Follow Us @soratemplates

Sunday, June 24, 2012

Bukan Salah Air Mata

June 24, 2012 0 Comments
Ingin rasanya menahan tangis. Tapi memang tidak semudah apa yang diucapkan. Ketika hati ini sudah mulai tersakiti, maka air mata memaksa untuk keluar.

Kita semua tahu, tidak semua tangisan simbol kelemahan. Ada saatnya kita tak mampu mengungkap rasa. Dan air matalah yang sanggup untuk mengatakan sesuatu yang sulit terungkap.

So, menangislah, jika dengan menangis hati kita akan merasa lebih nyaman. Bukan salah mata untuk mengeluarkan air, tapi bertanyalah apa yang menyebabkan air itu keluar. Belajarlah mencari solusi bukan mengeluh tanpa aksi.

Wednesday, June 20, 2012

Spiderman dari Tanah Priangan

June 20, 2012 0 Comments

Pernah lihat orang yang memanjat tiang atau bambu puluhan meter, tanpa alat bantu apapun? Tapi ini bukan di film atau TV lho. Ini di alam nyata, bukan alam imajinasi.

Spiderman? Superman? Atau sederet nama superhero dari negeri Paman Sam? Jawabannya seratus persen salah.

Tidak perlu jauh-jauh ke Eropa untuk melihat langsung orang yang bisa memanjat tiang puluhan meter tanpa tali atau alat bantu apapun. Pengen tahu darimana superhero itu berasal? Dari Amerika? Inggris? Belanda?

No, bukan dari Inggris atau Amerika. Superhero itu ada di alam nyata, bukan khayalan atau trik kamera. Superhero itu berasal dari tanah kelahiran Si Kabayan. Dia berasal dari tatar sunda, tepatnya Jawa Barat.

Yupp... Yang kita bicarakan memang bukan superhero khayalan. Kita sedang membicarakan kesenian yang berasal dari negeri kita tercinta, Indonesia. Ternyata negeri ini hebat sekali. Jika negara-negara maju masih menggunakan imajinasi mereka untuk bisa melakukan hal yang tidak mungkin. Atau mereka gunakan tipuan kamera untuk sebuah adegan berbahaya. Tapi, kita sudah selangkah lebih maju.

Kita memiliki seni lais. Apa itu seni lais? Lais merupakan suatu jenis pertunjukan rakyat di Jawa Barat yang mirip akrobat  Tetapi, karena kegiatan apa pun dalam masyarakat Sunda tradisional ini selalu tidak lepas dari kepercayaan penduduknya, maka keterampilan akrobatik yang dilakukan oleh pemain-pemain lais itu pun dipercaya mendapat bantuan gaib. Selain itu, tentu saja lais juga diberi nafas seni dengan dimasukkannya tetabuhan dan dilantunkannya lagu-lagu selama pertunjukan.

Pertunjukan lais terutama mempertontonkan keterampilan satu atau dua orang pemain lais yang berjalan atau duduk di atas tali tambang yang direntangkan di antara dua ujung bambu. Tali tambang tersebut selalu bergoyang dan bambunya pun bergerak-gerak selagi menyangga beban dan gerakan pemain lais tersebut.

Lais terdapat di Kabupaten Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon dan Bandung. Lais dapat disaksikan pada acara-acara kenegaraan, hajatan, pernikahan ataupun khitanan.

Cara penyajian pertunjukan lais dilakukan dengan terlebih dahulu memancangkan dua leunjeur (batang) awi gombong (bambu berbumbung besar) di tanah serta merentangkan tali tambang pada kedua ujung bambu tersebut. Tali tambang  kemudian diikatkan pada kedua ujung bambu yang dipancangkan tersebut lalu tetabuhan pun dibunyikan sebagai pembukaan juga sebagai pemberitahuan bahwa permainan akan segera dimulai. Hal ini dilakukan untuk mengundang penonton dan sebagai pemanasan suasana.

Ketika permainan dimulai, sang dukun (pawang) lais pun siap dengan perlengkapan upacaranya, yaitu sesajen (sesajian) dan pedupaan (kukusan). Bersamaan dengan bunyi tetabuhan, dibakarlah kemenyan dalam pedupaan tadi serta mantera-mantera pun dibacakan. Upacara ini dimaksudkan agar si pemain lais  diberi kekuatan, kelincahan, keterampilan serta keselamatan di dalam permainannya.

Itulah seni lais yang tak kalah hebatnya dengan pertunjukkan spiderman atau superhero. Tapi sayang banyak orang yang tidak mengenal kesenian ini.

Ya, termasuk saya pribadi pun baru mengenal seni lais ketika mengunjungi West Java Festival 2011. Di situ banyak sekali kesenian tradisional yang sudah mulai punah dimakan zaman.

Mungkin untuk anak-anak muda seumuran saya, banyak sekali yang tidak tahu kesenian apa saja yang dipentaskan. Jangankan paham atau mengenal lebih dekat, tahu namanya saja sudah sangat beruntung.


Padahal sebenarnya jika kita gali kesenian yang ada di negeri ini begitu banyak dan menarik. Kadang kita malu ketika banyak sekali pengunjung asing yang datang ke negara kita dan mempelajari seni dan budaya bangsa kita.

Tak jarang banyak turis asing yang jatuh cinta dengan kebudayaan dan kesenian negeri ini. Sedangkan kita? Kita malah asyik dengan sajian boyband dan musik barat. Tak lupa pula budaya yang jeleknya saja yang kita tiru.

Lantas, ketika budaya kita diakui oleh negara lain, barulah kita protes. Kita lebih cepat terpancing emosi dengan mengadakan demo dan pemboikota produk negara tersebut. Salah?

Mungkin yang harus disalahkan ialah diri kita sendiri. Kita terkadang malu untuk mengakui kehebatan bangsa sendiri. Kita sudah cenderung apatis dengan bangsa ini. Jangankan untuk menjaga keutuhan bangsa, untuk mengatakan aku cinta Indonesia pun, mungkin sudah terlalu sungkan untuk diucapkan.

Jangan salahkan bangsa lain karena sudah mengakui beberapa kebudayaan, dan kesenian Indonesia sebagai milik mereka. Karena kita sendiri memang malu untuk mempelajarinya. Kita kadang pura-pura tidak tahu apa saja kesenian bangsa ini.

Kadang kita kita menganggap kuno, nggak up to date, nggak gaul, jika kita mempelajari kesenian dan kebudayaan Indonesia. Padahal kesenian dan kebudayaan bangsa ini menyimpan filosofi yang tinggi. Ada makna di setiap gerakan yang tampilkan, syair yang dinyanyikan dan pakaian yang digunakan.

Untuk momen-momen seperti West Java Festival bisa membantu kita untuk me-recharge kecintaan kita kepada bangsa ini. Kita jadi tahu, kalau bangsa ini memiliki kekayaan seni yang luar biasa banyak.

Sudah saatnya kita buka mata dan telinga untuk mulai mencintai kebudayaan bangsa sendiri. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjadi pewaris kekayaan bangsa yang tidak terkira ini?



Tuesday, June 5, 2012

Lebih dari Sekedar Nilai

June 05, 2012 0 Comments
Belajar hanya untuk mendapatkan sederet angka?
Tentu saja bukan niat yang harus kita miliki. Sejatinya, belajar ialah sebuah proses pemerolehan ilmu atau informasi. Dengan belajar, akan terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari jelek menjadi baik.

Tapi, apa yang terjadi dengan sekarang?
Bangku sekolah yang seharusnya mencetak para generasi terpelajar, malah membuat generasi yang sangat tidak terdidik. Dari mulai ucap sampai sikap, sangat tidak mencerminkan pribadi yang berilmu.

Sekolah telah mengalami pergesaran nilai, begitupun guru. Banyak guru yang lupa akan tugas suci untuk mendidik para generasi bangsa. Zaman telah menjadikan guru hanya mengajar karena dorongan profesi, buka dari hati.

Untuk itu, sudah saatnya kita kembali membenah jiwa, mematut diri. Kita luruskan kembali niat kita masing-masing, baik itu sebagai pelajar maupun sebagai tenaga pengajar.

Dunia masih membutuhkan orang-orang yang memiliki hati. Dunia masih merindukan pribadi yang bekerja dengan hati, bukan dengan obsesi.

Friday, May 25, 2012

Tanggung Jawab Siapa???

May 25, 2012 0 Comments
Pendidikan bangsa memang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Tapi sudah siapkan kita dengan segala apa yang terjadi di negeri ini. Ketika kekuasaan dan materi berbicara, yang lain tidak bisa berkomentar.

Apa yang terjadi saat ini, ketika Ujian Nasional masih sulit untuk dihapuskan hanya karena alasan tender. Ya, bukankah kita semua tahu, kalau manfaat dari Ujian Nasional itu tidak sebanding dengan nilai negatif yang kita dapatkan.

Kita seakan berada dalam kebohongan publik yang selalu merongrong dalam setiap gerak langkah para pendidik dan juga dunia pendidikan kita. Kita pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di sekeliling kita. Kita semua menutup mata dan telinga dengan kebobrokan moral bangsa.

Untuk itu, sudah saatnya kita bertindak ke arah yang lebih baik. Kita semua tidak bisa hanya berdiam diri saja dengan kondisi pendidikan yang semakin semrawut. Siapa lagi yang akan memperhatikan bangsa ini, jika bukan kita sendiri.

Thursday, May 24, 2012

Hanya masalah waktu...

May 24, 2012 0 Comments
Hanya masalah waktu... itulah ungkapan yang sering kita dengar.
Waktu? Apa maksud dari semua itu? Apa waktu menentukan segalanya?
Ya, 100% jawabnnya ya. Karena kunci dari sebuah keberhasilan adalah waktu. Banyak orang yang berusaha sekuat tenaga untuk meraih sebuah kesuksesan. Tapi, jika belum saat yang tepat, maka semuanya tidak akan mungkin bisa dicapai.

Bukan masalah waktu yang tepat untuk ukuran manusia. Namun semuanya lebih kepada waktu yang tepat menurut Sang Pencipta. Kita hanya bisa berusaha, sedangkan keputusan ada pada KuasaNya. Yang terpenting bagi kita terus berusaha dan menjalani prosesnya sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Masalah hasil, itu hak prerogatif Allah SWT.

Monday, May 21, 2012

Bukan Waktu yang Tepat? Benarkah?

May 21, 2012 0 Comments
Bukan waktu yang tepat? Emang kita tahu, kapan waktu yang tepat? Ah, kita tuh sok tahu banget sih. Mungkin saja itu waktu yang tepat, tapi kadang kita tidak menyadari semua itu. Kadang kita menutup mata dengan semua yang terjadi.
Perfeksionis? Ya, memang begitulah ciri orang melankolis. Selalu ingin sempurna. Salah? Nggak juga. Manusiawi jika kita menginginkan sesuatu yang sempurna. Meski kita sadar, kesempurnaan itu milik Allah SWT.
Bukan kesempurnaan yang meyeluruh. Hanya mendekati sempurna, itu mungkin tepatnya. Karena memang sesuatu jika hanya setengah-setengah, hasilnya pun tidak akan maksimal. Apapun itu namanya.
Ungkapan 'bukan waktu yang tepat', mungkin ada baiknya, jika memang kita tahu esensi yang terkandung di dalamnya. Bukan sekedar kata, tapi juga memahami makna yang tersirat.
Semua waktu itu baik. Tinggal kita bisa menerima dengan kejernihan pikiran dan hati. Perpaduan antara kekuatan iman dan kecerdasan akal akan membuat kita semakin mengerti jalan Tuhan yang diberikan kepada kita.

Friday, May 18, 2012

Rasa Memang Nggak Bisa Bohong

May 18, 2012 0 Comments
Rasa memang nggak pernah bohong. Bukan lagi iklan lho....:) Sekedar menganggukkan kepala dengan kata-kata itu. Tapi tentunya dengan konteks yang berbeda. Masihkah tentang makanan?

Hmmm... Boleh jadi ya, boleh jadi nggak. Makanan yang mengandung karbohidrat? Protein? Lemak? Atau???
Ahhh...biarkan itu urusan para chef yang super mahir mengolah menu. Karena aku lebih tertarik dengan makanan hati.

Makanan hati? Ya. Hati juga butuh makanan. Karena kalau hati nggak dikasih makan, nanti dia kelaparan. Bisa-bisa nanti busung lapar. Kan parah tuh....:)

Back to our content....Rasa yang aku maksud ialah rasa suka dan kagum. Mungkin mulut ini bisa berkilah seribu kali. Tapi, aku lupa mataku bisa mengatakan sejuta rasa yang tersimpan dalam hati. Bukankah mata itu pancaran hati?

Rasa memang nggak bisa bohong. Termasuk rasa sayang dan cinta kepada seseorang yang mencoba mengetuk pintu hati ini. Sanggupkah aku untuk membuka pintu lebar-lebar? Atau aku akan terus mengunci, hingga sulit tuk mempersilakan dirinya mampir dalam kehidupanku?