Follow Us @soratemplates

Saturday, December 31, 2016

Resensi "Tentang Kamu"

December 31, 2016 0 Comments


Judul                     : Tentang Kamu
Penulis                  : Tere Liye
Penerbit                : Republika Penerbit
Tebal                     : 524 Halaman
Tahun Cetak         : Cetakan Ke-1, Oktober 2016

Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.

Cerita berawal dari tugas berat seorang pengacara, Zaman Zulkarnaen. Pria berdarah Indonesia yang diterima di sebuah firma hukum ternama di London, Thompson & Co. Zaman diberi tugas untuk mencari tahu ahli waris dari seorang wanita kaya yang meninggalkan harta warisan sebesar 1 miliar poundsterling atau sekitar 19 triliun rupiah.
Sri Ningsih, seorang wanita Indonesia berusia 70 tahun yang memegang paspor Inggris. Selama belasan terakhir tinggal di Panti Jompo di Paris. Ia pun memiliki izin menetap di Paris.
Hingga akhir hayatnya, belum ada seorang pun yang tinggal bersamanya mengetahui keluarga dekat Sri Ningsih. Bahkan para pengurus panti tempat ia tinggal sebelum menutup usia. Tapi, ada satu kunci yang menjadi pembuka tameng kisah kehidupan wanita luar biasa ini.
Aimee, seorang pengurus panti dititipi sebuah buku diary. Ada banyak tulisan yang bisa memecahkan sandi tersembunyi dari perjalanan hidup Sri Ningsih. Meskipun apa yang dituliskan tidak mudah untuk dipahami dan memberi jalan keluar dari kasus ini.
Pencarian diawali dari Pulau Bungin, tanah kelahiran Sri Ningsih. Zaman berhasil bertemu dengan Ode, sahabat kecil Sri Ningsih. Ia menguak tabir dari awal Sri Ningsih lahir.
Sri Ningsih, ‘gadis yang dikutuk’, sebuah sebutan yang melekat pada dirinya. Sebutan yang diberikan oleh ibu tirinya itu dihubungkan dengan kejadian kematian ibunya yang meninggal sesaat setelah melahirkan Sri Ningsih. Tidak hanya itu, kematian ayahnya ketika sedang melaut pun menjadi alasan sebutan itu. Ya, Nusi Maratta, ibu tirinya begitu murka dengan Sri Ningsih. Ia menganggap Nugroho, suaminya, meninggal karena memaksakan melaut dengan alasan ingin memberi hadiah sepasang sepatu untuk Sri Ningsih.
Sejak kematian ayahnya, Nusi Maratta memperlakukan Sri Ningsih dengan sangat tidak manusiawi. Sri Ningsih dipaksa bekerja seharian tanpa pernah memperhatikan kesehatannya. Tapi, Sri Ningsih tidak pernah memiliki keinginan untuk membenci ibu tirinya. Sebaliknya ia begitu patuh kepada ibu tirinya itu dan juga sayang kepada adik tirinya, Tilamuta. Hal itu terbukti ketika terjadi kebakaran di rumahnya. Tanpa ada rasa takut, ia berusaha menyelamatkan ibu tiri dan adiknya. Meskipun, ibu tirinya tidak bisa terselamatkan, namun Tilamuta berhasil di bawa keluar rumah.
Cukup sulit bagi Zaman untuk memecahkan kasus ini. Pencarian tidak berhenti di Pulau Bungin. Zaman masih harus berkeliling ke Surakarta, Jakarta, dan kembali ke London. Pencarian yang cukup jauh hingga ke Indonesia, ternyata kunci dari kisah kehidupan Sri Ningsih ada di London. Bahkan orang mengetahui semua kisah Sri Ningsih ialah tetangga Zaman sendiri, Rajendra Khan. Dari keluarga besar Rajendra Khan inilah, kehidupan keluarga Sri Ningsih terkuak. (hal. 301)
Sri Ningsih yang pada awalnya sudah putus asa dengan yang namanya cinta. Namun, seorang laki-laki Turki berhasil membuat wanita tegar ini jatuh cinta. Dengan perjuangan yang luar biasa Hakan Karim akhirnya mendapatkan tempat khusus di hati Sri Ningsih. Cinta Sri Ningsih pun berlabuh pada lelaki yang senantiasa mencintai dengan tulus.

Kisah Sri Ningsih ini benar-benar mengajarkan kita tentang arti sebuah perjuangan hidup dan cinta. Penulis mampu mengiring emosi pembaca. Tidak hanya itu, kita seakan-akan diajak ke masa silam. Ada pesan cinta dan semangat mengejar cita-cita dari novel ini.  

Tuesday, December 20, 2016

Apapun Paketnya, JNE Jasa Pengirimannya

December 20, 2016 0 Comments
Kirim oleh-oleh khas Bandung? Ke luar kota? Beda provinsi pula?
Ya, tepatnya 2 tahun lalu, aku mulai jatuh cinta pada JNE. Saat itu, aku harus mengirimkan beberapa jenis makanan khas Bandung. Aku benar-benar bingung harus memakai jasa pengiriman apa. Aku khawatir makanan yang dikirimi akan terbuang karena sudah rusak di perjalanan. Padahal, saat itu yang sedang kekinian di kota kembang adalah keripik pedas. Selain itu, ada beberapa jenis makanan khas Bandung yang memang mudah rapuh. Dan, rasanya ada yang kurang kalau sampai tidak mengirimkan itu semua. Mau tidak mau, aku harus berusaha untuk memasukkan makanan yang sedang benar-benar digandrungi orang banyak.

Aku pun mulai bertanya-tanya kepada beberapa orang tentang jasa pengiriman yang aman dan terpercaya . Karena masalahnya paket ini akan diberikan sebagai ucapan terima kasih untuk seseorang. Jadi, akan sangat tidak sopan kalau sampai aku mengirimkan barang yang sudah tidak layak. Selain itu, aku mencari jasa pengiriman yang tidak memakan waktu lama, karena yang aku kirimkan makanan. Jangan sampai ada makanan yang terbuang karena sudah melewati expired date. Akhirnya atas saran dari beberapa orang, aku pun menentukan pilihan kepada JNE.

Saat mengantar makanan ke kantor agen JNE di dekat rumah, aku masih agak sedikir ragu dan harap-harap cemas. Tapi, syukurlah setelah 3 hari, aku mendapat kabar kalau kiriman telah sampai dengan aman. Tidak ada sedikit pun yang rusak. Aku pun bisa menghela napas lega.
Ternyata JNE Express memang bisa dipercaya. Dan, akhir-akhir ini aku baru tahu, JNE sudah berusia 26 tahun. Dalam rangka ulang tahunnya yang ke-26, JNE telah menyelenggarakan Hari Bebas Ongkos Kirim (HARBOKIR) pada 26-27 November 2016.
Di usianya yang sudah lama malang melintang di jasa pengiriman, JNE selalu memiliki tempat khusus di hati para customer, salah satunya aku. Sampai saat ini, jasa pengiriman yang bisa bersahabat baik, ya JNE Express. Apapun paketnya, jasa pengiriman pasti JNE.

Cerita Baik bersama JNE



Wednesday, December 14, 2016

Cash? Masih Zaman?

December 14, 2016 0 Comments
Sumber: www.kompasiana.com


“Bagaimana, Mas, Mbak, jadi mau menjadi nasabah di asuransi kami?” tanya seorang agen asuransi dengan penuh harap.
“Maaf lho, Bu. Sebenarnya kami berdua sangat tertarik dengan program asuransi dari perusahaan Ibu. Tapi, ada satu hal yang masih mengganjal di hati kami,” jelas suamiku, “Kami kan mobilitasnya tinggi. Kami mungkin tidak akan tinggal di kota ini terus, selain itu karena kesibukan juga kami takut lupa untuk bayar asuransi. Nah, kalau seandainya perusahaan Ibu menggunakan auto-debet, pasti kami langsung eksekusi dari kemarin,” lanjut suamiku.

Itulah percakapan singkat antara suamiku dan seorang agen asuransi. Aku dan suami terkadang tidak habis pikir dengan sistem yang dijalankan oleh para perusahaan ataupun pengusaha yang masih bersifat konvensional. Padahal, kita semua sudah sangat tahu dengan perkembangan zaman yang semakin gadget-minded.
Jika dulu, orang terlihat kaya dan makmur ketika dompetnya tebal. Tapi, sekarang, sudah bukan zamannya lagi. Kepraktisan dan keamanan jauh lebih diperhitungkan. Saat ini, ketakutan orang sudah begitu tinggi. Dengan tingginya angka kriminalitas, keamanan menjadi sangat diperhitungkan. Karena alasan itulah, orang-orang sudah berpikir bagaimana agar ia bisa tetap wara-wiri sekehendak hati tanpa ketakutan akan uang yang dibawa.
Tidak hanya itu, sisi kemudahan pun menjadi hal yang dicari. Ketika kita membayar dengan uang cash, tidak jarang kita harus menyediakan waktu yang tidak sedikit untuk melakukan sebuah transaksi. Tapi, dengan fasilitas non tunai, semua bisa dilakukan hanya dengan hitungan detik.
Memang itulah salah satu alasan mengapa Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasioanal Non Tunai (GNTT) pada 14 Agustus 2014. Pemerintah ingin menciptakan masyarakat yang sadar akan manfaat lebih dari menggunakan fasilitas non tunai. Karena sudah saatnya kita menjadi bagian dari Less Cash Society (LCS). Manfaat yang didapat dari menggunakan non tunai memang begitu banyak, diantaranya: praktis dan aman, efisiensi biaya, memudahkan dalam menghitung aktivitas ekonomi, dan meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian (velocity of money).

Gerakan Nasional Non Tunai memang sudah saatnya diterapkan di negara ini. Apalagi orang-orang kita sudah semakin melek teknologi. Hal ini terbukti dari data yang menyebutkan Indonesia merupakan pelaku ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Dan, sebagai bagian dari peradaban modern, kita sudah seharusnya mengikuti perubahan zaman. Saat ini bukan lagi saatnya ber-riweuh ria dengan menenteng uang atau melakukan transaksi secara konvensional. So, kamu masih mau bayar cash nih? Memangnya masih zaman ya?   

Sunday, December 11, 2016

Pesan Cinta Dalam Sebuah Pustaka

December 11, 2016 0 Comments

Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Perpustakaan Kabupaten Jember. Meskipun tidak seluas dan selengkap perpustakaan di kota tempat tinggalku dulu, tapi menurutku tempat ini cukup representatif. Lokasi yang mudah diakses dan juga tempat yang cukup nyaman. Semua itu terbukti dari banyaknya pengunjung meskipun saat itu bertepatan dengan Hari Sabtu.
Perpustakaan Kabupaten Jember tidak hanya menyediakan fasilitas buku-buku dan bacaan saja, tapi ada ruangan yang dikhususkan untuk mengakses internet. Sebuah tempat yang sangat mendukung bagi para pecinta ilmu. Selain itu, pelayanannya yang sangat ramah membuat kita nyaman mengunjungi tempat ini.
Di kunjungan pertama, aku tertarik pada sebuah buku yang ada diantara jajaran buku-buku agama. “Kado Cinta untuk Muslimah”. Sekilas aku berikan review tentang buku yang luar biasa ini. Aku benar-benar beruntung, karena ada pesan cinta yang kutemukan dalam sebuah pustaka.



Kado Cinta untuk Muslimah



“Perempuan yang beruntung adalah perempuan yang berhasil mendapatkan seorang suami yang pertama-tama merasa dirinya adalah sahabat. Karena hal yang terpenting dalam pernikahan, menurut saya, adalah persahabatan.”

Sebuah kutipan dari buku yang ditulis oleh Ahmad Rofi’ Usmani ini benar-benar memiliki makna yang dalam. Tulisan yang mengawali berlembar-lembar kalimat penuh inspirasi dan motivasi bagi kaum hawa. Kata-kata penggugah di halaman-halaman awal sebelum kita masuk dalam telaga ilmu yang bermakna bagi muslimah.
Buku yang diterbitkan Penerbit Mizania tahun 2010 ini memiliki 379 halaman. Ada 4 bagian bahasan dalam buku ini. Bagian pertama berisi tentang kisah-kisah tentang cinta, pernikahan dan kebahagiaan. Penulis membahas berbagai fenomena yang terjadi masyarakat luas tentang ketiga hal tersebut. Ada banyak kisah yang disajikan tentang sikap seorang suami, istri dan seluk beluk dalam pernikahan.
Dalam bagian ini, ada satu kisah yang sangat familiar di telinga kita. Kisah seorang lelaki sholeh yang sudah terlanjur makan buah apel tanpa izin kepada pemiliknya terlebih dahulu. Karena merasa menyesal, ia mencari tahu siapa pemiliknya. Ia bertekad akan melakukan apapun agar si pemilik tidak akan mendakwanya di akherat kelak. Sebuah kejujuran yang merupakan buah dari kesholehan pun diberi ganjaran yang luar biasa oleh Allah. Ia diminta si pemilik kebun apel tersebut untuk menikahi anak gadisnya yang katanya bisu, tuli dan buta. Karena ia memang bertekad untuk menggugurkan dosanya, maka ia terima tawaran itu dengan ikhlas. Dan, ternyata, karena kesholehannya itu, ia mendapatkan seorang wanita sholehah yang memang bisu untuk membicarakan kejelekan orang lain, tuli untuk mendengar hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan buta untuk melihat sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah.
Pada bagian kedua, penulis menyajikan kisah-kisah tentang keibuan dan kebijaksanaan bertindak. Ada banyak pembelajaran yang luar biasa bagi seorang wanita, baik itu bagi yang sudah menyandang predikat seorang ibu, maupun bagi mereka yang masih mempersiapkan untuk itu. Pembaca disuguhi banyak kisah tentang bagaimana bersikap cerdas dan bijak dalam menjalani tugas seorang ibu.
Pada bagian ketiga, ditulis tentang kisah-kisah seputar nilai-nilai luhur. Para muslimah diingatkan kembali tentang fitrahnya. Kita diajak untuk kembali melihat apa sebenarnya tugas dan kewajiban kita sebagai seorang muslimah.
Pada bagian terakhir, ada kisah-kisah seputar perjuangan dan arahan untuk menerima keimanan dan meniti jalan lurus. Di bagian ini, pembaca digiring untuk melihat kisah-kisah yang sebenarnya sering terjadi di masyarakat luas. Kisah-kisah yang membuat kita belajar banyak tentang arti dan makna sebuah keimanan.

Buku ini memiliki banyak sisi positif. Tulisan yang tidak menggurui, tapi tanpa kita sadari ada banyak pembelajaran yang kita dapatkan. Rasanya tidak berlebihan ketika mengatakan ini merupakan buku yang sangat inspiratif. 

Wednesday, December 7, 2016

Menginspirasi Buah Hati

December 07, 2016 0 Comments
Membaca dan menulis adalah hobi yang sejak kecil sudah aku lakukan. Berawal dari melihat kebiasaan Bapak yang sangat addict dengan buku. Selain itu, suara mesin tik yang hampir setiap hari aku dengar menjadi pemantik semangat yang luar biasa.

Sejak aku masih balita, Bapak memang sudah memperkenalkanku dengan buku dan cerita. Setiap hari sebelum tidur, aku selalu dibacakan cerita. Tidak hanya itu, buah tangan yang paling sering dibawa ketika Bapak bepergian, pastilah buku cerita atau majalah. Di rumah pun, hanya ada pajangan buku tertata rapi di rak. Jangan pernah mencari hiasan ataupun barang pecah belah di rumahku. Pokoknya setiap sudut, yang ada hanya buku dan buku.
Childern see, children do. Ya, itulah yang aku alami. Tidak ada perintah dari kedua orang tuaku untuk membaca. Tapi, keinginan tersebut muncul dengan sendirinya. Melihat Bapak dan keempat kakakku begitu asyik dengan bacaannya, aku sebagai anak bungsu merasa ingin sekali melakukan hal yang sama. Dan, kebiasaan itulah yang terpatri sampai sekarang.
Ya, kebiasaan Bapak sangat menempel erat dalam diriku. Bahkan tidak hanya membaca, menulis pun menjadi hobi yang sangat aku gandrungi. Karena kecintaanku kepada dunia baca dan menulis, sejak aku duduk di bangku SD, aku sudah mewakili sekolahku untuk lomba mengarang dan juga membaca cepat.
Bagiku, membaca dan menulis bukan hanya untuk sekadar pemenuhan kepuasaan diri. Tapi, ada niat yang jauh lebih penting dari itu. Aku ingin bisa menebar virus positif kepada sekelilingku. Aku ingin membaca dan menulis menjadi sesuatu yang disukai, menjadi sebuah budaya.
Aku tak akan berpikir terlalu jauh dahulu. Mungkin, ketika aku belum menikah dan memiliki anak, aku bergabung dengan beberapa komunitas untuk menyebar virus positif ini. Aku juga selalu mengingatkan dan mengajak anak didikku untuk mencintai buku. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa, ketika mendengar kabar ada anak didikku yang menjuarai kompetisi menulis.
Tidak hanya itu, ketika ada orang yang merasa terbangkitkan semangatnya atau berubah menjadi lebih baik setelah membaca tulisanku, itu pun merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Sebuah tulisan sederhana yang aku tuangkan, namun bisa menyentuh hati seseorang, tentu saja membuatku banyak bersyukur. Ya, aku bersyukur karena apa yang aku lakukan bisa menjadi jalan kebaikan bagi diriku dan orang-orang di sekitarku.  
Dan, saat ini, ketika ada malaikat kecil hadir dalam hidupku, maka sosok inilah yang harus menjadi prioritas. Dulu, boleh saja aku fokus kepada orang lain. Tapi, sekarang, jangan sampai buah hati sendiri tak pernah merasa terinspirasi dari ibunya. Aku ingin ia bisa mencintai ilmu tanpa harus ada paksaan. Aku berusaha untuk  memberi teladan bukan hanya suruhan semata.
Kembali lagi, sebuah ungkapan yang benar-benar terbukti. Children see, children do. Sejak usianya 6 bulan, yang dicari oleh si kecil adalah buku. Tak jarang, ia merebut buku yang sedang aku baca. Ia paling senang kalau sudah diberi buku, kertas atau alat tulis. Tangannya seolah-olah mengikuti bagaiamana ketika aku menulis. Bahkan, ketika aku harus menyelesaikan tulisan di depan laptop, jari tangannya akan langsung ikut memencet keyboard.  Bahkan karena sekarang sudah bisa berjalan, tangannya selalu berusah menekan-nekan laptop yang selalu terbuka di meja kerja.

Kalau dipikir dengan emosi, tentu saja akan merasa tertekan karena tak jarang karena kreativitasnya, naskah yang sudah aku ketik, hilang begitu saja. Tapi, ada sisi kebersyukuran karena kecerdasan si kecil yang luar biasa. Aku pun berusaha untuk mengarahkannya sejak dini.

Saat ini, aku hanya bisa terus berdoa, semoga kecintaan akan membaca dan ketertarikan akan dunia menulis akan terus berlanjut hingga ia dewasa. Aku tak perlu harus berteriak dan menasehati agar ia senang membaca. Aku ingin ia bisa tumbuh menjadi pribadi pecinta ilmu dengan membaca. Aku juga ingin ia pandai mengungkap apa yang ia rasa lewat kata yang tertuang dalam tulisan. Aku ingin ia bisa menginspirasi lewat untaian kata yang tersusun dalam keelokan bahasa dan kesantunan intelektual.

Dan, saat ini, aku sedang mempersiapkan sebuah generasi yang akan menginspirasi semesta. Oleh karena itu, aku, sebagai guru pertama bagi si kecil, akan terus memantik diri untuk tetap menjadi pribadi pecinta ilmu dengan membaca dan menulis. Semoga dengan hobiku ini, aku bisa senantiasa menjadi inspirasi bagi buah hati. Karena, bagiku, keberhasilan tertinggi seorang ibu, ialah ketika ia bisa mengantarkan buah hatinya menjadi inspirasi bagi sekelilingnya.