Follow Us @soratemplates

Showing posts with label Perubahan Iklim. Show all posts
Showing posts with label Perubahan Iklim. Show all posts

Thursday, April 14, 2022

Merasa Sumuk di Kota Seribu Gumuk

April 14, 2022 0 Comments

 


team up for impact


“Puuaanaaasss banget ya, Neng,” ujar Pak Suami sambil mengganti baju koko dengan kaos tipis.

“Aduh, lebay banget. Bilangnya kan cukup panas banget ya,” ledekku sambil tertawa.

 

Percakapan di atas akhir-akhir ini seringkali terlontar diantara aku dan suami. Pertama kali menginjakkan kaki di Kota Seribu Gumuk  di tahun 2015 silam, sejujurnya aku sendiri sudah merasakan cuaca yang tidak bersahabat dengan kulit. Maklum aku lahir dan besar di Bumi Pasundan. Jadi ketika menyapa Bumi Pendhalungan, kulit lumayan kaget dengan perbedaan cuaca yang cukup ekstrim.

 

Saat itu saja, aku bisa mandi sehari 5 atau 6 kali. Pokoknya setiap kali mau shalat, pasti aku harus mandi. Bukan karena mengikuti sunnah, tapi lebih tepatnya badan yang nggak nyaman karena sumuk (gerah/kepanasan).

 

Itu dulu, sekarang?

Hmmm… Lebih puuaanaasss lagi. (logat sudah menyesuaikan, maklum sudah hampir sewindu hehehe…)

 

Ya, saat ini, meski kulit ini sudah bisa menyesuaikan, tapi dampak dari perubahan iklim sudah sangat terasa.  


Saking panasnya cuaca, saya bahkan setiap kali habis keluar rumah, pasti akan menuju kamar mandi dulu. Apalagi setelah menjemput anak dari sekolah, bisa kebayang kan berpanas-panasan naik sepeda motor jam 11 siang? Kulit rasanya semakin eksotis saja.

 

Tidak hanya cuaca ekstrim yang sangat tidak ramah di tubuh, tapi juga efek-efek lain mulai terlihat dan terasa. Misalnya saja, di beberapa tempat, kualitas dan kuantitas air tanahnya kurang baik.

 

Karena alasan itulah, kami memutuskan untuk memilih rumah di daerah masih banyak pepohonan. Tujuannya, kami ingin mendapatkan air yang lebih berkualitas. Karena air adalah kehidupan. Ketika kita bisa mendapatkan air dengan kualitas dan kuantitas yang tepat, maka salah satu cara untuk hidup sehat telah dipilih.

 

Selain berdampak pada air yang terasa, perubahan iklim juga bisa terasa pada udara yang tidak bersih. Jember dulu berbeda dengan sekarang. Ketika pertama kali menyapa Kota Tembakau ini, suasana belum seramai saat ini.

 

Dulu, pusat perbelanjaan bisa dihitung dengan jari. Tapi, sekarang, ada tambahan dua pusat perbelanjaan besar yang masuk, ditambah 1 supermarket bahan bangunan terbesar dan cukup terkenal pun sudah berdiri megah di kota ini.

 

Tidak hanya itu, jumlah perumahan semakain bertambah. Itu artinya, lahan sawah, kebun, bahkan hutan semakin berkurang sedikit demi sedikit. Selain itu, bertambah juga jumlah kendaraan bermotor dan penggunaan CFCs untuk AC.


dampak perubahan iklim
Sumber: http://ditjenppi.menlhk.go.id/
 

Itu semua tentu saja memberi andil dalam pemanasan global, dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan iklim. Sebenarnya kita tahu penyebab perubahan iklim ini. Namun, kita  lebih memilih untuk tidak peka dengan kondisi bumi yang sudah sangat menghkhawatirkan.

 

Aku sendiri tidak bisa berbuat banyak, tapi setidaknya ada hal kecil yang bisa menyembuhkan bumi kita, diantaranya:

  • Memilih rumah yang cukup pencahayaan dan sirkulasi udara, sehingga meminimalisir penggunaan AC

Bagiku dan suami, memiliki rumah yang banyak jendela dan ventilasi yang cukup, sangat penting. Selain lebih terang, hemat listrik, dan pastinya lebih sehat. 

 

  • Bijak dalam berkendaraan bermotor

Disadari atau tidak, asap kendaraan bermotor juga menyumbang penyebab pemanasan global. Jadi, sebisa mungkin lebih bijak, bijak dalam memilih bahan bakar yang tepat dan bijak pula dalam menggunakannya. Jika masih bisa dijangkau dengan jalan kaki, mengapa harus memaksa diri menggunakan kendaraan? Bukankah kita juga akan lebih sehat?

 

  • Menyediakan lahan untuk menanam tanaman

Tanaman selain menjadikan udara jauh lebih segar, rumah kita pun akan terlihat lebih rindang dan adem. Tidak hanya itu, kehadiran tanaman dan bunga di pekarangan, bisa menjadi cara untuk menyehatkan pandangan mata kita, loh.

 

  • Menggunakan air secukupnya

Air adalah kehidupan. Tidak akan ada kehidupan tanpa air. Jadi, dengan bersikap bijak dalam penggunaaan air, kita telah membantu bumi untuk tetap lestari.

 

  • Berusaha untuk paperless

Kadang kita tidak sadar dengan penggunaan kertas. Padahal di era digital ini, akan sanga memungkinkan untuk bisa mengurangi penggunaan kertas. Tahukah teman-teman, 1 batang pohon hanya menghasilkan 16 rim kertas? Dan, 1 batang pohon dapat menghasilkan oksigen untuk 3 orang bernapas? Jadi, ketika kita bisa berhemat dalam menggunakan kertas, dan mulai membiasakan diri memanfaatkan kecanggihan teknologi, maka kita telah berinvestasi okisigen untuk penduduk bumi ini.

 

  • Tidak membakar sampah

Terlihat sepele. Bahkan mungkin di daerah sekitar rumah kalian pun masih banyak yang melakukan ini. Padahal membakar sampah bisa menjadi penyumbang dari pemanasan global ini. Mungkin masih ada yang berpikir, kan yang dibakar hanya sedikit. Ya, sedikit. Tapi, kalau 1 RT, 1 RW bahkan  desa berpikiran seperti itu, apakah masih bisa dikatakan sedikit?

 

Itulah 6 hal kecil yang bisa aku lakukan #UntukmuBumiku agar ia tetap terjaga. Aku sadar, kalau aku bukan pembuat kebijakan. Aku juga bukan akademisi yang bisa mengedukasi sekaligus memprovokasi banyak orang untuk menjaga kelestarian bumi. Aku hanyalah seorang ibu yang ingin kelak anak-anakku masih merasakan udara yang bersih, hutan yang masih hijau, dan ketersediaan air yang cukup.


Jember memang bukan kota kelahiranku. Tapi saat ini, aku sedang berpijak dan melangkah di Kota Seribu Gumuk ini. Maka sebagai rasa berterima kasih, aku ingin berbuat sesuatu, meski terlihat kecil dan sederhana.


global warming effects
Sumber: https://www.kominfo.go.id/
 


Teman-teman, yuk jadi bagian #TeamUpForImpact untuk bumi yang lebih baik! Mungkin yang kita lakukan ini terlihat kecil, tapi bukankah sesuatu yang besar itu dimulai dari hal yang kecil? Karena sejatinya bumi ini dititipkan kepada kita untuk dijaga bukan untuk dirusak. Marilah kita berinvestasi untuk planet kita. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau tidak dimulai saat ini, kapan lagi?

Monday, November 30, 2020

Jika Aku Menjadi Pemimpin Negeri

November 30, 2020 23 Comments



Pemimpin Negeri

 


Seorang pemimpin adalah seseorang yang jarang diketahui orang banyak, dan ketika ada sebuah pekerjaan dan tujuan yang berhasil diselesaikan, dia akan menjawab: kami melakukannya bersama-sama.

(Lao Tzu)


Menjadi pemimpin itu bukanlah hal yang mudah. Ada tanggung jawab besar di pundaknya. Menjadi pemimpin itu bukan sebatas memangku jabatan. Menjadi pemimpin itu bukan sekadar memiliki hak mengatur orang lain.

 

Pemimpin itu mengayomi. Pemimpin itu pendengar yang baik. Pemimpin itu contoh yang patut ditiru. Pemimpin itu orang yang layak diikuti ucapan dan perilakunya. Pemimpin itu orang yang mau bersusah payah, terkurangi waktu istirahatnya, terganggu waktu makannya, dan terbatasi waktu bersenang-senangnya demi yang dipimpinnya.

 

Sejatinya setiap orang itu pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri. Tapi, tentu hidup tidak selamanya hanya sebatas memikirkan diri sendiri. Kita pun bertanggung jawab kepada orang-orang di sekitar kita. Kita bertanggung jawab atas negeri ini.

 

Ketika kita merasa memiliki kemampuan dalam satu bidang, diam bukan pilihan. Negara ini akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten, ketika mereka yang mampu hanya memilih untuk diam saja. Kemampuan yang kita miliki alangkah lebih baik dan bermanfaat ketika kita gunakan untuk memajukan negeri ini.

 

Saat ini Negara kita membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar bisa memimpin. Pemimpin yang memiliki niat lurus untuk memajukan negeri, bukan untuk memperkaya diri. Pemimpin yang mampu menjadikan rakyatnya sejahtera, bukan sengsara. 

 

Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggullah kehancuran itu.

 (H.R. Bukhari)


Miris rasanya ketika melihat fenomena pemimpin yang tidak mau mendengar apa kata rakyatnya. Merasa paling benar, menutup mata dan telinga dengan segala persoalan yang ada, serta mampu melenggang kangkung meski rakyat menjerit menderita.

 

Kita ambil contoh, kasus pembakaran hutan. Laporan terbaru Greenpeace Asia Tenggara ‘Karhutla Dalam Lima Tahun Terakhir’ mengungkap kegagalan total pemerintah Indonesia dalam melindungi hutan dan lahan gambut dari pembakaran. Terungkap sekitar 4,4 juta hektar lahan atau setara 8 kali luas Pulau Bali terbakar antara tahun 2015 – 2019.


Sumber: wwww.liputan6.com

 

Data lain menyebutkan, pantauan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperlihatkan hingga akhir September 2020, api telah membakar lebih dari 120 hektar hutan dan lahan di 32 provinsi.

 

Kebakaran hutan ini memang menjadi masalah yang sedang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Ada yang mengatakan itu terjadi karena perilaku warga sekitar. Tapi, ada data yang menyatakan hal tersebut terjadi karena pembukaan lahan untuk perkebunan sawit oleh perusahaan besar.

 

Sumber: www.tribunnews.com


Keberadaan perkebunan sawit ini memang bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Tapi, efek yang luar biasa mengakibatkan kita telah kehilangan hutan yang menjadi paru-paru bumi. Miris sekali ketika melihat hutan yang seharusnya dilindungi berubah menjadi ratusan hektar perkebunan sawit.

 

Itu artinya kita telah merusak ekosistem hutan. Kita juga telah merusak paru-paru bumi. Coba perhatikan, kemana perginya hewan-hewan hutan karena tempat tinggal mereka dirusak dan dialihfungsikan? Apa kita sadara, kita pun telah merampas hak masyarakat adat?

 

Dari satu kasus tentang perlindungan hutan saja, negeri ini masih memiliki PR yang banyak. Dan, menurut saya, satu masalah ini pun sebenarnya bisa memberikan efek kepada banyak sisi, misalkan saja perubahan iklim, kesejahteraan pangan, kesehatan penduduk negeri ini, dan tentu saja pendidikan generasi penerus pun akan terpengaruh.

 

Andai aku mendapatkan garis takdir menjadi pemimpin negeri ini. Lalu, timbul angan dan pemikiran yang lain, apa yang bisa aku lakukan untuk negeri ini?

 

Sebagai seorang pemimpin, tentu saja aku harus memiliki visi. Yap, aku memiliki visi, “Mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, mandiri dan berintegritas”.

 

Mengapa harus sejahtera?

Karena kesejahteraan itu hak semua warga Negara, bukan segelintir orang.

 

Mengapa harus mandiri?

Bangsa ini terlalu hebat dan kaya untuk meminta kepada Negara lain. Kita bisa berdri sendiri dengan segala kelebihan yang diberikan Sang Pencipta kepada negeri tercinta ini.

 

Mengapa harus berintegritas?

Karena dengan berintegritas, kita memiliki karakter kuat dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebaikan.

 

Visi tanpa aksi hanyalah mimpi. Aksi tanpa visi hanyalah buang-buang waktu. Visi yang diiringi dengan aksi, bisa mengubah dunia.

(Joel A. Barker)



Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi.

(Thomas Alva Edison)

 

Dengan visi yang sudah tertulis, maka harus ada aksi yang harus dilakukan. Untuk mewujudkan visi itu menjadi sebuah impian nyata, maka ada beberapa yang harus menjadi perhatian penting:

 

  • Menempatkan orang yang tepat

Right man in the right place, at the right time, can steal millions.

(Gregory Nunn)

Mengapa masalah itu datang, karena seringkali kita salah menempatkan orang. Terkadang kompetisi dan koneksi lebih didahulukan daripada kompetensi. Makanya tidak aneh ketika terjadi penyalahgunaan jabatan, karena memang mereka dipilih bukan berdasarkan keahlian yang dimiliki.

 

  • Membuat kebijakan yang berkiblat pada kepentingan rakyat

Kebahagiaan rakyat, itulah hendaknya sebagai undang-undang tertinggi.

(Marcus Tullius Cicero)

 

Suara rakyat adalah suara Tuhan. Sebagai pemimpin, kita harus memikirkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan golongan apalagi kepentingan pribadi.

 

  • Memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk kesejahteraan rakyat

Kekuasaan hanya memiliki satu tugas – untuk menjamin kesejahteraan social rakyat.

(Benjamin Disraeli)

 

Sumber Daya Alam Indonesia itu meliputi hutan, lautan, minyak bumi, gas alam dan batu bara. Hutan di wilayah Indonesia itu merupakan hutan terluas ketiga di dunia. Tetapi, pembakaran hutan telah menjadikan luas hutan Indonesia semakin berkurang.

 

Selain hutan, sebagain besar wilayah Indonesia terdiri dari lautan. Karena itulah Indonesia mendapat julukan Negara maritim. Potensi ikan laut Indonesia mencapai 6 juta ton per tahun. Potensi laut Indonesia berada di urutan keempat di dunia.

 

Semua kekayaan alam itu tentu saja kalau dikelola dengan tepat, maka akan menjadikan rakyat Indonesia sejahtera.

 

  • Memaksimalkan Sumber Daya Manusia Indonesia

Indonesia harus mengandalkan pada sumber daya manusia yang berbudaya, merdeka, bebas, produktif, dan berdaya saing tinggi.

(B.J. Habibie)

 

Bank Dunia melaporkan Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia pada 2020 sebesar 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada tahun 2018. Sebenarnya ketika kita memaksimalkan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka akan berdampak positif ke berbagai sektor.

 

Itulah beberapa hal yang seharusnya difokuskan. Intinya, saat ini dibutuhkan peran generasi muda dengan pemikiran yang luar biasa. Negeri ini merindukan kehadiran pemimpin yang peka dan peduli dengan kondisi saat ini. Bersikap cerdas dan juga mencerdaskan rakyat. Berpihak pada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, itulah poin penting menjadi seorang pemimpin.

 

 

Tidak ada di dunia ini yang paling berbahaya daripada ketidakpedulian dan kebodohan.

(Marthin Luther King, Jr)

 

 

 

Referensi:

Anas, Abdullah Azwar. (2020). Creative Collaboration. Jakarta: Penerbit Expose

Kasali, R. (2014). Let’s Change. Jakarta: Kompas Gramedia

https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/44219/karhutla-dalam-lima-tahun-terakhir/

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/indeks-sumber-daya-manusia-indonesia-tahun-2020-membaik-dari-2018/

Sunday, June 7, 2020

Ancaman Kekeringan di Tengah Pandemi

June 07, 2020 16 Comments



Saat ini Indonesia sedang menghadapi dua ancaman. Pertama, pandemic Covid-19 yang kurvanya terus menunjukkan peningkatan, terutama di beberapa daerah. Kedua, ancaman kekeringan yang terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia.

Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah yang diprediksi akan mengalami kemarau lebih kering yaitu di sebagian Aceh, sebagian pesisir timur Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung bagian timur, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa tengah bagian tengah dan utara, sebagian Jawa Timur, Bali bagian timur, NTB bagian timur, sebagian kecil NTT, Kalimantan Timur bagian tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Maluku bagian barat dan tenggara.

Menurut penjelasan yang disampaikan oleh Muhammad Reza yang merupakan koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Asasi Air (KRuHA) kepada Ruang Publik KBR, ada 2 pandangan berbeda mengenai krisis. Satu pandangan yang dominan melihat krisis sebagai kelangkaan. Sedangkan, cara pandang lainnya adalah ketidakadilan, artinya krisis air di Indonesia berbeda dengan di negara lainnya.

Dijelaskan pula, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan krisis air, diantaranya:
  • Situasi global
  • Politik
  • Perlakuan terhadap air


Masalah krisis air ini merupakan sesuatu yang sangat krusial, karena hampir 71 persen permukaan bumi tertutup air. Sedangkan pada manusia pun, kandungan air itu sekitar 60%-70% dari berat tubuh. Jadi, bagaimanapun juga dalam kehidupan ini kita tidak bisa dipisahkan dari air. Air merupakan kehidupan. Tidak akan ada kehidupan tanpa air.

Sumber Gambar: www.duniapendidikan.co.id


Sebenarnya kita patut bersyukur karena Indonesia menduduki peringkat ke-4 yang memiliki sumber air terbanyak, setelah Brasil, Rusia dan Kanada. Selain itu, Indonesia pun merupakan satu dari enam negara yang menguasai 50 persen cadangan air tawar dunia. Keenam negara tersebut ialah Brasil, Rusia, Kanada, Indonesia, China, dan Kolombia.

Jadi, kuncinya ialah bagaiman kita bisa memanfaatkan dan menjaga sumber air tersebut, agar tidak terjadi krisi air yang menyebabkan kekeringan. Menurut beberapa sumber, kekeringan yang terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
  • Posisi geografis

Indonesia berada tepat di garis khatulistiwa dan diapit oleh 2 benua serta 2 samudera. Indonesia juga terletak di daerah monsoon. Monsoon merupakan sebuah fenomena alam diaman seringnya terjadi perubahan iklim secara ekstrim karena terjadinya perubahan tekanan udara dari daratan.

  • Penggunaan air tanah secara berlebihan

Faktor ini merupakan permasalahan agronomis. Penggunaan air tanah secara berlebihan yang dilakukan oleh para petani ketika musim kemarau untuk mengairi sawah dan ladangnya, secara tidak langsung membuat cadangan air ikut terangkut.

  • Kerusakan hidrologis

Kerusakan yang disebabkan rusaknya fungsi dari wilayah hulu sungai karena waduk dan saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah besar.

  • Rendahnya tingkat curah uap air dan awan

Terjadinya penyimpangan iklim yang membuat hujan menjadi jarang turun juga dapat mengakibatkan kekeringan di Indonesia.

  • Faktor global warming

Pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca, pemakaian zat-zat kimia, polusi udara dan juga membuang sampah secara sembarangan memang menyumbang peran besar dalam masalah kekeringan ini.

  • Minimnya daerah resapan

Dengan banyaknya pembukaan lahan perubahan alih fungsi lahan menjadi penyebab berkurangnya daerah resapan air. Air hujan yang dulu bisa diserap oleh pohon, sekarang kehilangan area resapan karena hutan sudah berubah menjadi gedung dan perumahan.


Apa yang Sudah Saya Lakukan?

Think Globally, Act Locally 

Yap, saya sangat setuju dengan ungkapan tersebut. Kita boleh dan bahkan harus memikirkan kondisi bumi yang sudah sangat menyedihkan. Pemanasan global menjadi isu yang sangat krusial akhir-akhir ini. Tapi, itu semua hanya akan menjadi sebuah topik pembicaraan yang tak berujung.

Aksi nyata. Saat ini yang kita butuh tindakan. Tidak perlu berpikir untuk melakukan hal besar. Apa yang bisa kita lakukan, lakukan, meskipun itu hal yang mungkin receh untuk sebagian orang. Tapi, kalau saya pribadi, melakukan sesuatu sebisa dan semampu kita, itu jauh lebih bernilai daripada tidak melakukan apa-apa.

Lalu, apa yang sudah saya lakukan dalam menjaga bumi ini, terutama penggunaan air. Saat ini, saya baru bisa melakukan beberapa hal, diantaranya:

  • Mengganti bak mandi dengan shower

Mengapa memilih shower? Berdasarkan penelitian, shower bisa memompa hingga 9,5 liter per menit. Jadi jika kita membersihkan badan dalam 10 menit, hanya membutuhkan 95 liter saja.

Sedangkan ketika menggunakan bathub standard bisa menampung air hingga 190 liter saat kita berendam. Lalu, bagaimana ketika menggunakan gayung? Sebuah bak mandi berukuran standard bisa menampung air hingga 270 liter.

Selain itu, mandi dengan shower pun memiliki manfaat meringankan pegal linu di punggung dan sakit otot. Mandi menggunakan shower juga bisa menghilangkan kecemasan. Satu lagi manfaat yang kita dapat ketika mandi menggunakan shower, uap yang terkumpul ketika kita mandi, berfungsi sebagai dekongestan alami ketika sedang flu.

  • Membiasakan membawa tumbler sendiri

Mengurangi sampah plastik tentu saja merupakan PR terbesar kita semua. Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton diantaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sedangkan kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milyar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.

Oleh karena itu, kondisi tersebut harus dicari solusinya. Kembali lagi, tidak perlu berpikir mengubah kebiasaan dan pola pikir seluruh penduduk negeri ini. Satu hal yang paling penting, apa yang bisa kita sendiri lakukan. Mulailah dari diri sendiri, bersahabatlah dengan bumi, karena itulah tempat kita berpijak saat ini.

  • Mendukung program yang berhubungan dengan penyelamatan bumi

Dengan menulis ini pun, merupakan salah satu cara saya membantu menyelamatkan bumi. Saya belum bisa memiliki kesempatan untuk bisa bertemu dengan para pembuat kebijakan. Atau, saya pun tidak punya kewenangan untuk mengerahkan seluruh warga masyarakat untuk menjaga bumi. Tapi, dengan tulisan yang saya buat ini, saya berharap bisa dibaca dan menjadi inspirasi orang lain untuk ikut sama-sama bergerak menjaga bumi semampu kita.


Saat ini, saya mungkin belum bisa bisa berbuat banyak, tapi setidaknya saya sudah melakukan apa yang saya bisa. Ancaman kekeringan bukanlah hal yang sepele. Efeknya akan terasa ke berbagai sisi, apalagi di saat pandemi ini.

Coba kita perhatikan, ketika banyak daerah yang mengalami kekeringan, maka sektor pertanian akan terkena dampaknya. Para petani akan gagal panen karena sawahnya tidak bisa terairi. Lalu, bagaimana dengan pasokan pangan kita?

Nah, kita bisa mengambil kesimpulan sendiri, kan? Memang solusinya, harus ada turun tangan dari berbagai pihak. Namun, yang terpenting saat ini, mulailah dari diri kita sendiri. Belajarlah bijak dalam memperlakukan air dan perlakukan bumi dengan baik. Kembali saya ingatkan, air itu kehidupan. Tidak ada kehidupan tanpa air. Jadi, jangan menunggu bumi menangis dan marah, baru kita tersadarkan. Save the water, save the earth.



Referensi:


Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.