Follow Us @soratemplates

Saturday, September 30, 2017

Kereta Api Indonesia di Masa Mendatang

September 30, 2017 1 Comments

Berbicara tentang kereta api, menurutku inilah moda transportasi yang paling ramah. Ramah dari segi biaya, ramah bagi semua kalangan dan usia. Saat ini, mau itu eksekutif maupun ekonomi, sudah cukup nyaman bagi penumpang.
Kereta Api Indonesia selalu memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Dari tahun ke tahun, kita merasakan kenyamanan dalam menggunakan moda transportasi kereta api. Selain pelayanan dari para petugas yang sangat ramah, fasilitas yang ada pun sudah cukup nyaman.
Bagiku, kereta api adalah moda transportasi favorit. Setidaknya setahun sekali aku menggunakan kereta api untuk pulang ke kampung halaman. Sebenarnya tidak hanya itu, bahkan aku juga lebih memilih untuk mengguankan kereta api untuk pergi ke tempat atau kota lain. Selain harganya tidak membuat rekening menipis, melakukan perjalanan denagn kereta api itu memiliki sensasi tersendiri.
Sudah hampir 3 tahun ini aku melakukan perjalanan Surabaya – Bandung menggunakan kereta api. Memang tidak bisa dikatakan perjalanan singkat dari ujung timur Jawa ke kota kembang. Kurang lebih 13,5 jam, waktu yang harus dilalui di dalam kereta api. Tentunya bukan waktu yang sebentar untuk sebuah perjalanan, apalagi bagi anak-anak.
Mungkin kalau bagi kita, perjalanan panjang seperti itu bisa diisi dengan berbagai hal. Atau, kalaupun kita merasa kelelahan, tidur pun bisa jadi pilihan yang tepat. Tapi, bagaimana dengan anak-anak?
Nah, karena alasan itulah, Kereta Api Indonesia harus mulai melihat sisi kenyamanan bagi anak-anak dan balita. Sifat anak-anak yang aktif dan kreatif tentunya tidak bisa dihentikan hanya untuk sebuah perjalanan. Bahkan tak jarang perjalanan yang seharusnya menyenangkan, menjadi hal yang paling dibenci oleh anak-anak. Mereka tidak akan menikmati perjalanan karena merasa melelahkan dan membosankan.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Mereka tidak bisa terpisahkan dari yang satu ini. Ketika ada kata bermain, maka sudah bisa dipastikan mereka akan antusias luar biasa. Mereka akan lupa apapun kalau sudah diberikan waktu bermain.
Play Corner. Yap, menurutku sudah saatnya Kereta Api Indonesia menjadi moda transportasi umum pertama yang ramah anak. Dengan menyediakan Play Corner, kita bisa memfasilitasi anak-anak untuk bisa tetap merasakan kenyamanan dalam perjalanan. Mereka masih bisa explore apapun yang mereka inginkan.
Play Corner ini bisa berupa satu pojok bermain khusus di setiap gerbong. Tak perlu besar, tapi setidaknya bisa memberikan ruang bagi anak-anak untuk berada di dunianya. Contohnya saja, ada arena mini mandi bola, pojok kreatifitas (mewarnai, melukis, atau bermain pasir warna), arena lego, dan pojok baca.
Play Corner juga bisa berupa satu gerbong khusus yang disediakan pihak PT. Kereta Api Indonesia sebagai play wagon (gerbong bermain). Selain ada beberapa arena bermain anak yang aman tapi tetap menyenangkan, gerbong bermain juga bisa menjadi sarana edukasi kepada anak-anak tetang dunia perkereta apian Indonesia.

Dengan adanya Play Corner ini, kita sudah berusaha menyediakan moda transportasi umum yang ramah anak. Karena sampai saat ini, belum ada satu pun moda transportasi umum yang melirik dan tergerak untuk memberikan kenyamanan kepada anak-anak. Padahal, mereka juga memiliki hak yang sama untuk menikmati pelayanan transportasi umum yang nyaman, tentunya menurut versi mereka bukan nyaman menurut kita orang dewasa.

Friday, September 29, 2017

Dengan Laptop 2in1, Hobi dan Amanah Bisa Tertunaikan

September 29, 2017 4 Comments
Sumber: www.blibli.com

Akhir-akhir ini sering banget kepikiran pengen punya laptop 2in1. Secara, sekarang sudah punya batita yang semangat belajarnya luar biasa. Si kecil senang banget kalau udah nonton lagu-lagu Bahasa Inggris sama film-film edukatif gitu. Di satu sisi senang banget sih, karena meskipun usianya baru 2 tahun, ia sudah bisa menunjukkan benda, angka, alfabet pake Bahasa Inggris. Bahkan ia juga paham kalau aku kasih perintah menggunakan Bahasa Inggris.
Ya, aku senang karena dengan adanya gadget bisa membantuku sebagai alat bantu. Tapi, di sisi lain, aku kadang merasa ribet kalau harus menggunakan laptop, karena ia suka banget bereksperimen, takutnya jatuh dan mengenai kakinya. Kalau aku menggunakan Smartphone juga, ya terlalu kecil, jadi posisinya terkadang terlalu dekat dengan matanya. Kayaknya kurang recommended juga ya.
Sudah sempat mengobrolkan hal tersebut kepada suami, bahkan suami pun menawarkan untuk membelikannya. Katanya laptop bagiku itu bagaikan napas kedua. Sebagai seorang yang punya hobi menulis, rasanya tidak berlebihan kalau aku menginvestasikan sebuah laptop untuk mendukung haobiku. Tapi, aku masih pikir-pikir dulu, karena aku ingin memilikinya dari hasil menulis atau ngeblog (sok mandiri banget ya hehehe...).

Ya, tugas utamaku memang sebagai seorang istri dan ibu. Tapi, hobi menulis yang sudah aku jalani sejak sebelum menikah, memang sulit aku lepaskan. Untunglah suami sangat mendukung apa yang aku lakukan. Seringkali ia memfasilitasi hobiku ini. Apapun yang aku inginkan, asalkan aku cerita, pasti ia langsung akan memenuhi keinginanku. Karena alasan itu pula, aku malu kalau sampai ia mewujudkan keinginanku yang satu ini (tapi, kalau memang terpaksa dibelikan juga, nggak apa-apa sih...#KodeKeras J ).
Memiliki laptop 2in1 memang impian sejak dulu. Ketika tahu ada laptop yang bisa dual-function, aku langsung jatuh cinta. Bahkan aku sudah mengangan-angankan sejak aku masih bekerja. Modelnya yang simple dan pastinya sangat mendukung pekerjaanku yang mobile
Dan, sekarang, ketika sudah menikah dan memiliki seorang batita, laptop 2in1 sangat aku butuhkan. Menurutku, saat ini yang dibutuhkan tidak hanya laptop yang canggih, tapi juga simple. Sudah bukan jamannya lagi membuat tas kita jadi berat dengan membawa gadget lebih dari satu.  Belum lagi perlengkapan lainnya seperti charger, power bank, dan teman-temannya yang lain. Nggak kebayang kan gimana beratnya tas kita? Syukur-syukur kita pakai tas ransel. Nah, terus apa kabarnya kalau kita pakai tas cewek?
Nggak simple banget, kan? Apalagi kalau kita tuh tipe cewek yang nggak terbiasa pakai tas ransel alias cewek banget atau feminin, haduh pokoknya harus tambah ribet aja nih. Ya iyalah, secara aku pernah ngerasain itu, kemana-mana harus pake tas cewek plus tas jinjing buat laptop. Intinya ribet bin rempong deh.
Karena alasan itulah, mupeng banget deh kalau lihat laptop 2in1. Kayaknya gadget yang satu ini bakalan ngertiin aku banget. Nggak bikin pundak sakit dan pegal deh. Lagian, rata-rata kan beratnya hanya sampai 1,5 kg gitu, malahan ada yang kurang dari segitu lho beratnya. Ah, mupeng...mupeng pokoknya.
Menurutku, laptop intel2in1 itu gadget yang kekinian dan harus plus kudu dimiliki setiap orang. Apalagi untuk orang-orang yang mobile dan sibuk. Tapi, nggak harus buat pengusaha, artis, atau politikus juga kok. Ibu rumah tangga juga perlu banget nih sama gadget ini. Ah, paling buat medsos-an?
Eitss...Buang tuh jauh-jauh negative thinking kamu. Sejak jadi ibu rumah tangga dan memiliki anak, ternyata punya gadget yang keren itu wajib lho (kalau ada duitnya juga hehe...). Bukan untuk gaya-gayaan terus pamer ke tetangga sebelah atau teman arisan lho. Tapi, bisa bantu kita banget buat upgrade diri kita sekaligus buah hati kita.
Nah, kalau buatku pentingnya pakai banget deh. Soalnya setelah menikah dan punya anak, aku memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus sama anakku. Tapi, bukannya aku nggak punya kegiatan lain selain menjadi manager keluarga lho. Hobi menulis dan ngeblog yang sekaligus juga bisa nambah uang jajan dan beli kosmetik, masih bisa aku lakukan.
Karena alasan itulah, aku tuh butuh banget sama yang namanya laptop 2in1. Karena sudah 2 tahun ini pakai laptop biasa, wah kayaknya udah nggak sesuai dengan keaktifan si kecil sekaligus kejar tayang urusan rumah tangga. Seringkali deadline terbengkalai karena si kecil lagi senang-senangnya bermain bola, kejar-kejaran, bermain sepeda atau sekadar bermain di luar melihat orang-orang yang lewat. Kebayang kan, nggak mungkin banget aku bawa laptop sambil lari-lari atau nemenin bersepeda?
Selain itu, menurutku, kalau si kecil pengen nonton lagu-lagu Bahasa Inggris, video interaktif atau film edukatif, menggunakan laptop 2in1 jauh lebih aman. Karena aku punya pengalaman yang bikin hati tersenyum tapi menghela napas panjang. Ya, sejak bayi, anakku memang terbiasa diputarkan video-video edukatif. Ada waktu khusus untuk memperkenalkan hal-hal positif sejak dini, tentunya dengan porsi waktu yang sesuai. Apalagi ketika aku harus mengerjakan hal yang tidak bisa dilakukan bareng si kecil, menyimpannya satu dua menit di depan laptop jadi pilihanku. Maklum tinggal jauh dari orangtua dan tanpa asisten rumah tangga itu, harus lebih cerdas mengurus rumah plus dampingi buah hati juga. Dengan melihat video edukatif, anak senang ibu tenang J.

Tapi, karena ia setiap hari melihat kebiasaan emak bapaknya ngetik di depan laptop, jadi ia meniru apa yang ia lihat. Awalnya sih hanya mengamati, selanjutnya keyboard laptop mulai dijadikan alat eksperimen. Alhasil, beberapa tombol di keyboard sudah tidak bisa diajak kerjasama.
Di satu sisi senang sih melihat anak yang cerdas. Tapi, di sisi lain, aku harus mengelus dada dan menghela napas karena sekarang kalau ngetik harus pakai tekanan emosi yang tinggi biar hurufnya bisa muncul di layar. Namun, sekali lagi, mengeluh bukan solusi.
Nah, kalau menurutku, solusinya ya harus punya gadget yang bisa diajak kerjasama. Diajak nyelesaian tulisan, mau. Dan, diajak mencerdaskan buah hati juga, kudu siap. Pokoknya aku berdoa dan tentunya berusaha juga biar bisa mewujudkan impian punya laptop Intel 2in1. Doakan ya teman.... J

Wednesday, September 27, 2017

Penuhi Tangki Cintanya

September 27, 2017 1 Comments

Ibarat sebuah tangki, ia akan bisa mengeluarkan air yang banyak ketika sudah terisi. Semakin banyak isi tangki tersebut, maka yang dikeluarkannya pun akan banyak pula. Dan, sebaliknya ketika tangki itu hanya memiliki isi sedikit, ia akan mengalirkan air sedikit pula.
Seperti halnya tangki air, itulah jiwa kita. Ketika jiwa kita terisi cinta yang penuh, maka kita akan lebih mudah menebar cinta kepada sesama. Rasa empati dan menghargai akan muncul dengan sendirinya karena kita merasakan hal yang sama dari orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang dari keluarga adalah aliran yang luar biasa untuk memenuhi tangki cinta kita.
Mungkin diantara kita sering bertemu dengan seseorang yang temperamen, tidak mau kalah dan tidak memiliki empati sedikit pun. Coba perhatikan bagaimana pola asuh di keluarganya. Kita cermati bagaimana kedua orangtuanya memperlakukannya.
Ketika sejak kecil hanya cacian, amarah dan hinaan yang dia dengar, maka hatinya akan kerontang, jiwanya mengalami dehidrasi cinta. Ia akan berlajar menjadi pribadi yang tidak jauh dari apa yang ia dapatkan. Sebaliknya, ketika kita perlakukan anak-anak itu penuh cinta, maka ia akan lebih mudah menyebar cinta pula. Ingat, anak itu peniru yang hebat.
Oleh karena itu, akan jauh lebih bijak bagi kita untuk menginestasikan waktu mengisi tangki cinta anak-anak kita. Usia anak-anak tidak akan pernah bisa terulang. Jangan pernah berdalih karena kita sibuk dengan urusan pekerjaan, akhirnya kita berikan waktu sisa kepada mereka. Akhirnya, mereka tidak pernah merasakan tangki cinta yang terisi tpenuh.
Menjadi ayah atau ibu bukan hanya sebuah status. Tapi, ini merupakan amanah yang luar biasa. Kita dipilih oleh Allah SWT untuk menjaga makhluk-Nya. Apakah kita tidak malu mengabaikan amanah dari-Nya? Apa pertanggungjawaban kita nanti dihadapan-Nya?
Untuk itu, mulai saat ini ayo kita sama-sama belajar menjadi orangtua yang dinanti bukan yang ditakuti. Kita isi tangki cinta kita dan pasangan terlebih dahulu. Setelah itu, kita isi tangki cinta anak-anak kita, agar ia tumbuh menjadi pribadi hebat dan menghebatkan. Negeri ini sedang menanti siraman cinta ditengah moral generasi yang sudah kerontang.

Anak-anak Belajar dari Kehidupannya

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakukan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

(Puisi karya Dorothy Law Nolte, Ph.D)


Tuesday, September 26, 2017

Hijrah Itu Proses Belajar Tanpa Jeda

September 26, 2017 0 Comments
Sumber:www.duniajilbab.co.id

“Aduh ribet banget sih pake kaos kaki segala, kan cuman ke warung doang.”
“Apa nggak panas pake kerudung melulu.”
“Nggak ribet tuh pake motor tapi harus pake rok atau gamis?”

Ucapan-ucapan yang terlihat seperti sederhana, namun sering membuat bimbang untuk tetap istiqomah. Ya, mungkin untuk sebagaian orang mendengar komentar seperti itu diangap biasa saja. Tapi, bagiku, yang memiliki sifat ‘nggak enakan’ sama orang, bukan hal yang mudah untuk menanggapinya.
Awal-awal ingin belajar menjadi pribadi yang lebih baik, memang butuh perjuangan. Ketika ingin hijrah, godaan untuk kembali selalu ada. Komentar sana-sini membuat keyakinan goyah.
Dulu, ketika belum paham, seringkali berpikir sama dengan mereka. Dengan dalih kalau ‘Allah Maha Tahu’, aku memiliki seribu alasan untuk tidak melaksanakan perintah sebagai seorang muslimah. Meniru kebanyakan orang tanpa melihat pantas dan tak pantas.
Ya, dulu, aku kadang berpikir ribet juga kalau harus menggunakan gamis atau rok padahal masih menggunakan motor kemana-mana. Belum lagi, kaos kaki juga harus selalu dipakai ketika keluar rumah, meskipun hanya pergi ke warung atau pasar. Terus, jika ada tamu yang bukan muhrim, harus memakai hijab padahal di rumah sendiri dan siang hari pula. Pokoknya yang ada dalam pikirku hanya satu kata, ribet.
Memang terkadang belajar taat itu nggak mudah. Menjadi wanita saliha itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibilang sok suci, nggak asyik, nggak seru, ribet, sudah menjadi santapan sehari-hari. Bahkan bukan dari orang-orang yang hanya kenal sekilas saja, tak jarang keluarga dekat pun melakukan hal yang sama.
Sekali lagi, hijrah itu memang tak mudah. Tapi, terkadang kejadian demi kejadian membuat kita tersadar. Belajar menjadi muslimah saliha itu jauh lebih menenangkan. Karena bukankah perintah Allah itu ada karena Dia Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita?  Tapi, memang seringkali kita tidak bisa atau tidak mau memahaminya. Kita sering lupa bahwa nikmat-Nya jauh lebih tak terkira dibandingkan perintahNya?
Bagiku, hidup ini adalah perjalanan panjang. Perjalanan yang pada akhirnya berhenti pada satu titik kembali. Kembali kepada Dzat Yang Maha Segalanya. Kita hanya tinggal memilih, mau menjalani perjalanan menjadi pribadi saliha atau tidak. Pribadi yang senantiasa menebar kebaikan dan menjadi sosok inspiratif yang bisa menjadi jalan orang lain untuk berhijrah pula. Bukankah sejatinya setiap makhluk itu ingin timbangan amal kebaikannya jauh lebih berat dibanding keburukannya?


Monday, September 25, 2017

Nanny 911

September 25, 2017 1 Comments


Nanny 911, tahukan acara yang satu ini? Hmmm, aku sangat suka menonton acara itu. Banyak pelajaran yang diambil, terutama bagaimana cara menghadapi anak-anak yang bermasalah.
Dulu, tidak pernah terpikir olehku untuk menjadi guru, apalagi guru private. Setiap hari mendatangi siswa, dari satu rumah ke rumah yang lain. Meskipun aku pun sudah memiliki tempat sendiri saat itu, tapi tetap saja permintaan untuk menjadi guru private masih aku terima.
Sebenarnya bukan karena uang yang aku dapat. Ya, jika boleh jujur memang kadang bayaran yang aku terima itu lebih besar. Tapi, bukan itu. Profesi yang awalnya aku benci ini, kini menjadi sesuatu yang sangat menarik. Apapun yang berhubungan dengan mengajar, pasti aku akan menerimanya, termasuk menjadi guru private.
Ada sensasi yang luar biasa, ketika aku harus mendatangi rumah-rumah muridku. Aku tidak hanya mengajar, tapi sebenarnya aku belajar. Aku sering mengamati bagaimana pola didikan di setiap keluarga. Dan memang benar, pola didikan itu mempengaruhi sifat dan sikap anak.
Menjadi guru private sejak tahun 2003 sampai 2015. Banyak anak yang aku dampingi, mulai dari usia 2 tahun hingga mahasiswa. Bahkan, sebenarnya, aku juga mengajar yang sudah punya anak alias bapak-bapak dan ibu-ibu hehe...
Selain itu, aku juga tak jarang mendapatkan anak didik yang ‘luar biasa’. Sebagian murid private-ku memiliki masalah di sekolahnya. Ada yang dicap sebagai ‘anak nakal’, ‘bodoh’, ‘broken home’, berkebutuhan khusus (ABK) dan penilaian-penilaian negatif lainnya.
Meski aku bukan lulusan psikologi, tapi setidaknya aku pernah belajar sedikit tentang psikologi. Dan, yang terpenting pengalamanku dalam mengajar berbagai macam karakter anak, membuatku tidak terlalu stres dalam menangani murid-muridku. Aku berpikir mereka bukan muridku, mereka adalah adik, teman dan juga partner belajarku.
Sebenarnya yang membuat mereka akhirnya memahami apa yang aku ajar bukan karena aku guru yang hebat. Tapi, karena mereka yakin bisa. Jika mereka tidak memiliki keinginan yang kuat untuk berubah, aku yakin mereka akan tetap seperti sebelum bertemu denganku.
Sebenarnya akulah yang banyak belajar dari mereka. Aku belajar tentang kesabaran, kerja keras dan cinta dari mereka. Cinta? Ya, mereka ajarkan cinta kepadaku. Karena cintanya kepada diri mereka sendiri dan orang-orang tersayang, mereka selalu ingin belajar banyak dariku.
Setiap hal mereka pelajari. Dan yang membuatku senang, mereka selalu antusias dalam belajar. Mereka juga menganggapku tidak hanya sebagai guru. Mereka memposisikanku sebagai teman, kakak dan bahkan ibu mereka. Apapun yang mereka alami dan rasakan, selalu dibagi denganku.Tak jarang aku lebih tahu apa yang mereka rasakan dan alami daripada kedua orangtua mereka.
Karena profesiku ini, sebagian orang memanggilku dengan sebutan ‘Nanny’, mungkin karena apa yang aku lakukan itu hampir mirip dengan orang yang ada di acara Nanny 911. Aku kadang suka senyum-senyum sendiri, karena dulu ketika aku menonton acara itu, aku selalu bermimpi andai aku ini berprofesi seperti itu. Ternyata aku sudah merasakan hal itu. Menyenangkan, banyak ilmu yang didapat, unforgettable. Ah pokoknya menjadi Intan 911 itu luar biasa. 
Dan, sekarang, aku tidak menerima lagi tawaran untuk mengajar private. Karena saat ini, aku sedang fokus menjadi guru private untuk anak paling hebat yang pernah aku temui. Ia adalah murid favoritku. Anak hebat itu, Azka Muhammad Hafidz Al-Farizy Abidin, buah hatiku. 


Sunday, September 24, 2017

Kapan Nikah?

September 24, 2017 2 Comments

“Kapan nikah?”
“Kamu sih terlalu workaholic?”
“Mau nyari yang kaya gimana?”
“Ingat usia lho.... Kamu kan wanita.”
 Risih banget deh kalau udah dengar pertanyaan dan pernyataan di atas. Sejak lulus kuliah, pertanyaan dan sekaligus juga ungkapan itulah yang paling menyebalkan yang aku dengar. Kadang aku berpikir, apa orang-orang itu nggak punya stok pertanyaan lain, atau memang mereka nggak punya hati sampai nggak peka meraba perasaan orang yang ditanya.
Pokoknya bete banget kalau udah ngumpul acara keluarga, ketemu teman sekolah atau ngobrol sama ibu-ibu. Ya, secara kesibukanku berhubungan dengan banyak orang. Memiliki aktifitas mengajar di sebuah sekolah formal, memiliki tempat les, mengajar privat dan juga mengisi seminar, membuatku bertemu banyak orang setiap hari. Bisa bayangin kan, gimana rempongnya kalau ibu-ibu lagi nanya, pokoknya ilmu 5W1H sudah dikuasai banget deh hehe...
Perlu aku akui, saat berkumpul dengan keluarga besar, aku sangat terbebani dengan pertanyaan ‘Kapan nikah?’ setiap hari. Tak jarang, orang yang sama menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Memang mereka bertanya sambil bercanda sih. Tapi sebercanda-bercandanya, kalau untuk urusan yang satu ini, terkadang menjadi lebih sensitif untuk ditanyakan, apalagi bagi perempuan.
Ya, awalnya, aku merasa sangat stress ketika ada yang bertanya, ‘Kapan nikah?’. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku pun menjadi lebih kebal dengan pertanyaan tersebut. Malah aku memiliki cara untuk menjaga mood tetap happy meskipun dicecar dengan pertanyaan yang sama.
Ketika mereka bertanya, ‘Kapan nikah?’, aku akan menjawabnya dengan senyuman saja. Kalau kata anak sekarang, disenyumin aja. Meskipun, tak jarang beberapa orang yang kepo terus menggali agar aku bisa curhat masalah jodoh. Tapi, aku memang menjaga untuk tidak mengeluhkan masalah jodoh ini kepada siapapun selain kepada yang Maha Tahu segalanya. Melangitkan doa setiap saat adalah salah satu caraku untuk minta disegerakan.
Memang tidak mudah untuk keep smile ditengah pertanyaan ‘Kapan nikah?’ yang terus-menerus. Aku harus terus meyakinkan diriku kalau hari bahagia itu pasti akan segera menyapaku. Tapi, aku bersyukur memiliki aktifitas yang lumayan padat, bahkan weekend pun ada kegiatan full sampai malam. Dengan semua kegiatan tersebut, aku merasa lebih menikmati masa penantianku.
Tapi, kembali lagi, terkadang ada beberapa orang yang ‘sangat perhatian’ denganku. Melihat akumasih sendiri, ada saja cara mereka untuk mengenalkan dengan laki-laki pilihan mereka. Mulai dari keluarga dekat hingga teman bahkan tetangganya dikenalkan denganku. Ya, kalau aku pribadi sih melihat dari sisi positif, mungkin mereka ingin segera melihat aku memiliki pendamping.
Mereka sangat bersemangat menjadi mak comblang, meskipun terkadang aku tidak sadar sedang dicomblangi oleh mereka. Tapi, aku patut berterima kasih dengan segala usaha mereka untuk menjodohkanku dengan laki-laki pilihan mereka. Menurutku apa yang mereka lakukan lebih manusiawi daripada terus bertanya ‘Kapan nikah?’ tanpa memberikan solusi.

Dan, atas izin Allah, akhirnya aku dipertemukan dengan suamiku saat ini. Proses perkenalan yang terbilang singkat dan tanpa bersua apalagi jalan berdua. 10 Januari 2015, adalah hari dimana janji suci melangit untuk melangkah bersama, menua dalam cinta dan kasih sayang. Aku pun bersyukur bisa terlepas dari pertanyaan ‘Kapan nikah?’. Oya, aku juga harus lebih bersyukur lagi, karena aku bisa melewati pertanyaan ‘Kapan hamil?’, karena satu bulan setelah menikah, aku langsung diamanahi janin dalam rahimku. 

Saturday, September 23, 2017

Stop Comment

September 23, 2017 0 Comments
Sumber: www.ciker.com

“Kok anaknya kurus, pasti susah makan nih.”
“Kok gemuk sih anaknya, awas lho obesitas.”
“Ah, anaknya kok nempel terus sama Mamahnya sih. Manja banget.”
“Ah, kamu tuh nggak kayak anak-anak yang lain. Masa gitu aja nggak bisa.”
“Masa dari tadi cuman diam aja, pemalu banget sih anaknya.”

Pernah dengar ucapan-ucapan seperti itu? Pastinya kita semua sering mendengar pernyataan tersebut terlontar, atau mungkin kita sendiri yang sering mengucapkannya. Rasanya, kalimat-kalimat tersebut sudah sangat familiar di telinga kita.
Fenomena mengomentari ini sepertinya sudah menjadi karakter sebagian dari kita. Rasanya mulut ini gatal kalau tidak mengeluarkan kata-kata ketika melihat sesuatu. Padahal tidak semua orang suka dikomentari, apalagi dengan komentar yang negatif.
Kebiasaan mengomentari orang lain, terutama tumbuh kembang anak-anak, seharusnya bisa segera dihilangkan. Seringkali ucapan yang kita anggap biasa dan lumrah diucapkan itulah yang akan melukai perasaaan dan juga merusak pikiran si anak. Mereka mungkin belum bisa mengungkapkan rasa ketidaknyamanannya. Tapi, mereka sudah bisa mendengar dan merasakan apapun sejak mereka berada dalam kandungan.
Perlu digarisbawahi di sini, perkembangan setiap anak itu berbeda. Ada yang bisa jalan lebih cepat dibanding teman-temannya, tapi ia lambat dalam berbicara. Ada juga yang lebih cepat ngoceh, tapi fisiknya sering sakit-sakitan. Ada bayi yang bertubuh kurus, ada juga yang diberi kelebihan berat badan. Ada anak yang bisa cepat berinteraksi dengan lingkungan baru, tapi ada juga yang butuh waktu lama untuk bisa kenal dengan orang-orang baru.
Intinya jangalah melihat dari satu sisi, tapi lihatlah dari berbagai sisi. Kecerdasan setiap anak itu berbeda-berbeda. Menurut Dr. Howard Gardner, kecerdasan itu meliputi SLIM N BIL, yaitu:
Ø  Spasial – Visual
Orang-orang dengan kecerdasan ini berpikir dalam citra dan gambar.
Ø  Linguistik – Vebal
Kecerdasan dalam berbicara, menulis, membaca, menghubungkan dan menasirkan.
Ø  Interpersonal
Dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain.
Ø  Musikal – Ritmik
Berpikir dalam irama dan melodi.
Ø  Naturalis
Kecerdasan ini menyangkut pertalian seseorang dengan alam. Dengan kata lain, ia bisa berinteraksi baik dengan alam.
Ø  Badan – Kinestetik
Memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan fisik dengan mudah dan cekatan.
Ø  Intrapersonal
Memiliki kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.
Ø  Logis – Matematis   
Mampu melibatkan pemecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematis.

Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Bisa jadi, ada yang cerdas secara linguistik-verbal, tapi lemah dalam sisi logis-matematis. Intinya, tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah kecerdasan yang dimilikinya berbeda dari yang lain. Jangan pernah mengatakan seorang anak bodoh dan kita sebagai orang tua gagal ketika mereka tidak bisa berkomunikasi baik degan orang lain. Atau, kita katakan mereka tidak sukses karena tidak bisa memahami berhitung.
Semua anak itu cerdas dan memiliki kelebihannya masing-masing. Berhentilah menilai mereka hanya dari satu sisi saja. Satu hal lagi, buang kebiasaan mengomentari tumbuh kembang anak-anak, baik itu anak kita ataupun anak orang lain, dengan komentar yang negatif. Lebih baik berikan pujian dan afirmasi positif agar mereka merasa lebih dihargai. Tidak hanya itu, sisi psikologis orangtuanya pun akan lebih terjaga ketika mendengar kalimat-kalimat positif. Praise the children or STOP COMMENT!

Friday, September 22, 2017

Terjun Bebas

September 22, 2017 8 Comments
Sumber www.sport.tempo.co

Perlu kita akui bersama kalau di dunia ini tidak ada Perguruan Tinggi yang memiliki jurusan keluarga dengan program studi ayah atau ibu. Jadi, akan sangat mungkin terjadi, beberapa pasangan yang baru menikah merasa kikuk dan terkadang memicu pertengkaran.
Apa yang kita rasakan ketika berkenalan atau proses pendekatan ternyata berbeda jauh. Tak jarang setelah menikah, setiap orang memperlihatkan kebiasaan aslinya. Tentu saja hal tersebut membuat satu sama lain kaget. Mulai dari hal yang sangat sepele, seperti kebiasaan jam tidur atau bangun, kebiasaan mandi, kebiasaan makan, sampai kepada pola asuh anak.  
Nah, poin yang terakhir inilah yang seringkali menjadi pemicu masalah yang lebih serius. Sebagai contoh, keluarga kita terbiasa dengan pola asuh yang sangat terfokus kepada kedisiplinan. Pokoknya anak sebiasa mungkin harus belajar disiplin sejak dini. Sedangkan di keluarga pasangan kita, pola asuh yang ada terbilang acuh tak acuh. Membiarkan anak tumbuh dengan sendirinya. Mengizinkan lingkungan yang mengajarkan anak banyak hal.
Nah, dari satu sisi itu saja, bisa membuat masalah baru kalau tidak dikomunikasikan sejak awal. Ada baiknya sebelum menikah, kita tidak hanya terfokus kepada kriteria kecantikan atau ketampanan dan kemapanan pasangan kita. Kita juga tidak hanya sibuk mempersiapkan tema pesta pernikahan. Karena yang terpenting adalah mempersiapkan bagaimana kita bisa melangkah bersama setelah menikah kelak.
Menyatukan visi dan misi setelah menikah. Berusaha untuk bersinergi dalam membina biduk rumah tangga. Menyamakan pola asuh yang seperti apa untuk keturunan kita. Intinya, jangan sampai setelah menikah kita merasa kaget, kecewa dan juga stress dengan apa yang terjadi di depan mata kita.
Menikah adalah ibadah paling lama yang kita kerjakan. Oleh karena itulah, kita membutuhkan persiapan yang luar biasa. Persiapan di sini bukan hanya persiapan fisik semata, tapi yang paling penting ialah persiapan mental. Kita perlu banyak ilmu agar bisa membina keluarga yang harmonis.
Pernikahan itu bukan untuk satu atau dua bulan, tapi selama napas belum berhenti, maka kita harus berusaha menjaga keutuhan dan janji yang sudah melangit. Apalagi ketika kita sudah diberikan keturunan, tanggung jawab pun bertambah. Amanah yang dititipkan oleh Allah SWT tidak bisa dianggap remeh. Kita sudah terpilih untuk menerima titipan dari yang Maha Mencipta.
Jangan sampai kita memilih untuk terjun bebas tanpa menggunakan parasut. Tidak hanya itu, kita pun harus memiliki ilmu tentang bagaimana bisa mendarat dengan selamat. Karena meskipun sudah menggunakan parasut dan juga memiliki ilmunya, tidak jarang ada saja yang gagal mendarat. Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal tersebut, mungkin bisa karena angin, pikiran (kurang konsentrasi) ataupun faktor cuaca.
Begitu pun ketika kita akan memasuki gerbang pernikahan dan mendidik anak-anak kita. Kita tidak bisa hanya melihat kebiasaan orang-orang sebelum kita. Jangan sampai kita hanya jadi orang tua copas (copy paste) tanpa melihat apa itu pantas dan cocok untuk buah hati kita. Ya, kalau kebiasaan itu baik, bisa kita terapkan. Tapi, kalau sebaliknya?
Pernikahan, membina rumah tangga dan mendidik anak itu bukan perkara gampang dan tinggal meniru kebiasaan dan budaya. Itu semua harus ada ilmunya. Dan, ingat satu hal lagi, semua hal yang berhubungan dengan manusia pastilah mengalami perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, kita tidak bisa hanya mengandalkan budaya dan tradisi saja dalam menghadapinya. Jangan biarkan diri kita terjun bebas. Ya, kalau hanya melukai diri kita. Tapi, apa kita bisa menjamin untuk tidak melukai masa depan anak-anak kita?


Wednesday, September 20, 2017

SHARP Healsio Automotic Cookware

September 20, 2017 8 Comments
 
Sumber: https://www.sharp-indonesia.com
“Pingin masak makanan yang beda dikit tapi nggak keburu waktunya.”
“Pingin banget nih bahagiain suami masakain masakan kesukaan, tapi si kecil nggak bisa ditingal.”
“Apa bisa ya masak makanan buat keluarga jadi lebih menyenangkan dan mudah juga?”

Pernah nggak sih terbersit dalam pikiran kita pertanyaan dan pernyataan di atas? Apa yang kalian rasakan sama juga dengan yang aku rasakan? Apa selama ini kita semua memimpikan adanya alat masak yang nggak bikin ribet tapi memberikan hasil yang luar biasa? Terus, selain bikin simple, alat masak yang kita gunakan juga bikin masakan nggak hanya enak tapi juga sehat?
Ehmm... Rasanya semua wanita di dunia ini punya keinginan yang sama. Yap, ingin bisa memasakkan makanan kesukaan suami dan anak-anak, tapi yang nggak makan waktu dan juga banyak alat. Kebayang kan, kalau niat kita baik buat nyenengin orang-orang tersayang tapi kita sendiri jadi stress. Terus, gimana dong solusinya? Ada n
Tapi kayaknya masalah itu nggak akan terjadi ketika kita menggunakan Sharp Healsio Automotic Cookware. Yap, dengan benda yang satu ini, memasak bisa lebih menyenangkan. Kita bisa berkesperimen dengan berbagi resep selayaknya koki yang sudah ahli.
Sharp Healsio Automotic Cookware memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
Ø  Automotic Cooking
Sumber: https://www.sharp-indonesia.com

Sharp Healsio Automotic Cookware memiliki unit pengaduk. Dengan adanya unit pengaduk ini, kita tidak perlu ribet mengaduk masakan terus menerus. Alat ini mengatur mode adukan dengan 330 pola berbeda dengan sensor pengatur suhu. Dan, yang lebih hebatnya lagi, sensor pengatur suhu ini sudah bekerja sebelum memasak agar makanan bebas dari bakteri. Artinya masakan yang kita masakan bakalan terjamin deh kebersihannya. Keren banget kan?

Ø  Steam Circulating Technology

Ini nih yang bikin masakan sedap. Yap, Sharp Healsio Automotic Cookware dilengkapi dengan sistem sirkulasi uap. Kita bisa menikmati rasa asli dari bahan-bahan yang digunakan karena dengan sistem ini memasak tidak lagi diperlukan air. Masakan diproses dengan menggunakan kelembaban alami. Nah, ini yang bikin rempah-rempah bisa meresap ke masakan kita. Wuih... pastinya jadi tambah pede aja nih masaknya.

Ø  Heating Control Technology by Double Sensor

Kelebihan berikutnya dari Sharp Healsio Automotic Cookware ialah pengaturan pemanas otomatis oleh sensor ganda. Yang pertama, sensor uap dengan mengatur agar uap tidak tumpah keluar ketika masakan yang kita masak sudah matang. Dan, yang kedua, temperatur sensor yang mengatur suhu otomatis pada saat memasak. Jadi, kita nggak usah takut masakan kita over-cooked ataupun sebaliknya.

Ø  Preset Time Cooking


Satu lagi nih kelebihan dari Sharp Healsio Automotic Cookware, menu pengaturan memasak yang dapat mengatur suhu setelah memasak dan otomatis mengganti ke mode penghangatan. Jadi, ketika masakan sudah matang tapi kita harus nunggu orang-orang tersayang datang, kita nggak perlu takut masakan jadi dingin dan ribet harus menghangatkan lagi. Kita bisa mengatur sendiri mode waktunya. Pokoknya kualitas makanan bisa tetap terjadi hingga 12 jam.

Oya, kalau kalian pingin tahu spesifikasi dari Sharp Helsio Automotic Cookware, ini nih detailnya:
Power Source
220 V 50Hz
Power Consumption
800 Watt
Capacity
2,4 Liter
Temperature
35 – 90 Degree Celcius
Max. Preset Time
12 Jam
Dimension
395 x 305 x 240
Weight
6,4 Kg
Cord Cable
1,6 m
Menu
115

Gimana, masih nggak tergoda dengan kelebihan-kelebihan dari Sharp Healsio Automotic Cookware? Nggak perlu jadi angan-angan atau impian belaka deh buat jadi koki hebat. Resep masakan apapun bisa kita coba dengan mudah dan menyenangkan. Nggak hanya itu, kesehatan keluarga pun jadi lebih terjaga karena makanan yang dikonsumsi pun lebih sehat. Pokoknya dengan Sharp Healsio Automotic Cookware kita bisa bikin bahagia orang-orang tersayang. So, tunggu apalagi, ayo buruan miliki produk keren satu ini. Sharp Healsio Automotic Cookware make your life easy, tasty and healthy. 
Kalau ingin tahu lebih banyak tentang produk yang satu ini ataupun produk-produk Sharp lainnya, silakan kunjungi  fanpage Sharp Cooking Club atau Instagram @sharpcookingclub. Oya, kamu juga bisa nemuin banyak resep yang kece-kece lho di sana. Ada juga info-info seputar demo masak and penawaran khusus lho. Ayo, follow aja dan kamu bakalan dapat manfaat yang banyak deh.