Follow Us @soratemplates

Showing posts with label kebakaran hutan. Show all posts
Showing posts with label kebakaran hutan. Show all posts

Monday, November 30, 2020

Jika Aku Menjadi Pemimpin Negeri

November 30, 2020 23 Comments



Pemimpin Negeri

 


Seorang pemimpin adalah seseorang yang jarang diketahui orang banyak, dan ketika ada sebuah pekerjaan dan tujuan yang berhasil diselesaikan, dia akan menjawab: kami melakukannya bersama-sama.

(Lao Tzu)


Menjadi pemimpin itu bukanlah hal yang mudah. Ada tanggung jawab besar di pundaknya. Menjadi pemimpin itu bukan sebatas memangku jabatan. Menjadi pemimpin itu bukan sekadar memiliki hak mengatur orang lain.

 

Pemimpin itu mengayomi. Pemimpin itu pendengar yang baik. Pemimpin itu contoh yang patut ditiru. Pemimpin itu orang yang layak diikuti ucapan dan perilakunya. Pemimpin itu orang yang mau bersusah payah, terkurangi waktu istirahatnya, terganggu waktu makannya, dan terbatasi waktu bersenang-senangnya demi yang dipimpinnya.

 

Sejatinya setiap orang itu pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri. Tapi, tentu hidup tidak selamanya hanya sebatas memikirkan diri sendiri. Kita pun bertanggung jawab kepada orang-orang di sekitar kita. Kita bertanggung jawab atas negeri ini.

 

Ketika kita merasa memiliki kemampuan dalam satu bidang, diam bukan pilihan. Negara ini akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten, ketika mereka yang mampu hanya memilih untuk diam saja. Kemampuan yang kita miliki alangkah lebih baik dan bermanfaat ketika kita gunakan untuk memajukan negeri ini.

 

Saat ini Negara kita membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar bisa memimpin. Pemimpin yang memiliki niat lurus untuk memajukan negeri, bukan untuk memperkaya diri. Pemimpin yang mampu menjadikan rakyatnya sejahtera, bukan sengsara. 

 

Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggullah kehancuran itu.

 (H.R. Bukhari)


Miris rasanya ketika melihat fenomena pemimpin yang tidak mau mendengar apa kata rakyatnya. Merasa paling benar, menutup mata dan telinga dengan segala persoalan yang ada, serta mampu melenggang kangkung meski rakyat menjerit menderita.

 

Kita ambil contoh, kasus pembakaran hutan. Laporan terbaru Greenpeace Asia Tenggara ‘Karhutla Dalam Lima Tahun Terakhir’ mengungkap kegagalan total pemerintah Indonesia dalam melindungi hutan dan lahan gambut dari pembakaran. Terungkap sekitar 4,4 juta hektar lahan atau setara 8 kali luas Pulau Bali terbakar antara tahun 2015 – 2019.


Sumber: wwww.liputan6.com

 

Data lain menyebutkan, pantauan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperlihatkan hingga akhir September 2020, api telah membakar lebih dari 120 hektar hutan dan lahan di 32 provinsi.

 

Kebakaran hutan ini memang menjadi masalah yang sedang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Ada yang mengatakan itu terjadi karena perilaku warga sekitar. Tapi, ada data yang menyatakan hal tersebut terjadi karena pembukaan lahan untuk perkebunan sawit oleh perusahaan besar.

 

Sumber: www.tribunnews.com


Keberadaan perkebunan sawit ini memang bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Tapi, efek yang luar biasa mengakibatkan kita telah kehilangan hutan yang menjadi paru-paru bumi. Miris sekali ketika melihat hutan yang seharusnya dilindungi berubah menjadi ratusan hektar perkebunan sawit.

 

Itu artinya kita telah merusak ekosistem hutan. Kita juga telah merusak paru-paru bumi. Coba perhatikan, kemana perginya hewan-hewan hutan karena tempat tinggal mereka dirusak dan dialihfungsikan? Apa kita sadara, kita pun telah merampas hak masyarakat adat?

 

Dari satu kasus tentang perlindungan hutan saja, negeri ini masih memiliki PR yang banyak. Dan, menurut saya, satu masalah ini pun sebenarnya bisa memberikan efek kepada banyak sisi, misalkan saja perubahan iklim, kesejahteraan pangan, kesehatan penduduk negeri ini, dan tentu saja pendidikan generasi penerus pun akan terpengaruh.

 

Andai aku mendapatkan garis takdir menjadi pemimpin negeri ini. Lalu, timbul angan dan pemikiran yang lain, apa yang bisa aku lakukan untuk negeri ini?

 

Sebagai seorang pemimpin, tentu saja aku harus memiliki visi. Yap, aku memiliki visi, “Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, mandiri dan berintegritas”.

 

Mengapa harus sejahtera?

Karena kesejahteraan itu hak semua warga Negara, bukan segelintir orang.

 

Mengapa harus mandiri?

Bangsa ini terlalu hebat dan kaya untuk meminta kepada Negara lain. Kita bisa berdri sendiri dengan segala kelebihan yang diberikan Sang Pencipta kepada negeri tercinta ini.

 

Mengapa harus berintegritas?

Karena dengan berintegritas, kita memiliki karakter kuat dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebaikan.

 

Visi tanpa aksi hanyalah mimpi. Aksi tanpa visi hanyalah buang-buang waktu. Visi yang diiringi dengan aksi, bisa mengubah dunia.

(Joel A. Barker)



Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi.

(Thomas Alva Edison)

 

Dengan visi yang sudah tertulis, maka harus ada aksi yang harus dilakukan. Untuk mewujudkan visi itu menjadi sebuah impian nyata, maka ada beberapa yang harus menjadi perhatian penting:

 

  • Menempatkan orang yang tepat

Right man in the right place, at the right time, can steal millions.

(Gregory Nunn)

Mengapa masalah itu datang, karena seringkali kita salah menempatkan orang. Terkadang kompetisi dan koneksi lebih didahulukan daripada kompetensi. Makanya tidak aneh ketika terjadi penyalahgunaan jabatan, karena memang mereka dipilih bukan berdasarkan keahlian yang dimiliki.

 

  • Membuat kebijakan yang berkiblat pada kepentingan rakyat

Kebahagiaan rakyat, itulah hendaknya sebagai undang-undang tertinggi.

(Marcus Tullius Cicero)

 

Suara rakyat adalah suara Tuhan. Sebagai pemimpin, kita harus memikirkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan golongan apalagi kepentingan pribadi.

 

  • Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk kesejahteraan rakyat

Kekuasaan hanya memiliki satu tugas – untuk menjamin kesejahteraan social rakyat.

(Benjamin Disraeli)

 

Sumber Daya Alam Indonesia itu meliputi hutan, lautan, minyak bumi, gas alam dan batu bara. Hutan di wilayah Indonesia itu merupakan hutan terluas ketiga di dunia. Tetapi, pembakaran hutan telah menjadikan luas hutan Indonesia semakin berkurang.

 

Selain hutan, sebagain besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Karena itulah Indonesia mendapat julukan Negara maritim. Potensi ikan laut Indonesia mencapai 6 juta ton per tahun. Potensi laut Indonesia berada di urutan keempat di dunia.

 

Semua kekayaan alam itu tentu saja kalau dikelola dengan tepat, maka akan menjadikan rakyat Indonesia sejahtera.

 

  • Memaksimalkan Sumber Daya Manusia Indonesia

Indonesia harus mengandalkan pada sumber daya manusia yang berbudaya, merdeka, bebas, produktif, dan berdaya saing tinggi.

(B.J. Habibie)

 

Bank Dunia melaporkan Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia pada 2020 sebesar 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada tahun 2018. Sebenarnya ketika kita memaksimalkan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka akan berdampak positif ke berbagai sektor.

 

Itulah beberapa hal yang seharusnya difokuskan. Intinya, saat ini dibutuhkan peran generasi muda dengan pemikiran yang luar biasa. Negeri ini merindukan kehadiran pemimpin yang peka dan peduli dengan kondisi saat ini. Bersikap cerdas dan juga mencerdaskan rakyat. Berpihak pada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, itulah poin penting menjadi seorang pemimpin.

 

 

Tidak ada di dunia ini yang paling berbahaya daripada ketidakpedulian dan kebodohan.

(Marthin Luther King, Jr)

 

 

 

Referensi:

Anas, Abdullah Azwar. (2020). Creative Collaboration. Jakarta: Penerbit Expose

Kasali, R. (2014). Let’s Change. Jakarta: Kompas Gramedia

https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/44219/karhutla-dalam-lima-tahun-terakhir/

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/indeks-sumber-daya-manusia-indonesia-tahun-2020-membaik-dari-2018/