah. Karena Allah SWT sangat tahu apa yang kita butuhkan. Allah SWT tahu kapan waktu yang tepat dan dengan siapa kita akan melangkah menuju surgaNya.

Memantaskan diri dan tetap menanti dalam taat adalah dua hal yang harus kita lakukan dalam masa penantian. Pantaskan diri kita untuk mendapat pendamping yang pantas. Bukankah Ali bin Abi Thalib itu dipantaskan oleh Allah untuk Fatimah?

Dan tetaplah menanti dalam ketaatan kepada Allah SWT. Jadikan masa penantian ini sebagai sarana untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta. Ketika kita sudah sangat dekat dengan Yang Maha Memiliki Hati, maka tanpa perlu meminta pun, pasti akan diberikan. Ingatlah nikmat Allah begitu banyak untuk kita. Bukankah Allah tetap memberikan udara padahal kita tak pernah memaksa untuk memintanya?


Menanti tak selamanya membosankan jika kita isi dengan hal-hal yang positif. Jadikan pasangan kita bangga dan bersyukur karena dipertemukan dengan kita. Dan jadikan keturunan kita bangga memiliki Ayah/Ibu seperti kita, karena tetap menjaga kesucian dan terus berkarya di masa penantiannya. 


Tuesday, December 3, 2013

STOP JATUH CINTA

December 03, 2013 0 Comments

Pernikahan, sebuah kata yang sangat dirindukan oleh setiap insan yang masih sendiri. Tapi, kadang kita salah kaprah dalam memahami makna sebuah pernikahan. Yang ada di benak kita hanyalah menyatukan dua insan karena cinta dan sayang yang timbul diantara keduanya.
Memang tidak salah 100%, karena dengan cinta kita bisa saling menyapa. Tapi, ketika pernikahan hanya dilandasi rasa cinta saja, maka ada saatnya kebosanan itu muncul. Bukankah sudah fitrah seorang laki-laku untuk ‘mendua’. Mendua disini bukan saja berarti poligami. Tapi, mendua dalam arti yang luas. Mari kita cermati. Bukankah kebanyakan laki-laki bisa betah dan bahkan mendahulukan perkerjaan dan hobinya daripada keluarganya?
Tidak ada yang salah juga dengan sikap seperti itu. Karena memang itulah adanya. Nah, yang terpenting sekarang, kita harus tahu apa tujuan kita menikah. Kalau hanya karena urusan aku cinta kamu dan kamu cinta aku, maka lebih baik pikirkan kembali niat kita untuk bersanding di pelaminan.
Cinta itu memang rasa yang agung. Tapi, ada yang lebih hebat dibanding itu. Apa? Ikhlash. Rasa cinta bisa saja memudar, tapi jika ikhlash yang membungkusnya, maka rasa itu akan tetap terjaga.  Kita tidak akan terpedaya dan diperbudak oleh cinta kepada sesama makhuk.


STOP JATUH CINTA , jika hanya karena nafsu. CINTAILAH SESEORANG karena YANG MAHA MENCINTAI.