Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Membudayakan Literasi
Intan Daswan
September 26, 2019
46 Comments
Berbicara
tentang literasi, saya selalu teringat almarhum Bapak. Ya, beliaulah yang
memperkenalkan saya dengan dunia literasi. Sejak kecil, saya dan keempat kakak
saya selalu diajak untuk mencintai buku. Saat itu, kami hidup pas-pasan, bahkan
boleh dibilang kekurangan. Tapi, yang selalu ditekankan oleh almarhum Bapak,
yang terpenting itu bagaimana memberi 'makan' leher ke atas, bukan leher ke
bawah.
Saya masih
ingat, seringkali Bapak membeli majalah dan buku-buku bekas untuk kami baca.
Ada sebuah kebahagiaan tersendiri ketika Bapak pulang dan membawa bahan bacaan.
Bahkan tak jarang, kami harus rebutan buku atau majalah.
Tidak hanya
untuk urusan bahan bacaan, untuk menulis pun, Bapaklah yang mengajarkan saya
untuk berani menuangkan kata dan kalimat. Ketika duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, Bapak
mengajari saya untuk menulis cerpen. Dari hasil didikannya, mulai saat itu,
saya selalu mewakili sekolah untuk mengikuti lomba mengarang. Selain itu,
karena kebiasaan membaca yang telah ditanamkan Bapak sejak kecil, saya pun
sering dipercaya untuk mengikuti lomba membaca cepat.
Bagi saya dan
keluarga, buku itu merupakan #SahabatKeluarga. Kami bisa saja berpuasa dan
menahan lapar, tapi kami tidak bisa menahan keinginan untuk membaca. Dengan
kecintaan kami kepada literasi, ada banyak mimpi yang sudah terealisasi.
Apa Itu Literasi?
Literasi. Satu
kata yang begitu familiar di telinga kita. Apalagi akhir-akhir ini, banyak
sekali orang berbicara tentang literasi. Lalu, apa itu literasi?
Literasi adalah
istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu
dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
menurut UNESCO, literasi memiliki pengertian seperangkat keterampilan yang
nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas
dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa
keterampilan tersebut diperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. Pemahaman
seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang
akademik, konteks nasional, institusi dan nilai-nilai budaya serta pengalaman.
Intinya, secara
garis besar, literasi itu berhubungan dengan membaca dan menulis. Ketika kita
mengatakan literasi, maka pemahamana pastilah kita akan tertuju pada membaca
dan menulis.
Apa Benar Minat Baca Indonesia Masih Rendah?
Berdasarkan data
dari UNESCO, persentasi minat baca Indonesia masih 0.01 persen. Sedangkan data
dari Bank Dunia dan Studi International Association For the Evaluation of
Education Achievement (IEA), Indonesia berada di posisi terendah di ASEAN
dengan skor 51,7. Skor tersebut berada di bawah Filipina (skor 51, 6), Thailand
(skor 65,1) dan Singapura (skor 74).
Dari data
tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan, ternyata negara kita masih jauh
tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya. Lalu, siapa yang harus disalahkan
kalau sudah seperti ini?
Tidak ada yang
patut disalahkan. Tapi, pertanyaannya, apa yang seharusnya dilakukan agar minat
baca Indonesia bisa meningkat. Artinya, kecintaan akan dunia literasi bisa
menjadi lebih dan mungkin mengalahkan negara-negara ASEAN lainnya.
Kalau kita
berbicara tentang siapa yang harus ikut terlibat? Semua pihak harus ikut
terlibat, baik itu keluarga, masyarakat dan juga pemerintah. Kita tidak bisa
mengandalkan salah satu saja untuk menciptakan masyarakat yang sadar literasi.
Apa Keberadaan Gawai Menjadi Penyebab Kurangnya Minat
Baca?
Kalau menurut
saya, gawai bukanlah penyebab seseorang tidak suka membaca. Gawai itu alat. Bagaimanapun
juga, yang sangat berpengaruh adalah yang mengoperasikan alat tersebut, atau
manusianya. Bagi anak-anak tentu saja orang tua berperan sangat penting dalam
penggunaan gawai.
Perlu kita
akui, Generasi Alpha itu lahir dan besar di era digital. Jadi, mereka tidak
mugkin bisa dipisahkan dengan yang berbau digital, termasuk gawai. Kita tidak
mungkin melarang mereka untuk terhindar dari gawai. Kalaupun ada yang aturan
untuk tidak bersentuhan dengan gawai di rumah, anak-anak akan tetap menyentuh
benda ini di luar rumah. Dan, ini yang paling berbahaya, ketika anak-anak
menggunakan gawai tanpa sepengetahuan orang tua.
Bila
dihubungkan dengan minta baca, saat ini dengan adanya kecanggihan teknologi,
banyak penerbit yang menyajikan buku Augmented Reality. Anak-anak diajak untuk
lebih imajinatif dengan buku ini. Jadi, keberadaan gawai pun bisa membuat anak
semakin asyik membaca buku.
Intinya, gawai
bukan untuk dihindari, tapi dijadikan alat agar-agar anak-anak bisa mendapatkan
banyak pengetahuan melalui gawai tersebut. Berikan mereka ruang untuk tetap
menjadi manusia digital yang mencintai literasi. Disinilah peran orang tua
sangat dibutuhkan untuk menciptakan #LiterasiKeluarga.
Peran Keluarga
Keluarga.
Inilah pondasi dan sumber dari semuanya. Kebiasaan apapun itu akan mucul dan
terlatih di sini. Dalam hal ini, tentu saja, peran orang tua sangatlah penting.
Lantas, apa saja yang harus dilakukan agar budaya literasi bisa ditumbuhkan
dalam keluarga?
Banyak cara
yang bisa dilakukan untuk membudayakan #LiterasiKeluarga. Menurut apa yang saya
alami, ada 5 poin yang harus diperhatikan untuk menciptaan generasi yang sadar
dan cinta literasi, yaitu:
- Orang tua sebagai role model
Ini hal yang
paling penting. Jangan bermimpi memiliki anak yang suka baca, kalau orang
tuanya sendiri tidak pernah megang buku sama sekali. Ketika kita ingin memiliki
menciptakan generasi yang cinta literasi, maka orang tualah yang harus memberi
contoh terlebih dahulu. Ingat, teladan akan jauh lebih bisa diterima daripada
perintah.
- Perkenalkan anak dengan buku sejak ia dalam kandungan
Saat hamil 2 bulan dan ngidam pengen banget ke Jakarta Islamic Book Fair |
Bagi ibu-ibu,
jangan sepelekan aktifitas kita saat hamil. Menurut berbagai penelitian, apapun
yang biasa ibu lakukan ketika hamil, itu akan memberikan efek kepada si bayi. Selain
itu, menurut Dr. Miriam Stoppard, pakar pola asuh, menyebutkan bahwa bayi yang
dibacakan buku sejak dalam kandungan, ia akan lebih cepat bisa berbicara. Bahkan tidak hanya itu, kelekatan antara orang tua dan anak pun akan jauh lebih erat. Satu hal lagi, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kritis, imajintif dan kreatif
- Bacakan anak-anak buku sejak dini
Membacakan buku bukan hanya tugas seorang ibu, tapi juga ayah memiliki hak untuk melakukannya |
Ketika anak
sudah lahir, tentu saja ia tidak otomatis bisa baca buku sendiri. Di sini peran
orang tualah yang sangat penting. Membacakan buku kepada anak, baik itu sebelum
tidur maupun di jam-jam lain, akan memberikan banyak manfaat. Selain anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kritis dan kreatif, kelekatan antara anak
orang tua pun akan jauh lebih terasa. Kita bisa menyampaikan pesan yang ingin kita sampaikan melalui buku. Biasanya anak akan jauh lebih mengerti dan tersimpan dalam alam bawah sadarnya, ketika kita menyampaikan sesuatu melalui buku yang dibaca.
- Jadikan buku sebagai hadiah
Senang banget ketika tahu dapat hadiah paket buku |
Menjadikan buku
sebagai hadiah bisa menjadi salah satu cara agar anak mencintai buku. Ia akan
lebih sering ‘berkomunikasi’ dengan buku daripada dengan benda lain. Selain
itu, memberi hadiah buku akan jauh lebih mendidik daripada memberikan barang
lain.
- Ajak anak ke toko buku atau pameran buku
Usianya belum genap 2 tahun, tapi sudah bisa memilih buku sendiri yang dia mau |
Wisata edukasi.
Kalau kita boleh mengatakan bahasa kerennya, mengunjungi toko buku atau pameran
buku itu bisa disebut wisata edukasi. Ketika anak sering diajak ke
tempat-tempat yang berhubungan dengan buku, maka lama-kelamaan ia akan mulai
suka dan bahkan mencintai buku.
Itulah 5 poin
penting yang saya sudah rasakan dan lakukan. Ya, dulu orang tua saya menerapkan
kelima poin tersebut kepada anak-anaknya, dan sekarang saya terapkan kepada kedua buah hati saya. Lalu,
apakah dengan kelima poin itu, budaya literasi akan menjadi lebih baik?
Bisa ya, bisa
juga tidak. Kenapa? Kita jangan lupakan peran masyarakat. Ada andil masyarakat
untuk membudayakan literasi kepada anak cucu kita. Pekerjaan Rumah kita untuk
menciptakan generasi yang sadar literasi masih panjang. Peran serta masyarakat
juga tidak bisa diabaikan.
Peran Masyarakat
Selain keluarga,
tentu saja masyarakat pun memiliki peran yang sangat penting untuk membudayakan
literasi ini. Karena bagaimana pun juga, sebagai makhluk sosial, kita tidak
mungkin hanya berdiam diri di rumah saja dan bertemu dengan anggota keluarga
inti.
Karena itu,
masyarakat pun memiliki andil yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran
literasi. Lalu, apa saja yang seharusnya dilakukan agar generasi yang ada
sekarang tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mencintai literasi?
Ada 5 poin yang
harus diperhatikan untuk membudayakan literasi. Kelima poin tersebut ialah:
- Hapus stigma “Orang Indonesia Malas Baca”
You are what you think. You are what you say. Yap, kita harus akui itu. Ketika kita masih saja
menyebut kalau orang Indonesia itu malas baca, maka yang tertanam dalam alam
bawah sadar kita kata-kata tersebut. Cobalah untuk mengganti dengan kata-kata
yang lebih memotivasi, apalagi kepada Generasi Alpha (anak-anak kita).
- Memperbanyak perpustakaan yang layak dan kekinian
Di depan Perpustakaan Kab. Jember, yang boleh dibilang masih belum layak dan kekinian |
Di bagian dalam perpustakaan, koleksi buku kebanyakan sudah sangat lama dan tidak terawat |
Perpustakaan
bagaikan istana bagi para pecinta literasi. Penyuka buku dan penikmat aksara akan
merasa nyaman berlama-lama di perpustakaan. Karena alasan itulah, keberadaan
perpustakaan yang nyaman, layak dan kekinian seharusnya menjadi hal yang harus
diperhatikan. Tapi, kita patut bersenang hati karena perpustkaan masuk dalam
program dan kegiatan Priorotas Nasional perihal “Penguatan Literasi untuk
Masyarakat” dengan indicator “Meningkatnya kualitas Pelayanan Perpustakaan
Berbasis Inklusi Sosial.
- Memperbanyak bahan-bahan bacaan yang berkualitas
Koleksi Pribadi |
Koleksi Pribadi |
Membudayakan
literasi tentu saja tidak bisa terlepas dari buku. Semakin banyak buku yang
berkualitas, maka akan sangat membantu untuk meningkatkan budaya literasi di
negeri ini.
- Memperbanyak komunitas literasi
Kegiatan di TBM Tanoker Ledokombo, Jember |
Komunitas
literasi sangat membantu untuk menyebarkan ‘virus’ kepada banyak orang. Orang akan merasa lebih
tergerak dan bersemangat ketika dia berada dalam sebuah komunitas.
- Mengadakan acara-acara yang berhubungan dengan literasi
Sharing bersama komunitas pecinta sastra di Bandung |
Acara-acara
yang berhubungan dengan literasi menjadi sarana edukasi dan motivasi. Akan ada
banyak ilmu yang didapat ketika menghadiri. Acara-acara literasi bisa dijadikan
ajang berbagi ilmu dari para penggiat literasi untuk lebih mencintai aksara.
Intinya,
membudayakan literasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meningkatkan
minat baca tidaklah segampang mengucapkannya. Semuanya harus dipupuk sejak dini, sehingga akan menjadi sebuah kebiasaan.
"Possible thing is usual. Usual thing is forced or love."
Generasi Alpha merupakan generasi yang cerdas. Sekarang tugas kitalah yang bisa menggiring mereka untuk menjadi generasi yang cinta literasi. Satu hal yang saya rasakan ketika memperkenalkan literasi kepada dua buah hati saya, dengan literasi anak-anak akan lebih cerdas menarasikan apa yang sedang dirasakan oleh hati.
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga