Yuk, Latih Soft Skill yang Diperlukan Di Era Digital bersama Faber-Castell!
“Creativity
is the key to success in the future, and primary education is where teachers
can bring creativity in children at that level.” (Dr. A. P. J. Abdul Kalam)
Setujukah teman-teman dengan ungkapan yang diutarakan
oleh Presiden India ke-11 yang sekaligus ilmuwan dan insinyur India terkemuka di
atas?
Di era digital saat ini, memiliki kecakapan
dan IQ tinggi saja tidak cukup. Banyak orang yang pintar secara akedemik, tapi
merasa kesulitan untuk bertahan hidup. Nilai tinggi yang ia peroleh di bangku
kuliah tidak bisa membantunya untuk hidup lebih baik.
Tidak sedikit lulusan terbaik di kampusnya,
harus bingung mencari pekerjaan. Tapi, di sisi lain, seringkali kita dengar
banyak orang biasa saja yang mampu sukses dan bahkan mampu membuka lapangan
kerja bagi banyak orang.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Hard
Skill vs Soft Skill
Saat ini, setiap orang dituntut untuk
memiliki hard skill dan soft skill. Bahkan sebagian besar orang-orang sukses
itu memiliki soft skill yang lebih tingggi.
Oke, sekarang kita mengenal perbedaan hard
skill dan soft skill dulu.
Hard skill ialah kemampuan atau kecakapan
yang bisa diajarkan dan mudah untuk diukur. Kita bisa mempelajarinya di sekolah,
dari buku atau materi-materi pelatihan atau di dunia kerja.
Contoh dari hard skill misalnya kemampuan mengoperasikan
laptop atau gagdget lainnya. kemampuan berhitung, menulis, memahami teknologi
dan masih banyak lagi kemampuan lainnya.
Lalu, apa itu soft skill?
Dikutip dari The Balance Careers, soft skill adalah kemampuan komunikasi, karakteristik seseorang, kecerdasan sosial yang
melekat, serta kemampuan beradaptasi dengan baik di dalam kehidupan maupun
dunia kerja.
The World Economic Forum telah memetakan 10
soft skill yang harus dimiliki millennial, diantaranya:
- Skill memecahkan masalah kompleks
- Skill komunikasi yang baik
- Berpikir kritis
- Berpikir kreatif
- Skill Kepemimpinan yang baik
- Mampu bekerja sama dengan orang lain
- Skill kecerdasan emosional
- Mampu menilai dan mengambil keputusan dengan baik
- Berorientasi terhadap pelayanan
- Skill negoisasi
- Memiliki fleksibilitas kognitif
- Skill public speaking
- Manajemen waktu
- Networking
- Adaptasi
Soft
Skill yang Diperlukan di Era Digital
Menurut Yohana Theresia, M.Psi., Psikolog,
dalam pemaparannya di Webinar Parenting dan Soft Launching Creative Art Series II
yang diadakan Faber-Castell, menyebutkan bahwa anak-anak adalah korban
tersembunyi dan Covid-19 ini.
Kehadiran Covid-19 memang telah memberikan
banyak efek kepada kita, termasuk anak-anak. Disadari atau tidak, terdapat
perubahan pola perilaku pada anak-anak.
Seperti yang dipaparkan Ibu Yohanna yang
dikutip dari Soetikno, Agustina, Verauli, dan Tirta (2020) menemukan bahwa terdapat
peningkatan masalah perilaku dan emosi yang muncul pada anak akibat paparan
stress di masa pandemi.
Masalah yang muncul antara lain adalah
withdrawal, somatic, anxiety, depresi, problem sosial, problem berpikir dan
atensi, agresi.
Masalah-masalah tersebut muncul karena
beberapa faktor, diantaranya:
- Ruang gerak terbatas
- Sulit mendapat pendidikan yang berkualitas
- Orang tua sibuk dengan masalah masing-masing
- Kondisi psikologis tidak stabil
Gadget,
Solusi Terbaik atau Tercepat?
Kondisi seperti di atas tentu saja membutuhkan
solusi. Tidak mungkin orang tua akan membiarkan anak-anak begitu saja. Namun,
pertanyaannya, apakah solusi yang diberikan tepat atau hanya sekadar cepat?
Ya, diakui atau tidak, tidak sedikit yang
memberikan GADGET sebagai SOLUSI TERCEPAT dari masalah. Sebagian
orang tua menganggap gadget memberikan win-win
solution. Anak anteng, orang tua tentram.
Tapi, tahukah kalau memberikan gadget itu
hanya solusi cepat tapi tidak tepat. Apalagi ketika kita memberikan tanpa batas
waktu. Menurut Starker, Leon M. & Howie, Erin K. (2016) dan Dr. John Hutton
(2020) seperti yang disampaikan oleh Ibu Yohana, ada beberapa efek negative
ketika kita memberikan gadget tanpa batas waktu kepada anak, yaitu:
- Masalah kesehatan fisik
- Terlambat bicara
- Masalah atensi dan konsentrasi
- Masalah pada executive function
- Masalah perilaku
- Kualitas kelekatan orang tua-anak menjadi buruk
Perkembangan teknologi memang bagai dua sisi
mata uang. Di satu sisi memberikan efek positif, tapi tidak bisa dipungkiri
pastinya ada sisi negatifnya juga.
Tapi, tentu saja, di era digital ini kita
tidak bisa menghindar dari teknologi. Saat ini, semua hal pasti akan bersentuhan
dengan kecanggihan teknologi.
Satu hal yang harus diingat, apapun itu,
pilihannya ada pada kita. Begitupun pada penggunaan gadget pada anak-anak. Kuncinya
ada pada kita, orang tuanya. Kita yang punya kendali dalam menentukan screen
time sekaligus jenis tontonan apa yang pantas untuk anak-anak sesuai dengan
usianya.
Usia anak-anak itu tidak akan pernah bisa
diulang, jadi manfaatkan waktu pendek ini untuk memaksimalkan kecerdasan dan
kreatifitas mereka. Dan, yang perlu diingat, setiap anak itu cerdas dan
kreatif. Mereka sudah dianugerahi otak yang sangat canggih untuk berpikir dan
berkreasi.
Pentingnya
Mengasah dan Mengasuh Kreativitas Anak
Kreativitas ialah kemampuan untuk
memproduksi atau mengembangkan suatu karya asli, ide, teknik, atau pemikiran.
Menurut Bu Yohana, ada beberapa kriteria
orang yang kreatif, yaitu:
- Memaknai masalah dengan unik
- Berani ambil resiko
- Menyajikan ide yang berbeda
- Tahan banting dalam menghadapi berbagai masalah
Seperti yang dijelaskan di atas, kalau
kreativitas itu bisa diasah dan diasuh sejak kecil. Kita bisa melakukan beberapa
hal di bawah ini pada buah hati kita, diantaranya:
- Menghargai proses belajar
- Mempersiapkan ruang khusus bagi anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen
- Memberi kebebasa pada anak
- Menjadi contoh nyata “orang kreatif”
- Memberikan berbagai sudut pandang dengan memperkaya pengetahuan anak
- Suportif
- Mengapresiasi usaha anak
Selain itu, ada beberap aktivitas yang bisa
meningkatkan kreativitas pada anak-anak, yaitu:
- Alternate uses tasks
Dengan permainan ini, anak diajak untuk
berpikir berbeda. Contoh dari permainan ini misalkan bermain tebak-tebakan, mencari
persamaan dan perbedaan, dan lain sebagainya.
- Guided fantasy
Ajak anak untuk lebih berimajinasi dengan
membacakan buku atau mendongeng. Aktivitas sederhana ini bisa merangsang
kreativitas anak.
- Open ended toys
Bermain lego brick, puzzle atau permaian
bongkar pasang lainnya yang akan membuat anak jauh lebih kreatif. Ia akan
berimajinasi dengan membuat bentuk sesuai dengan apa yan ada di pikirannya.
- Exposure to art activities
Aktivitas satu ini pun tidak boleh
terlewatkan. Ajak anak untuk bermain seni kreatif. Anak bisa diajak untuk
membuat karya seni dengan benda yang ada, misalnya saja melukis, mewarnai,
menempel atau kolaborasi dari semuanya.
Bagaimana? Sederhana dan sangat mudah bukan?
Sebenarnya semuanya kembali kepada kita, mau
atau tidak?
Berbicara tentang Art Activities. Saat ini, Faber
Castell mengeluarkan produk Creative Art Series, diantaranya:
- Glow in The Dark Clock
- Basketball Arcade
- Air Jet Sport Car
- Drawstring Bag
- Finger Printing Art
- Origami Fashion Design
Semua produk itu bisa didapatkan di Online
Official Store Faber-Castell (Shopee / Tokopedia). Dan, kita juga bisa dapat banyak
diskon, loh. Jadi, jangan kehilangan kesempatan buat mendapatkan produk Creative Art Series Faber-Castell.
Menjadikan anak kreatif itu bisa diasah dan
harus diasuh. Tapi, satu hal yang perlu diingat, menjadi kreatif itu penting,
namun tentu saja itu bukan satu-satunya untuk meraih kesuksesan di masa depan. Kesuksesan
itu hasil dari kolaborasi banyak hal. Yuk, tetap semangat membersamai buah hati
untuk menjemput kesuksesan di era digital ini!
Referensi:
Materi Webinar Parenting dan Soft Launching Creative
Art Series II
https://lifepal.co.id/media/10-soft-skill-yang-harus-dimiliki-millenial-di-tahun-2020/
https://www.thebalancecareers.com/hard-skills-vs-soft-skills-2063780