Follow Us @soratemplates

Sunday, August 29, 2021

Dengan Yummy App, Memasak Jadi Lebih Gampang

August 29, 2021 33 Comments

 




 

“Neng pas hari raya bikin lontong ya,” ucap Pak Suami.

“Siap,” jawabku sambil mengangguk.

 

Mulut boleh saja mengiyakan, padahal otak berpikir keras gimana caranya agar aku bisa membuat lontong tanpa cela. Padahal seumur-umur hanya tahu resep masakan saja tanpa pernah mau mencoba. Bukan karena malas, tapi karena kondisi mengharuskanku seperti itu (baca: ngeles).

 

Tapi, jujur saja, sebelum menikah, jadwal mengajarku memang cukup padat. Bahkan tak jarang H-1 lebaran, masih harus membersamai orang-orang Belanda belajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda. Setelah menikah, setiap hari raya pasti mudik ke rumah mamah atau mertua. Dan, tahu sendiri kalau punya bayi, pastinya dapat privilege dong, disuruh fokus ke anak aja hehehe…

 

Nah, 2 tahun terakhir, karena pandemi, aku tidak bisa mudik, baik itu ke Bandung maupun ke Lumajang. Taraaa… Welcome to the jungle! Saatnya aku beraksi membuat hidangan khas lebaran permintaan suami dan anak-anak.

 

Akhirnya Aku Mengenal Yummy App

The power of kepepet. Yap, itulah kata yang tepat untuk mengekspresikan perjuangan seorang Intan Daswan hehehe… Saat itu yang ada di pikiranku bagaimana caranya agar aku bisa memenuhi permintaan orang-orang yang aku sayangi. Satu lagi, dalam kamus kehidupanku, tidak ada yang tidak bisa kalau kita mau mencoba, apapun itu (maklum motivator nggak jadi, gini nih hehehe…).

 

Tapi, aku yakin, hari gini mau apapun, tinggal gerakin jari aja, ada semua jawabannya. Setelah mencari di mbah google, ternyata banyak yang merujuk ke satu aplikasi tentang masak-memasak. Dan, aku pun langsung download aplikasi ini.

 

Eksperimen Pertamaku bersama Yummy App

Bersyukur banget nih nemu aplikasi Yummy App. Coba ketik nama makanan yang diinginkan, lalu muncullah sederet foto hasil kreasi. Aku mencari yang caranya lebih mudah untuk diaplikasikan, maklum masih newbie, jadi cari yang gampang aja.

 

Taraa… Setelah menemukan cara yang paling mudah menurutku, akhirnya mulailah aku ikuti langkah-langkahnya. Aku benar-benar membacanya dengan teliti. Jiwa perfeksionisku memang selalu meronta untuk diakui.

 

Aku mencoba mencari resep yang setidaknya aku pun pernah melihat dulu almarhumah mamah membuat masakan hari raya. Tapi, tentu saja modifikasi dengan menu hari raya khas Jawa Timur.

 

Aku mulai menyingsingkan lengan baju sejak sebelum dzuhur. Mulai dari merendam beras biasa, merendam beras ketan, mempersiapkan sayuran, merebus ayam kampung, membuat bumbu, dan menyiapkan bahan-bahan sambal petis.

 

Setelah sholat dzuhur, aku lanjut ke dapur. Aku memilih cara merebus lontong yang dibuat aron terlebih dahulu. Menurutku jauh lebih gampang dan nggak terlalu lama merebusnya.

 

Setengah jam sebelum adzan maghrib, semua hidangan lebaran sudah tersaji di atas meja makan. Saat itu suami dan kedua anakkua sudah tak sabar ingin mencicipi masakanku. Pengen tahu bagaimana perasaanku? Hmmm… rasanya seperti mau dikomentari Chef Juna pokoknya.



Taraaa… akhirnya tibalah waktunya berbuka. Setelah melaksanakan sholat maghrib, Paksu langsung mencoba lontong dan lauk hasil masakanku. Ada lontong, opor ayam, lodeh, sambal goreng kentang, petis, koya dan ulen. Masakan kolaborasi JaSun (Jawa Sunda) terhidang di atas meja.

 

“Wow! Ini lontongnya pas banget, masakan yang lain pun pas banget. Oya, kok Neng bisa masak petis padahal kan kalau hidangan lebaran di Bandung nggak ada petis?” puji suami sambil menyantap lahap masakanku.

 

Aku hanya tersenyum mendengar pujian tersebut. Ah, lega rasanya bisa mewujudkan keinginan suami dan anak-anak. Dan, FYI, lontong buatanku masih bagus tekstur dan rasanya sampai keesokan harinya. Meskipun, sebelum dzuhur, semua santapan hari raya itu sudah habis tak tersisa.

 

Terima Kasih Yummy App

Cerita keberhasilanku membuat hidangan lebaran ternyata membuat Paksu dan anak-anak jadi ketagihan ‘mengujiku’. Mulai dari minta dibikinkan kue donat, soto betawi, sate klopo, dan masih banyak yang lainnya. Tapi, saking senangnya, kadang kelupaan pengen foto yang aesthetic dan diposting. Pokoknya bisa disantap dengan lahap saja, sebuah kebahagiaan yang luar biasa.

 

Bagiku yang memang tidak memiliki hobi memasak sebelumnya, tentu saja ini sebuah pencapaian. Kalau dulu, aku merasa berhasil ketika anak didikku bisa paham apa yang aku ajarkan atau jumlah siswa di tempat les yang semakin bertambah.

 

Tapi, saat ini, bahagia itu sederhana, bisa menyajikan hidangan untuk keluarga tercinta dan mereka lahap menyantapnya. Ya, sesederhana itu bagi para emak berdaster seperti aku. Memasak makanan dengan penuh cinta, tentunya bersama aplikasi paling dicintai para istri, Yummy App. Terima kasih, Yummy App.

 

Yuk, Mengenal Yummy App!



Yummy merupakan multi-platform food focused media digital yang membahas mengenai resep, tutorial dan tips memasak yang berdiri pada tahun 2016. Paltform ini berada di bawah naungan IDN media. Tema yang diangkat ialah #MemasakItuGampang, dengan selalu menghadirkan format konten resep masakan mudah hanya 5 langkah.


Tahun 2019 lahirlah Yummy App sebagai cara agar lebih dekat dan membantu audience. Setelah sebelumnya sukses dengan konten di sosial media pada facebook “Yummy Indonesia” dan instagram @yummy.idn.

 

Fitur Yummy App

Ketika kita membuka Aplikasi Yummy App, maka kita akan masuk pada tampilan Home. Di sini kita bisa melihat beberapa Item, diantantaranya:





Trending

Kita bisa melihat resep apa saja yang paling sering dicari. Ada 10 resep yang tampak di layar. Kalau kita penasaran juga ingin mencoba resepnya, tinggal klik saja dan ikuti langkah-langkah membuatnya.

 

Event & Promosi

Ada banyak event yang bisa kita ikuti, baik itu diadakan maupun didukung oleh Yummy App. Selain itu ada banyak promosi, misalkan saya Misi #EkstraPoin17an, #YummyMerdekaChallenge, dan masih banyak lagi yang lainnya.

 

Akun Official

Nah, di sini kita bisa mempelajari resep dari banyak chef terkenal maupun brand terkena seperti Masako dan Walls. Pastinya penasaran dong, karena banyak resep yang unik dan menantang untuk dicoba di dapur kita.

 

Jelajah Kuliner Nusantara

Bagi pecinta kuliner nusantara, ini dia bagian yang paling dicari. Kita bisa mendapatkan banyak resep dari Sabang sampai Merauke. Semuanya bisa kita recook dengan mudah, kok

 

Kreasi Makanan Ala Korea

Emak-emak pecinta drakor pastinya pernah melihat dong kuliner khas Korea. Kalau pengen coba masak, kita bisa ngintip di sini resepnya. Kan asyik tuh kalau nonton drakor sambil menyantap masakan korea hasil tangan sendiri. Nanti makannya ditemani suami saja ya, jangan halu pengen ditemani aktor korea yang ganteng. Disyukuri saja yang ada di samping kita hehehe…

 

Resep Ide Jualan, Dijamin Laku

Masa pandemi gini, kalau nggak kreatif pasti bingung nih buat asap dapur tetap ngebul. Nah, kalau kita punya kemauan, tinggal cari ide jualan yang ada di Yummy App saja. Terus, langsung dipraktekin, jadi ide tambahan pemasukan.

 

Rekomendasi

Sering bingung mau masak apa? Pastinya semua ibu-ibu pernah merasakan ini. Tapi, sekarang nggak usah bingung. Ada banyak rekomendasi masakan yang bisa kita coba di rumah. Dijamin suami dan anak-anak nggak bakalan bosa dengan menu yang itu-itu saja.

 

Tulis Resep

Bagi teman-teman yang memang memiliki hobi memasak, ini dia saatnya berbagi inspirasi resep kepada orang lain. Tinggal tulis saja di fitur ini, upload deh. Jangan lupa juga sertakan foto yang terlihat jelas dan memiliki ukuran sesuai dengan yang telah ditentukan.

 

Masak

Fitur ini keren banget loh. Ini benar-benar solusi ketika kita bingung mau masak apa hanya dengan bahan masakan yang ada di rumah. Kita tinggak pilih minimal 2 bahan untuk mendapatkan rekomendari resep yang lebih bervariasi. Keren kan?

 

Notifikasi

Sesuai dengan namanya, kita akan mendapatkan notifikasi dari Yummy App. Misalkan saja kita diberi tahu ada resep pilihan editor. Atau juga, kita mendapat pemberitahuan telah menyelesaikan misi yang diadakan oleh Yummy App.

 

Akun

Di fitur ini berisi data pribadi dan aktivitas yang selama ini kita lakukan di Yummy App. Kita bisa tahu resep yang sudah disetujui, resep yang masih ditinjau atau resep yang harus direvisi.


Selain fitur-fitur tersebut, ada 1 fitur yang membuat Yummy App berbeda dari aplikasi memasak lainnya, yaitu fitur FILTER. Kita bisa menentukan resep sesuai dengan budget yang kita punya.






Gimana? Lengkap banget, kan? Yummy App benar-benar menjadikan #MemasakItuGampang. Dengan Yummy App, kita bisa masak apa saja dengan mudah. Yummy App, bukan sekadar aplikasi resep masakan biasa.



Referensi dan Sumber Foto :

Pengalaman dan Dokumentadi Pribadi

https://www.yummy.co.id/

Yummy App



Friday, August 20, 2021

TV Digital: Lebih Bersih, Jernih dan Canggih

August 20, 2021 49 Comments

 

Migrasi TV Digital

 

Pernah nggak diantara kalian yang ngalamin layar TV “bersemut” plus suara kresek-kresek?

Toss dulu dong kalau pernah, berarti usia kita sudah tidak muda lagi hehehe… Tapi, memang iya sih. Bagi kita yang pernah punya TV tabung, biasanya paling menyebalkan kalau sudah muncul sekumpulan semut di layar TV. Lagi enak-enak nonton, harus terganggu gara-gara kualitas gambar dan suara yang jernih.

 

Perbedaan TV Analog dan TV Digital

Siaran TV analog di Indonesia telah mengudara selama hampir 60 tahun. Itu artinya kita sudah sangat familiar dengan keberadaan TV analog. Dari fisik, TV analog bentuknya lebih besar dan seringkali disebut TV tabung atau TV layar cembung. Namun, sebenarnya TV analog tidak selalu berlayar cembung. Karena ada juga televise layar datar dengan panel LCD atau LED yang hanya bisa menerima siaran analog.

 

Jadi, untuk lebih mudah membedakan antara TV analog dan TV digital ialah pada saat melakukan pencarian saluran televisi. Pada TV layar datar ketika kita akan memilih menu dan melakukan pencarian saluran, hanya akan muncul pilihan ATV saja.

 

Nah, sedangkan pada TV cembung, ketika kita melakukan pencarian saluran, kita akan langsung menuju menu pencarian saluran di frekuensi VHF atau UHF, tanpa menunjukkan tampilan ATV.

 

Kelebihan TV Digital Dibandingkan TV Analog

Setelah kita mengetahui cara membedakan TV analog dan TV digital, sekarang kita lanjut dengan kelebihan yang dimiliki oleh TV digital? Pastinya penasaran dong, mengapa pemerintah lewat Kementerian Kominfo begitu gencar mengkampanyekan migrasi TV Digital.

 

Kualitas. Ya, kualitas gambar dan suara pada TV analog tidak sebagus pada TV digital. Hal tersebut dikarenakan jika sinyal lemah, maka gambar dan suara akan makin terganggu kejernihannya. Kualitas sinyal tersebut tergantung pada jarak titik transmisi.

 

Bukan hal yang aneh ketika kita sedang menikmati saluran pada TV analog, seringkali terjadi noise atau ‘bersemut’. Tidak hanya itu, sinyal pada TV analog juga rentan terhadap gangguan cuaca.

 

Saatnya Migrasi TV Digital

Keberadaan TV analog memang sudah tidak relevan digunakan sekarang. Saat ini memang sudah waktunya kita migrasi ke TV digital. Sebenarnya migrasi TV digital sudah direncanakan dari sejak lama. Namun, karena beberapa fakto prosesnya sempat tertunda. Berdasarkan Peraturan Menteri No. 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran, tanggal pelaksaan migrasi TV Digital atau Analog Swtich Off (ASO) tahap satu akan dilaksanakan pada 17 Agustus 2021.

 

Tetapi, tanggal yang semula sudah direncanakan tesebut harus dijadwalkan ulang. Alasannya tentu saja karena pandemic covid 19 yang belum berakhir. Kementerian Kominfo akan menjadwalkan ulang setelah melakukan beberapa evaluasi.

 

Selain karena pandemi, ada juga alasan lain yang menjadikan migrasi harus ditunda, yaitu ketidaksiapan teknis para pemangku kepentingan stakeholder terkait untuk melakukan migrasi ke televisi digital masih memerlukan tahapan-tahapan persiapan lebih lanjut.


Sumber: www.indonesiabaik.id

Sebenarnya jika digitalisasi televisi dilakukan, pemerintah berharap terdapat frekuensi kosong seluas 112 MHz yang sering disebut digital dividen. Teknologi TV analog yang sekarang dipakai stasun televise nasional, memakan sumber daya yang besar pada spektrum 700 MHz. Nah, frekuensi kosong hasil efisiensi ini nantinya digunakan untuk dua rencana besar. Pertama, spektrum 700 MHz akan digunakan untuk komunikasi saat terjadi bencana.

 

Kedua, 700 MHz juga akan dimanfaatkan untuk menyelenggarakan internet nirkabel berkecepatan tinggi 4G LTE. Sebab secara sifat, spektrum rendah 700 MHz memiliki jangkauan lebih luas. Dari sisi kapasitas juga bagus, dapat menembus tembok dan basement gedung.

 

Bersih, Jernih, Canggih



Dengan adanya migrasi TV Digital, masyarakat pun akan jauh lebih diuntungkan. Masalah yang selama ini dialami, mulai dari layar ‘bersemut’ sampai rentan terhadap cuaca, bisa terhindarkan.

 

Masyarakat akan mendapat manfaat berupa kualitas siaran gambar dengan resolusi tinggi dan suara yang lebih jernih. Selain itu, kita pun bisa memilih lebih banyak pilihan saluran televisi. Semua manfaat ini bisa dinikmati secara gratis, karena proses penyiaran ini dilakukan pada penyiaran tetap tidak berbayar (free to air/FTA).

 

Seperti yang sudah dan terus disosialisasaikan oleh Kementerian Kominfo, melalui #MODI, bahwa ada 3 manfaat migrasi TV digital yang akan dinikmati oleh masyarakat. TV Digital hadir dengan tampilan yang jauh lebih BERSIH, JERNIH, dan CANGGIH. Kita akan menikmati saluran TV yang BERSIH gambarnya, JERNIH suaranya dan CANGGIH teknologinya.

 

Cara Migrasi TV ke TV Digital

Dengan adanya wacana migrasi TV digital ini, kita dihimbau untuk tidak panik dulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipahami agar tidak salah persepsi, yaitu:

  • TV digital itu gratis dengan layanan Free To Air (FTA).
  • TV digital bukan streaming internet lewat gawai.
  • TV digital bukan TV berlangganan lewat kabel atau satelit
  • TV digital bukan TV box atau smart TV yang terhubung ke internet.
  • Bagi yang memiliki televise yang hanya bisa menerima siaran TV analog, tinggal menambah alat Set Top Box (STB) yang sudah dijual di toko elektronik atau secara online

 

Nah, itu dia sekilas tentang migrasi TV digital. Mau tidak mau memang kita sudah harus beralih ke TV digital. Dan, sebagai masyarakat, kita akan mendapat banyak manfaat dari migrasi ini. Dengan migrasi TV digital pun Indonesia akan #SemakinDigital #SemakinMaju. 


Referensi:

https://siarandigital.kominfo.go.id/

http://indonesiabaik.id/videografis/tv-digital-ciptakan-banyak-manfaat

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/24/202908523/apa-perbedaan-tv-analog-dan-digital

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210819211115-185-682704/ciri-tv-digital-dan-cara-bedakan-dari-tv-analog

 

Saturday, August 14, 2021

3 Kota Dirindu Setelah Pandemi Berlalu

August 14, 2021 25 Comments

whislist-travelling

 


 

Kangen travelling? Pasti. Rasanya keinginan untuk jalan-jalan udah ada di ubun-ubun. 2 tahun hanya menghabiskan waktu di rumah, pastinya kita semua merasakan perasaan bosan. Selama pandemi, jangankan ke luar kota, di sekitaran kota Jember aja kalau nggak penting-penting amat, masih khawatir untuk keluar rumah. Usia kedua anakku juga masih rentan untuk dibawa travelling di masa pandemi ini. 

 

Sebenarnya kami sudah merencanakan akan melakukan traveling dari Jember ke Yogya, lalu dilanjut ke Bandung pada akhir tahun 2019. Setelah sebelumnya, resolusi traveling ke Batu, Malang pada awal tahun 2019 terwujud. Aku dan suami memang sudah membuat traveling wishlist setiap tahunnya. Kami yakin, setiap impian yang ditulis itu pasti akan terwujud, urusan waktu dan caranya, biarkan semesta yang akan membantu mewujudkannya.


Kakak senang banget bisa melihat berbagai jenis hewan di Jatim Park 2


Travelling kami sekeluarga ke Batu, Malang, merupakan hadiah sebuah kompetisi blog yang aku ikuti. Kami menginap di hotel selama 3 hari. Meskipun dengan segala ke-riweuh-an membawa duo krucil, tapi seru juga loh. Mulai dari persiapan sebelum berangkat, bagi tugas saat naik kereta atau pesawat, nenangin anak yang cranky, makanan hotel yang nggak pas di lidah dan serba-serbi cerita lainnya. Pokoknya rasanya itu nano-nano.


Baca juga: Resolusi Travelling 2019


Nah, untuk wishlist travelling ke Yogya, ternyata masih harus membuat kami bersabar. Akhir tahun 2019, aku berduka. Di waktu yang hampir berdekatan, aku kehilangan kedua orang tuaku. Bukan hal yang mudah untuk bangkit saat itu. Jangankan untuk merencanakan travelling, bisa kembali melangkah pun butuh waktu. Aku bahkan masih trauma untuk bisa menggunakan kereta api. 


Baca juga: Hanya Rindu


Sebenanrnya suami sempat menawarkan kepadaku untuk mewujudkan travelling wishlist ke Yogya dan Bandung. Niatnya agar aku bisa kembali bersemangat menjalani hari. Saat itu, kami rencanakan pada bulan April 2020, tepat di hari ulang tahunku. Namun, kasus pertama Covid-19 yang diumumkan pada 2 Maret 2020 memupus semua impian traveling kami, hingga saat ini.

 

Sejak pandemi, kami hanya bisa jalan-jalan virtual alias memperkenalkan beberapa destinasi wisata lewat youtube kepada duo krucil. Dan, tahu dong reaksinya gimana? “Nggak seru, ah, cuman lihat doing, nggak bisa ngerasain naik kereta, naik pesawat, tidur di hotel dan makan makanannya di sana.” Honestly, I feel you, Nak! J

 

Akhir-akhir ini aku dan suami udah ada obrolan, kalau pandemi berlalu, pengen banget ngeluapin tuh semua niat terpendam selama 2 tahun ini. Kaki rasanya udah pegal aja pengen digerakkin.

 

Ada 3 kota yang menjadi traveling wishlist teratas kami, yaitu Bandung, Jakarta dan Yogya. Ada alasan kuat kami ingin mengunjungi ketiganya.

 

Bandung, karena kami ingin melepas rindu pada keluarga besar sekaligus juga nostalgia. Anak rantau pasti tahu apa itu rindu kampung halaman. Aku kangen dengan suasana kota kembang, mulai dari cuaca dingin, menelusuri pusat kota sampai indahnya Bandung di malam hari.


Jalan penuh kenangan :)

 

Ternyata keren juga bisa lihat pemandangan kota Bandung dari atas Gedung Sate


Aku juga kangen dengan kuliner khas Bandung. Ada beberapa makanan yang tidak bisa aku dapatkan di tempat tinggalku sekarang. Lidahku sudah kangen dengan cita rasa Bumi Parahyangan.

 

Selain itu, ada keinginan untuk mengenalkan dan mengafirmasi anakku, agar kelak bisa melanjutkan sekolah di kota kelahiran ibunya ini. Aku juga ingin melepas rindu dengan keluarga besar, baik itu dari almarhum Bapak ataupun almarhumah Mamah. Dan, tentu saja tidak ketinggalan bertemu teman-teman.

 

Sampai kapan pun, tatar sunda akan menjadi tempat yang dirindukan. Ada banyak goresan cerita tentang cita dan cinta di Bumi Pasundan. Selalu ada magnet kuat untuk kembali ke kota ini. Selalu ada ruang yang menuntut untuk disapa dengan atmosfer Paris Van Java.


Baca juga: Bandung, Kota Sejuta Kerinduan 


Kota kedua yang aku rindukan adalah Jakarta. Kota ini punya cerita tersendiri bagiku dan suami. Terutama paksu yang pernah 6 tahun merantau di kota ini. Selain itu, ada banyak destinasi wisata edukasi, rekreasi dan sekaligus religi yang wajib anak-anak tahu. 


Minta digendong barengan di depan Monas


Kakak lagi asyik memandangi museum :)


Sebenarnya kami pernah mengajak mereka mengunjungi kota ini, tapi mereka masih belum puas untuk mengenalnya. Saat itu, usia mereka pun masih belum terlalu paham. Meskipun anak pertamaku masih merekam jelas saat kami jalan-jalan dua hari di Jakarta.


Baca juga: Backpackeran Bareng Balita dan Baduta  


Kota berikutnya ialah Yogya. Seperti yang aku cerita di awal, Yogya adalah salah satu wishlist travelling di tahun 2020. Tapi, pandemi membuatnya tertunda. Padahal saat itu, kami sudah membuat rencana destinasi mana saja yang akan dikunjungi. 


Alhamdulillah dapat kesempatan bertemu teman-teman penulis dari berbagai kota di Indonesia.


Seru banget bisa naik Jeep dan Lava Tour


Yogya menyimpan banyak kenangan bagiku. Di kota ini, aku memiliki cerita tentang meraih asa. Aku pernah datang ke kota ini karena profesiku yang berhubungan dengan bahasa. Dan, aku pernah datang ke kota ini karena prestasiku di bidang literasi.


Baca juga: Unforgettable Moment 


Bagiku, Yogya itu kota yang tak pernah membosankan. Meskipun aku sudah pernah mengunjunginya, tapi aku masih memiliki impian kembali menelusuri kota ini bersama suami dan anak-anak.

 

Perjalanan itu bukan sekadar tentang mendatangi sebuah tempat. Tapi, dengan melakukan perjalanan, kita bisa saling memahami, menguatkan dan yang terpenting saling merawat cinta. Aku dan suami masih berharap travelling wishlist ini bisa terwujud. Pengen banget mengunjungi ketiga kota itu, apalagi sambil menikmati fasilitas dari RedDoorz. 


Pastinya sudah bukan rahasia lagi dong, fasilitas yang diberikan RedDoorz itu paling mengerti para traveller. Kita tinggal pilih sesuai keinginan, dan dijamin puas dengan semua pelayanan yang ditawarkan. Apalagi sekarang banyak promo yang ditawarkan. Wah, gimana nggak tambah seru tuh travellingnya. Jadi nggak sabar pengen travelling lagi.

 

Jujur nih ya, jalan-jalan itu memang bikin ketagihan. Meskipun seringkali kami harus siap dengan segala ke-riweuh-annya. Tapi, semakin sering kami melakukan perjalanan bersama, kami pun jadi belajar banyak hal. Traveling bareng keluarga itu seru banget, loh. Dan, kami berharap pandemi segera berlalu, agar bisa mengunjungi banyak destinasi yang sudah sangat membuat kami rindu.

Sunday, August 1, 2021

FoMO dan Pengaruhnya Bagi Keluarga

August 01, 2021 17 Comments

Sumber: freepik.com


FoMO, sebuah istilah yang akhir-akhir ini semakin familiar di telinga kita. FoMO (Fear of Missing Out) merupakan rasa ketakutan ketinggalan berita ter-update dari media sosial. Rasanya merasa ada yang kurang ketika sehari saja, bahkan satu jam, belum melihat media sosial. Mungkin hanya sekedar stalking, atau melakukan obrolan ngalor ngidul sampai berjam-jam.

Keberadaan gadget memang bagaikan dua mata pisau. Di satu sisi bisa memberikan banyak manfaat, tapi di sisi lain juga memberi efek yang tidak baik. Kita tidak bisa memungkiri, jika kita sangat terbantu dengan adanya ponsel pintar. Apapun yang kita butuhkan bisa kita dapatkan hanya dengan sentuhan jari dan dalam hitungan detik saja. Tapi, kita juga tidak bisa menutup mata, banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak diinginkan disebabkan pengaruh penggunaan internet yang tidak semestinya.

Penggunaan internet saat ini memang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Menurut data Kementrian Komunikasi dan Informatika, pengguna internet di Indonesia telah  mencapai 82 juta orang. Negara kita menduduki urutan ke-8 di dunia. Dan, pengguna terbanyak ialah usia 15-19 atau usia remaja. Tidak hanya itu, Indonesia pun ada di peringkat ke-4 di dunia sebagai pengguna facebook terbanyak.

Sebuah data yang bisa dijadikan bahan pemikiran bersama. Memang sebagai negara berkembang, sesuatu yang baru dan datang dari negara maju, cepat sekali diterimanya. Budaya meniru dan juga konsumtif menjadikan sesuatu yang datang dari luar bisa dengan mudah menjadi bagian dari gaya hidup.  

Kita bisa perhatikan, bagaimana  penyebaran ponsel pintar saat ini sudah seperti kacang goreng saja. Bahkan anak usia balita, sudah sangat mahir menjalankan smartphone. Barang yang beberapa tahun lalu masih menjadi barang mewah, sekarang seakan-akan sudah menjadi kebutuhan primer saja.

Tidak jarang kita lihat orang-orang begitu addict dengan yang namanya smartphone. Semua aktifitas selalu saja ditemani si ponsel pintar ini. Banyak orang yang merasa ponselnya itu bagaikan nyawa kedua. Tiada hari tanpa membawa ponsel, dan tiada detik tanpa melihat layar ponselnya.

Jika apa yang dilakukan dengan ponselnya merupakan cara untuk meng-upgrade diri dan lingkungan, itu tidak bermasalah. Karena bagaimanapun juga kita hidup di zaman serba canggih. Tapi, ketika gadget sudah menjadi ‘Tuhan’ dalam kehidupan seseorang dan menomorduakan yang seharusnya menjadi prioritas, itu yang sangat menjadi masalah.

Sebagai makhluk sosial, tentunya kita membutuhkan dan dibutuhkan orang lain. Kita memiliki pasangan, anak, orangtua dan juga keluarga. Ada saatnya kita investasikan waktu untuk mereka. Jangan sampai fenomena ‘yang dekat terasa jauh, yang jauh terasa dekat’ akan menjadi sebuah pembiasaan.

Ya, tidak bisa kita pungkiri, keberadaan gadget telah mendekatkan yang jauh, tapi tidak jarang juga menjauhkan yang dekat. Kita bisa perhatikan akhir-akhir ini, ketika sebuah keluarga berkumpul, tapi masing-masing dari mereka asyik dengan ponsel masing-masing. Bahkan ketika mengobrol pun, tangannya tidak lepas dari gadgetnya.

Quality time tanpa gangguan, kini menjadi barang yang mahal bagi sebuah keluarga. Sebagian dari kita lebih asyik saling ber-say hello di sosial media, tapi lupa menyapa pasangan dan anak-anak. Jangan heran, sekarang ini, banyak sekali pasangan dan juga anak-anak yang merasa kurang diperhatikan. Dan, pada akhirnya mereka mencari ‘sesuatu yang hilang’ itu dari dunia luar. Sebuah keluarga yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk berbagi cerita, kini mulai tergeserkan perannya.

Tidak sedikit suami ataupun istri yang haus akan kasih sayang. Tidak hanya itu, anak-anak pun tumbuh menjadi ‘yatim piatu’ karena kondisi. Ya, boleh jadi orangtua mereka masih komplit, tapi mereka tidak pernah merasakan keberadaannya. Mereka tidak pernah merasakan pelukan hangat seorang ayah dan juga belaian seorang ibu.

Menurut para peneliti dari Universitas Carnegie Melon di Amerikat Serikat telah melakukan penelitian pada 400 orang, ternyata ditemukan sebuah hasil yang positif dari manfaat berpelukan. Salah satunya ialah dapat mengurangi tingkat stress seseorang. Tidak hanya itu, menurut Virginia Satir, seorang penulis dan juga psikoterapis dari Amerika, kita membutuhkan 12 pelukan setiap harinya, dengan pembagian 4 pelukan untuk kebahagiaan dan 8 pelukan untuk kesehatan.

Dari hasil penelitian di atas, kita bisa menyimpulkan, ternyata hanya dengan menyediakan waktu beberapa menit, bahkan beberapa detik saja, hasilnya sangat luar biasa. Yang perlu diingat, jangan pernah memberikan waktu sisa untuk pasangan dan anak-anak kita. Investasi waktu yang kita berikan akan berpengaruh positif, baik itu bagi diri kita, maupun untuk mereka.

Ketika hubungan antar anggota terjalin dengan harmonis, maka akan ada efek ke berbagai sisi. Dan sebaliknya, ketika sebuah keluarga rapuh, maka akan ada pengaruh kepada sisi kehidupan lainnya, termasuk akan berpengaruh kepada negara. Karena keluarga merupakan pondasi negara. Bisa kita cermati akhir-akhir ini, kejadian-kejadian kriminalitas dan juga hal-hal negatif lainnya, pastilah bersumber dari kondisi keluarga. Berawal dari ketidakefektifan komunikasi hingga berujung pada perceraian.

Menurut data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan Kemenag, angka perceraian di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini meningkat. Disebutkan bahwa jumlah kasus perceraian yang diputus Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia pada 2014 mencapai 382.231 kasus, sedangkan pada tahun 2010 hanya 251.208 kasus. Itu artinya ada kenaikan kasus perceraian sebesar 52,16 persen.

Ketika berbicara tentang perceraian, maka akan ada mata rantai masalah lain yang bertumpang tindih dan tidak mudah untuk dilepaskan. Efek yang ditimbulkan akan mendatangkan efek negatif lainnya. Dan, yang paling dirugikan dan menjadi korban ialah anak-anak. Anak-anak akan menjadi ‘tumbal’ dari keegoisan orangtua.

Mungkin ada baiknya, di tengah kesibukan kita, kita galakkan “Program 18-20”. Ya, setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 20.00, kita jauhkan gadget dari sisi kita. Tidak ada smartphone, TV dan juga laptop menjadi bagian berkumpulnya keluarga. Kita benar-benar investasikan waktu untuk pasangan dan anak-anak. Jangan sampai kita menyesal dengan waktu yang terus berjalan.