Follow Us @soratemplates

Tuesday, March 12, 2024

5 Tips Mengajarkan Puasa Kepada Si Kecil

March 12, 2024 0 Comments

ramadan blog challenge

 

Wah,  nggak terasa nih kita sudah masuk bulan Ramadan lagi. Bagi emak-emak pastinya sedang disibukkan dengan pikirannya sendiri-sendiri. Apalagi dunia perdapuran sedang tidak baik-baik saja hehehe…

 

Tapi, tentunya kita juga tidak boleh melupakan tugas utama kita mendidik buah hati. Sebagai seorang ibu pastinya kita tidak ingin kehilangan momen untuk mengajarkan ibadah puasa kepada anak-anak.

 

Untuk Sebagian orang tua mungkin tidak menemukan kesulitan yang berarti. Tapi, tidak sedikit yang bingung bahkan merasa sangat horror ketika mengajarkan puasa kepada anak-anak. Biasanya kebanyakan anak merasa puasa itu tidak menyenangkan karena mereka harus bangun pagi serta menahan lapar dan haus. Pada akhirnya mereka pun menjadi tantrum. Kalau sudah terjadi tantrum, ada Sebagian orang tua yang menyerah dengan membiarkan anak-anaknya tidak berpuasa. Atau, ada juga orang tua yang mengeluarkan jurus memaksa, menakut-nakuti dan mengancam kalau sampai anaknya tidak berpuasa.

 

 

Sekadar berbagi pengalaman mengenalkan puasa kepada si kecil. Ada 5 tips yang mungkin bisa dicoba oleh para moms.

 

Ceritakan tentang perintah puasa beberapa bulan sebelumnya

Sebaiknya ketika kita sudah masuk bulan Rajab atau Sya’ban, mulai perkenalkan kepada si kecil kalau dalam waktu dekat kita akan masuk bulan suci Ramadan. Ceritakan tentang perintah puasa dengan bahasa yang dimengerti olehnya.

 

Ajak mereka bercerita tentang alasan dan manfaat yang bisa kita dapat dengan melaksanakan perintah puasa. Kita bisa mengajaknya melihat kondisi orang-orang yang kurang mampu agar mereka juga bisa belajar berempati.

 

Tawarkan makanan kesukaannya untuk santap sahur dan buka puasa

Meskipun akan membuat kita sedikit repot, tapi cara ini terhitung ampuh untuk membuat si kecil mau bangun sahur tanpa rewel atau menunggu waktu berbuka dengan senang hati. Satu hal yang harus digarisbawahi, kita harus memiliki pilihan menu yang tetap sehat tapi disukai oleh si kecil. Jangan sampai juga kita siapkan junk food selama sebulan.

 

Ajak si kecil mengalihkan rasa lapar dengan bermain bersama

Cara ini juga butuh effort para orang tua. Terkadang kalau mengikuti rasa malas, rasanya lebih baik kita fokus ke pekerjaan kita atau mungkin memiilih untuk me time ketimbang mengajak si kecil bermain bersama. Padahal, percaya deh, anak-anak bakalan lupa kalau dia sengan berpuasa ketika kita ajak main bersama.

 

Ajarkan tanpa paksaan, ajak si kecil berpuasa semampu mereka

Satu hal yang perlu kita ingat, perintah berpuasa itu untuk orang yang sudah baligh. Jadi, niat kita itu mengajarkan bukan memaksa mereka. Ajarkan mereka berpuasa dengan penuh cinta, sehingga yang tertanam dalam memori mereka, puasa itu menyenangkan.

 

Berikan reward jika target yang telah disepakati tercapai

Ini nggak kalah penting dalam mengajarkan si kecil berpuasa. Hargai usaha si kecil yang sudah mau menahan lapar dan haus. Ingat, tidak mudah loh bagi anak-anak untuk menahan diri tidak makan dan minum, apalagi ketika teman-teman mereka ada yang tidka ikut berpuasa. Oya, memberikan reward tidak hanya karena mereka berpuasa hingga maghrib. Tapi, untuk anak-anak yang masih bisa melaksanan sampai dzuhur. Intinya sesuai dengan kesepakatan yang dibuat sebelumnya.

 

Itu dia 5 tips yang mungkin bisa membantu moms mengenalkan si kecil berpuasa. Oya, perlu diingat ya moms, kalau treatment anak laki-laki dan perempuan itu berbeda. Jangan pernah menyamakan atau apalagi membandingkan. Secara fisik maupun psikologisnya juga sangat berbeda. Nah, tips di atas itu berdasarkan pengalamanku membersamai 3 anak laki-laki. Tapi, intinya, ajarkan setiap perintah dari Allah dengan cara yang menyenangkan.

Tuesday, March 5, 2024

Hamil Di Usia 35+?

March 05, 2024 0 Comments

hamil anak ketiga

 

Sebelumnya aku ingin membuat disclaimer dulu, kalau apa yang aku tulis ini berdasarkan pengalaman pribadi. Tidak ada niat menyalahkan pihak manapun atau menyamaratakan kondisi setiap orang.

 

Di saat tahu kalau aku positif hamil di usia 37 tahun, jujur perasaan ini nano-nano. Ada rasa syukur karena diberi amanah kembali, tapi terbersit juga khawatir karena masalah usia. Ya, banyak artikel, keterangan dari dokter atau bidan secara langsung maupun komentar orang-orang, kalau hamil di usia lebih dari 35 tahun itu beresiko.

 

Sebagai orang yang memiliki karakter detail plus overthinking, dari awal kehamilan, aku semakin sering searching tentang risiko apa saja yang akan terjadi ketika hamil di usia lebih dari 35 tahun. Cukup membuat semakin overthinking karena ada beberapa kasus berakhir dengan kematian.

 

Tapi, bersyukur karena masih terbersit rasa yakin akan Ke-MahaKuasaan Allah. Ada keyakinan yang kuat kalau semua yang terjadi pasti atas kehendak Allah. Dengan keyakinan tersebut, aku pun menjalani masa kehamilan dengan penuh rasa syukur.

 

Berharap Boleh, Tapi Semua Hak Prerogatif Allah

Tidak dipungkiri kalau aku dan suami memang menginginkan anak perempuan. Dari awal kehamilan, kami berharap Allah memercayakan janin berjenis kelamin perempuan. Dan, kami pun sudah berikhtiar untuk itu.

 

Di saat pemeriksaan USG di bulan keempat, dengan perasaan harap-harap cemas, aku terus berdoa agar anak ketiga ini perempuan. Man proposes God disposes. Yap, tanpa ragu, dokter mengatakan kalau anak ketiga ini laki-laki.

 

Mencoba tersenyum, dan mengatakan alhamdulillah. Namun, dalam hati kecil masih tetap berharap dokter keliru memeriksa dan masih yakin kalau janin ini berjenis kelamin perempuan. Ada rasa kecewa? Ya, ada sedikit.

 

Karena alasan itulah, aku pun mencoba mencari second opinion. Dan, ternyata ketika kami memeriksakan ke dokter yang lain, janin yang aku kandung adalah perempuan. Ah, betapa senangnya mendengar kabar itu.

 

Namun, di pemeriksaan bulan berikutnya, ternyata jelas terlihat kalau janin itu laki-laki. Kembali aku harus belajar untuk memahami makna ikhlas dan ridho. Meskipun di sisi sebagai manusia biasa, keinginan untuk memiliki anak perempuan itu sangat kuat.

 

Tapi, Allah itu Maha Baik. Allah nggak pengen aku menjadi manusia yang tak pandai bersyukur. Di usia kandungan 7 bulan, tanpa kuduga, dokter mengatakan kalau kepala bayi terlihat besar, sudah diulang 4 kali, masih saja terlihat ukurannya yang besar. Dokter menyarankan untuk diobservasi 2 minggu ke depan.

 

Sepulang dari dokter, aku istighfar di sepanjang jalan. Air mata terus membasahi pipi. Aku melangitkan doa, memohon ampun atas semua keegoaan diri yang tak pandai bersyukur ini. Terurai doa apapun jenis kelamin janin yang ada di rahim ini, izinkan ia terlahir dalam kondisi yang sehat dan sempurna.

 

Sejak saat itu, tidak ada lagi beban dengan jenis kelamin anak ketigaku. Aku jauh lebih tenang dan menerima semuanya. Bahkan dengan yakin aku jawab ketika orang-orang langsung menerka kalau anak ketigaku pasti laki-laki lagi.

 

(Lanjut di postingan berikutnya ya… Aku bakalan cerita ‘serunya’ melahirkan anak ketiga.)