Follow Us @soratemplates

Wednesday, June 23, 2021

POLRI PRESISI: Sebuah Inovasi Bersinergi untuk Negeri

June 23, 2021 17 Comments

 

 



POLRI PRESISI (Prediktif, Responsibilty, Transparansi dan Berkeadilan).  PRESISI, sebuah konsep yang digagas oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo. Konsep ini menggantikan jargon selama dua era Kapolri sebelumnya, yaitu PROMOTER (Professional, Modern, Terpercaya).

 

Dengan pendekatan PRESISI, Kapolri berharap kepolisian bisa berbenah menjadi lebih baik. Bertransformasi dari segala sisi agar visi dan misi bisa tercapai. Kepolisian pun diharapkan bisa membuat pelayanan yang lebih terintegritasi, modern, mudah dan cepat serta tetap mengedepankan sisi humanis. 

 

PREDIKTIF, atau kita mengenalnya predictive policing, sebuah kemampuan untuk memprediksi situasi, kondisi dan permasalahan serta potensi gangguan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) melalui prediksi yang didasarkan pada analisis fakta, data dan informasi.

 

Di era big data saat ini, predictive policing memang sangat relevan diterapkan. Kita tahu bahwa Big Data bersumber dari berbagai public record. Kepolisian sendiri memiliki public record dalam data SIM, STNK, SKCK, BAP dan lain-lain. Data-data tersebut bisa menjadi sumber informasi dalam menerapkan predictive policing. Dan, tentu sangat mungkin dan mudah ketika pihak kepolisian bisa bekerja sama dengan instansi lain yang terkait untuk menautkan public record tersebut. Misalnya saja, ditautkan dengan data di KTP, Paspor dan lain sebagainya.

 

Dengan seperti itu, kepolisian akan dengan mudah mengungkap suatu kasus. Karena semuanya serba terintegrasi. Hanya dengan menautkan public record, kepolisian bisa memprediksi dengan lebih cepat dan bahkan akurat.

 

Jadi, predictive policing memang sangat tepat untuk dijalankan di era digital saat ini. Kepolisian akan tertinggal ketika masih menggunakan cara-cara lama. Memanfaatkan kemajuan teknologi dan juga era big data, ditambah dengan kebijakan yang tepat, maka kepolisian akan benar-benar bisa menjalankan tugasnya menegakkan hukum yang sebenar-benarnya di negeri tercinta ini. 

 Pendekatan berikutnya ialah RESPONSIBILITY. Dengan konsep RESPONSIBILITY atau tanggung jawab, diharapkan jajaran kepolisian dapat memiliki sikap tanggung jawab atas tugasnya. Tanggung jawab di sini maksudnya bisa dilihat dari ucapan, sikap, perilaku dan pelaksanaan tugas.

 

Dalam hal ini, diharapkan semua jajaran kepolisian bisa bersikap penuh tanggung jawab atas amanah sebagai abdi Negara. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, tidak tebang pilih, tidak tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Karena seringkali kita dengar dan lihat, banyak kasus yang pada akhirnya rakyat biasa tidak bisa mengecap manfaat dari hukum yang ada di negeri ini. 

 

Konsep terakhir ialah TRANSPARANSI BERKEADILAN. Dengan konsep ini kepolisian diharapkan bisa bersikap adil, berpihak kepada kebenaran, dan dapat dengan mudah diawasi. Kepolisian sebagai pengayom masyarakat bisa berpihak kepada keadilan bukan penguasa atau kekuasaan.

 

Patut kita akui, konsep PRESISI memang benar-benar relevan untuk diterapkan saat ini. Di era digital dan big data, transparansi menjadi sesuatu yang penting. Perubahan pola pikir dan juga latar belakang pendidikan yang sudah semakin baik menjadikan masyarakat Indonesia sudah sangat melek dengan kondisi yang ada.

 

Saat ini, sudah bukan saatnya lagi Polri bersikap eksklusif. Polri harus bersikap transparan. Satu hal yang harus diingat, Polri itu harus benar-benar melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat. Tanpa pandang bulu dan tanpa tebang pilih. Keadilan menjadi sesuatu yang mutlak. Kebenaran menjadi satu-satunya yang harus ditegakkan. 

 

Dengan konsep PRESISI ini, masyarakat berharap Polri bisa bertransformasi menjadi lebih baik. Kita merindukan transformasi Polri dari segala sisi. Polri harus mampu mengubah image negative yang sudah tersebar karena ulah segelintir oknum.

 

Dengan pendekatan PRESISI, tidak ada lagi pernyataan yang muncul kalau keadilan itu hanya milik mereka yang berdasi dan berdigit panjang. Tidak ada akan ada lagi kasus yang berujung abu-abu, tanpa penyelesaian dan hukuman yang tepat. Keadilan itu benar-benar milik semua warga Indonesia tanpa kecuali.

 

Kini, saatnya Polri mengganti ‘baju’ dengan yang lebih baik dan tepat digunakan di era digital ini. Polri bisa tetap menampilkan sosok yang berwibawa dan disegani, tapi hadir dengan sisi humanis yang bisa merangkul masyarakat tanpa pandang bulu, tanpa tebang pilih. Sudah saatnya, Polri bersinergi untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban negeri ini.

Saturday, June 19, 2021

Paket Belajar Online Faber Castell, Menjadikan Pembelajaran Jarak Jauh Lebih Mudah dan Menyenangkan

June 19, 2021 19 Comments


 


Gimana, lihat foto di atas? Apa ada yang pernah mengalami hal yang sama selama menemani anaknya PJJ? Awalnya anak masih semangat, semakin ke sini, kita harus semakin kreatif dan sabar agar anak mau mengikuti sekolah daring dan mengerjakan tugas. Emang ya, rasanya itu seperti naik roller coaster menemani anak belajar di rumah selama pandemi ini. Dullu, pas pertama pandemi sih senang karena nggak harus capek nganter dan jemput anak ke sekolah. Tapi, karena kelamaan PJJ, kuota sabar lebih cepat berkurang dan berbanding lurus dengan kuota internet J.

 

Tapi, pernah terbayang nggak sih sebelumnya, kita bakalan nemenin anak sekolah dari rumah? Atau pernah terbersit nggak di pikiran, kalau kita akan menjadi ‘guru’ bagi anak-anak kita? Pernah nggak sebelumnya terpikirkan, kita harus ikut pusing dengan tugas anak dari A sampai Z, dari mulai bikin video, mengirim foto ke WAG, atau ikut mempraktekkan apa yang ditugaskan oleh gurunya?

 

Pastinya itu semua tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Biasanya kita bisa memiliki me time ketika anak-anak pergi ke sekolah. Dan, tiba-tiba, dua tahun terakhir ini semuanya berubah. Banyak cerita dan drama dalam menemani anak Belajar Dari Rumah. Awalnya mungkin menyenangkan, bisa bareng anak setiap hari, mengurangi biaya transportasi juga. Tapi, dengan waktu yang lama, kondisinya pasti berubah. Ada kebosanan dan kelelahan yang menyapa, dan pada akhirnya malah menjadikan anak-anak tidak maksimal dalam belajar.

 

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memang tidak semudah dan seenak yang dibayangkan. Semua pihak harus mau bekerja sama agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik, dan tujuan yang ingin dicapai pun bisa diraih. Tidak hanya anak, orang tua dan guru pun dituntut untuk belajar banyak hal baru.

 

Saya bersyukur sekali bisa mendapatkan pencerahan dengan mengikuti webinar yang diadakan oleh Faber-Castell. Mengangkat tema “Refleksi Pendidikan Indonesia diantara PJJ dan PTM”, dengan pemateri Ibu Saufi Sauniawati, S.S (praktisi dan pengamat pendidikan) dan Pak Christian Herawan (Product Manager Faber-Castell).


 



Dalam pemaparannya, Ibu Saufi menjelaskan tentang paradigma pembelajaran jarak jauh. Sejak diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), kita mungkin sudah paham tujuan dilakukannya agar proses belajar mengajar tetap bisa berjalan di masa pandemi. Tujuan akhirnya pastilah agar siswa tidak kehilangan haknya untuk belajar.

 

Namun, rencana kadang memang tidak sesuai dengan target. Ada banyak kendala yang menghambat PJJ ini, dintaranya:

  • Kesulitan mengakses sinyal internet di pelosok
  • Fasilitas gadget yang dimiliki siswa tidak sama
  • Masih banyak siswa yang hanya memiliki handphone biasa dan tidak mendukung belajar daring
  • Keterbatasan kuota internet
  • Beban biaya yang memberatkan
  • Makin boros karena orang tua harus rutin mengisi kuota setiap bulan
  • Materi setiap pembelajran yang disampaikan guru kurang mudah dicerna

 

Dengan kendala-kendala tersebut, maka tentu saja akan berdampak pada anak sebagai peserta didik. Dampak yang dirasakan antara lain:

  • Komunikasi antara siswa dengan guru terbatas jarak
  • Siswa kesulitan menangkap isi materi setiap pelajaran
  • Pengawasan lemah bila belajar daring di rumah

 

Sebenarnya masalah muncul tidak hanya dari sisi siswa, tapi juga dari sisi orang tua dan guru pun mengalami hal yang sama. Menurut pemaparan Ibu Saufi, masalah-masalah itu diantaranya:

Siswa

  • Lemahnya motivasi belajar
  • Pemberian tugas dirasakan berat karena berbeda antara tujuan pengajar dan orang tua
  • Kemampuan anak menggunakan perangkat pembelajaran minim
  • Distorsi dengan permaian online ketika belajar menggunakan gadget
  • Paradigma tidak pergi ke sekolah adalah libur masih tertanam dalam diri siswa
  • Kurangnya sosialisasi sehingga membuat pembelajaran terasa berat
  • Monotonnya pemberian tugas

 

Orang tua

  • Orang tua terkendala dalam penyiapan fasilitas
  • Belum mengetahui secara rinci platform dan troubleshooting
  • Kendala perilaku anak
  • Perbedaan pola target pembelajaran antara guru dan orang tua
  • Belum dapat menjadi motivator
  • Beratnya menerapkan disiplin pada anak
  • Waktu yang terbatas

 

Guru

  • Fungsi dan pemberian pola pemberian materi dengan berbagai platform
  • Belum memahami troubleshooting
  • Pemberlajaran masih belum bisa menciptakan bonding walau pembelajaran jarak jauh
  • Kreatifitas guru beragam
  • Pembelajaran belum menarik dan beragam

 

Lalu, apa solusinya?

Dari permasalahan yang muncul, ada beberapa solusi yang harus dilakukan agar PJJ bisa tetap menyenangkan bagi semua pihak dan tujuan pendidikan tetap tercapai. Semua pihak harus paham dan dapat menjalankan perannya masing-masing dengan baik. Peran tersebut diantaranya:








 


Sebenarnya, pandemi ini tidak hanya memberikan efek negatif bagi pendidikan. Karena perlu diakui, pandemi ini pun memberikan efek positif kepada dunia pendidikan, baik itu dari sisi siswa, maupun orang tua, dan bahkan guru. Dari sisi siswa, mereka menjadi lebih banyak belajar soft skill. Pembiasaan harian yang ditugaskan oleh guru bisa menjadi cara memperkenalkan dan membiasakan kemandirian anak.

 

Dari sisi orang tua, dengan belajar di rumah, kedekatan antara anak dan orang tua menjadi lebih terjalin. Intensitas pertemuan yang jauh lebih lama, menjadikan quality time dengan orang tua pun semakin banyak. Ini artinya bisa menciptakan bonding yang lebih kuat.

 

Dari sisi guru dan sistem pendidikan, mereka dituntut untuk lebih kreatif dalam menyuguhkan materi pembelajaran agar bisa diterima dan dimengerti siswa. Mereka pun harus lebih melek teknologi agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.

 

Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yang membuat pusing tujuh keliling ialah ketika anak mendapat tugas. Sebagai orang tua seringkali kita dihadapkan pada kondisi anak merasa bosan dan malas untuk mengerjakannya. Kondisi seperti ini tentu saja harus dicari solusinya, karena bisa jadi pembelajaran jarak jauh masih diberlakukan, meskipun dikombinasikan dengan Pertemuan Tatap Muka. Lalu, apa dong solusinya?

 

Faber Castell


Siapa yang tak mengenal brand satu ini. Faber Castell, berawal dari bisnis pengrajin kayu di Stein-Jerman pad 1761. Bertahan hingga detik ini, 260 tahun.

 

Saat ini, Faber Castell sudah menjadi bagian terpenting dari kehidupan kita. Dengan keragaman produk yang dimiliki dan berkomitmen menghadirkan kualitas terbaik di kelasnya. Mulai dari produk untuk menulis, menggambar, desain kreatif dan pensil kosmetik.

 

Tidak hanya itu, Faber Castell juga berkomitmen utuk menjaga dunia tetap hijau, dengan meghadirkan proyek hutan lestari di Brazil dan Columbia.

 

Faber Castell juga hadir menjadi solusi, termasuk saat masa pandemi ini. Seperti telah dibahas di atas, salah satu masalah yang muncul saat PJJ ialah saat anak merasa bosan dan malas untuk mengerjakan tugas.


Pak Christian Herawan  selaku Product Manager Faber-Castell menjelaskan produk khusus yang sangat membantu proses kegiatan belajar mengajar di masa pandemi ini. Tidak hanya berguna bagi siswa, tapi juga memberikan kemudahan bagi orang tua dan guru dalam mendampingi anak-anak melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

 


Faber Castell menghadirkan paket belajar online yang terdiri dari:

  • Pensil
  • Pulpen
  • Penghapus
  • Serutan
  • Stylus

 

Nah, stylus ini benar-benar bisa menjadikan anak-anak lebih tertarik untuk mengerjakan tugas. Kita semua tahu, anak-anak Generasi Alfa yang dari lahir sudah sangat familiar dengan dunia digital, mereka jauh lebih menikmati mengerjakan sesuatu di gadget daripada di atas kertas atau buku.





Stylus Faber Castell ini bisa menjadi solusi agar mereka mau mengerjakan tugas dengan senang hati. Mereka bisa mengerjakan tugas di gadget tapi tanpa disadari motorik halusnya pun tetap terlatih.

  

Kehadiran Paket Belajar Online Faber Castell hadir dengan solusi dari permasalahan PJJ yang selama ini kita hadapi. Proses Belajar Mengajar, baik itu PJJ atau PTM akan jauh lebih menyenangkan dengan #SahabatSepanjangMasa, Faber Castell.