Follow Us @soratemplates

Showing posts with label review buku. Show all posts
Showing posts with label review buku. Show all posts

Friday, July 2, 2021

Kenali Masalah Remaja dan Solusinya (Dikutip dari buku "Retweet, Yuk!)

July 02, 2021 20 Comments


 


“Kamu tuh gimana sih, jadi anak kok susah banget dibilangin.”

“Pokoknya kamu harus ikut les matematika.”

“Masa kayak gitu aja nggak bisa.”

“Kamu kok kerjaannya main hp terus sih.”

 

Gimana, buat adik-adik yang masih remaja, pernah nggak mendengar kata-kata di atas? Terus, gimana rasanya?

Rasanya pengen tutup telinga aja ya? Kalau udah terlanjur masuk telinga kanan, pengen terus ngalir ke telinga kiri ya, kan?

 

Hmm… Kok saya bisa tahu? Ya tahulah, selain pernah jadi remaja, saya juga pernah mendampingi anak-anak remaja selama kurang lebih 13 tahun. Mendengar curhatan para remaja hampir setiap hari.

 

Bagi kita orang dewasa, boleh saja mengatakan kalau masalah remaja itu tidak serumit masalah kita. Tapi, berbeda dengan mereka. Usia yang baru saja naik dari usia anak-anak. Dari kematangan berpikir tentu saja masih belum, mereka masih berproses belajar memaknai kehidupan. Jadi wajar saja kalau seringkali kita merasa dunia remaja itu unpredictable. Seakan-akan ada sekat yang begitu tebal untuk bisa berkomunikasi dengan mereka. Begitu pun sebaliknya, para remaja merasa orang dewasa tidak peka dengan apa yang mereka rasa dan pikir. Orang dewasa terlalu menuntut lebih dari mereka, nggak asyik dan super ribet.

 

Oke, dalam buku “Retweet, Yuk” saya bahasa detail tentang itu semua. Saya tuliskan apa saja masalah yang ada. Dan, kali ini yang ingin saya bagi salah satu solusi dari permasalahan yang sering terjadi.


 


Ya, sebenarnya inti masalahnya adalah kita tidak benar-benar saling mengenal dan memahami. Bukan anaknya yang selalu salah atau orang tua yang tidak peka, tapi kita sama-sama harus terus belajar menggali ilmu tentang memahami diri sendiri dan orang lain.

 

Contohnya saja, ketika adik-adik remaja merasa memiliki ibu yang cerewet luar biasa. Komentator sepakbola mah kalah deh sama emak kita. Nah, tahu nggak? Menurut Buku Ensiklopedia Mukjizat Al Quran dan Hadis, diterangkan bahwa para ilmuwan menemukan bahwa otak wanita pada wilayah bahasa dan aktivitas motorik serta emosi, tumbuh lebih cepat enam kali lipat dibanding  dibanding otak pria. Otak pria sendiri berada pada wilayah deskripsi kosong, lapang, dan pembatasan tujuan, tumbuh lebih cepat enam kali lipat dibanding otak wanita.

 

Dari pernyataan di atas, jelas sekali alasan mengapa lebih banyak ibu-ibu atau wanita yang suka banyak bicara. Jadi, sekarang kamu nggak perlu heran kalau ibumu lebih cerewet dari ayahmu. Sama halnya bagi kamu yang cewek, pasti kamu lebih cerewet dari teman atau saudaramu yang laki-laki. Itu merupakan hal yang biasa.Tapi kalau ada cewek yang pendiam terus ada juga cowok yang cerewet? Itu baru luar biasa J.

 

Selain itu, kita juga harus terus belajar memahami karakter satu sama lain. Menurut Florence Litteur dalam bukunya Personality Plus, menyebutkana ada empat pola dasar manusia yang harus kita ketahui, yaitu:

  • Sanguinis (yang populer)
  • Melankolis (yang sempurna)
  • Koleris (yang kuat)
  • Phlegmatis (cinta damai)

 

Bagaimana ciri-ciri dari keempat pola dasar sifat manusia itu?

  • Sanguinis

Orang sanguinis selalu berusaha untuk  disenangi oleh orang lain. Mereka sangat suka sekali berbicara. Selain itu emosinya pun kadang tidak stabil, di saat senang bisa berteriak kegirangan, dan secepat kilai ia bisa berubah menangis tersedu-sedu.Orang sanguinis juga kadang pelupa, sulit berkonsentrasi, dan yang paling penting hidupnya tidak mau diatur.

 

Sangat mudah mengenali karakter orang seperti ini. Meja kerjanya pastilah berantakan, sangat sulit untuk tepat waktu, dan sering lupa pada janji.

 

Namun, orang sanguinis sangat cepat bergerak ketika disuruh. Hal ini karena orang-orang dengan karakter seperti ini sering bertindak dengan tanpa persiapan. Orang sanguinis tidak suka perencanaan yang matang.

 

  • Melankolis

Ini kebalikan dari sanguinis. Mereka inilah orang-orang perfeksionis sejati. Apa-apa serba teratur dan tertata rapih. Sebelum melakukan sesuatu harus ada rencana yang matang terlebih dahulu. Orang melankolis juga tidak berani berkata jika tidak ada data dan fakta yang kuat.

 

  • Koleris

Orang koleris sangat suka mengatur orang, memerintah orang lain. Karena sifat inilah, orang koleris sering mendapat julukan bossy. Orang berkarakter koleris juga sangat suka tantangan dan petualangan. Ia pantang menyerah pada sesuatu yang ia inginkan. Orang koleris memang terkenal dengan tekadnya yang kuat.

 

  • Plegmatis

Sifatnya yang kalem membuat ia rela mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak ia sukai. Hal itu ia lakukan karena ia tidak ingin terjadi konflik dengan siapapun juga.

 

Orang plegmatis terlihat dingin dan kurang bersemangat. Tapi ia merupakan seorang pendengar yang baik. Namun, jangan harap ia akan mengeluarkan pendapat  dan memutuskan sesuatu dengan cepat. Orang dengan karakter ini sangat butuh motivasi dari orang-orang di sekitarnya.

 

Untuk  lebih jelas, di bawah ini ada bagan tentang empat pola dasar di atas:




 

Setelah mengatahui karakter kita apa dan karakter orang lain apa, maka kita akan dengan mudah untuk saling memahami. Dengan seperti itu, tentu saja akan meminimalisir masalah. Adik-adik akan paham kalau tujuan orang tua itu baik, dan orang tua pun akan paham kalau anak remajanya bukan tidak hormat, apalagi tidak sayang. Itu semua kembali kepada pola dasar atau watak dari kita. Dan, tentu saja cara setiap orang untuk mengekspresikan rasa sayang dan bagaimana ia ingin disayang itu berbeda.

 

Baca juga: http://www.intandaswan.com/2018/09/5-bahasa-cinta.html


Jadi, intinya jangan pernah menghakimi dulu. Tapi, berpikirlah kalau setiap dari kita itu terlahir unik dengan watak bawaan. Cobalah untuk saling memahami.

 

Buat adik-adik remaja, masa remaja itu hanya diberikan satu kali oleh Yang Maha Kuasa, isilah dengan kisah yang baik untuk dikenang, baik itu oleh kita sendiri ataupun orang-orang di sekitar kita. Penyesalan itu akan datang kemudian. Ketika masa remaja diisi dengna hal-hal baik, maka kita akan dengan mudah menjalani masa dewasa.

 

Buat teman-teman orang tua, yuk terus belajar dalam membersamai anak-anak remaja. Mereka hanya butuh telinga untuk mendengar curhatannya. Mereka hanya butuh tangan untuk memeluk ketika mereka merasa lelah. Mereka hanya butuh ruang untuk dimengerti dan dianggap sebagai sosok manusia yang sedang belajar melangkah dan memaknai hidup.


Oya, saya juga membahas tema ini di Intan Daswan Channel 


 

Yuk, kita belajar mulai memahami karakter agar kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan juga orang lain. 

Think positive. Do the best! :)

Sunday, February 25, 2018

Jalani, Nikmati, Syukuri (Review Buku)

February 25, 2018 0 Comments

Judul Buku            : Jalani, Nikmati, Syukuri
Penulis                    : Dwi Swiknyo
Penerbit                 : Noktah
Tebal Halaman      : 260 Halaman
Tahun Cetak         : 2018
Cetakan                 : Pertama
Harga                     : Rp. 70.000,00

Apa artinya pekerjaan bergengsi, tapi bikin kita mudah stress?
Apa artinya status sosial yang tinggi kalau membuat jiwa kita kering?
Apa artinya kesuksesan kalau akhirnya membuat kita sakit-sakitan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering mampir di pikiran kita. Bukan untuk bertanya tentang kondisi orang lain, tapi lebih tepatnya bertanya pada diri sendiri. Mungkin terlihat sederhana, tapi pertanyaan tersebut memang sering mengusik kita.


Tidak sedikit orang yang merasa lelah dengan rutinitas yang ia lakukan. Merasa apa yang didapatkannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Semangat hidup perlahan hilang. Kita hanya merasa hidup ini semakin tak berarah. Seringkali merasa kebahagiaan tak pernah menyapa hidupnya. Tidak hanya itu, terkadang kita menyalahkan Allah dengan segala apa yang terjadi atas diri kita.

Tetaplah berbahagia. Karena semakin besar rasa khawatir di dalam hati, semakin gelisah, semakin besar rasa takut atas segala urusan dunia, maka semakin tinggi pula tingkat kepasrahan kita kepada Allah. Rasa butuh kepada Allah pun semakin besar. Bahkan setingkat Rasul pun - yang sudah dijamin kemenangan pasukannya - masih terus berdoa, mendekatkan diri, dan memohon pertolongan Allah pada saat mau perang. (Hal. 15)

Lalu, apa yang salah dengan diri kita. Apakaha selama ini kita tidak pernah benar-benar mengenal siapa diri ini dan apa sebenarnya tujuan hidup kita?

Dalam buku ini dijelaskan tentang 4 janji Allah kepada kita, yaitu:
1.        “Jika kalian bersyukur, maka akan Aku tambahkan (nikmat-Ku) untuk kalian.” (Q.S. Ibrahim [14] : 7).
2.        “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada kalian.” (Q.S. A-Baqarah [2] : 152).
3.        Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku kabulkan untuk kalian.” (Q.S. Al-Mu’min [40] : 60)
4.     “Tidaklah Allah mengazab mereka selama mereka memohon ampun (beristighfar kepada Allah).” (Q.S. Al-Anfaal [8] : 33)
(Hal. 23)

Kalau kita melihat dan memahami kembali tentang janji Allah tersebut, tentunya tidak ada lagi keraguan dalam menjalani kehidupan ini. Kita sudah yakin akan semua yang sudah Allah tentukan untuk kita. Tidak ada lagi perasaan mengeluh atau bahkan menyalahkan Allah.


Protes (Mengeluh) è Berprasangka Buruk kepada Allah èDurhaka
(Hal. 35)

Intinya memang ada pada bagaimana kita melihat dan menyikapi kehidupan ini. Ketika kita melihat dari sisi positif, dan menyikapinya dengan positif pula, maka kebahagiaan itu dekat. Memang tidak mudah dan semuanya membutuhkan proses. Proses belajar memahami tujuan hidup yang sesungguhnya.


Bersiaplah. Bertawakal sedari awal. Sebab selalu ada celah untuk kita kecewa. Sekali lagi, meskipun itu hak kita. Benar sekali bahawa rezeki itu tidak bakal tertukar, tetapi bukan itu masalahnya. Ini hanya masalah bagaimana cara kita mengelola rasa bahagia pada sesuatu yang belum (atau baru akan) kita nikmati. (Hal. 43)

Buku ini memang menyajikan beberapa permasalahan yang biasa kita rasakan sehari-hari. Selain itu, penulis juga memberikan tips dan solusi yang berdasarakan Al-Quran, hadits dan juga pengalaman yang ia alami sendiri. Ada 50 bahasan yang dikupas oleh penulis, diantaranya:
1.        Jangan Lupa Bahagia
2.        Yang Penting Yakin
3.        Belajar Menerima
4.        Belajar Melepaskan
5.        Kembali Belajar Melepaskan
6.        Belajar Bahagia
7.        Kejutan dari Allah
8.        Nilai Diri Kita
9.        Insenti dari Allah
10.    Kontes Kesengsaraan
11.    Upaya Memberi Nilai
12.    Kaya Belum Tentu Enak
13.    Hidup Modal Dendam
14.    7 Tanda Kebahagiaan
15.    Kesengsaraan Itu Hanya Ilusi
16.    Ajaibnya Tiga Kata
17.    Jangan Gampang Protes
18.    Tersakiti Saat Berbagi
19.    Selalu Ada Pilihan
20.    Diskusi, Bukan Debat
21.    Kebencian Itu Mematikan
22.    Ketika Semua Serba Salah
23.    Seni Memaklumi
24.    Rumus 9 Barangkali
25.    Ketemu Jalan Buntu
26.    Ketika Kita Difitnah
27.    Kesuksesan yang Tertukar?
28.    Kesuksesan Kita Berbeda
29.    Ketika Hidup Terasa Menjenuhkan
30.    Apa Kamu Mudah Stress?
31.    Jangan Terlalu Serius
32.    Tampil Lebih Kreatif
33.    Hiduplah Hari Ini
34.    Berdamai Dengan Diri Sendiri
35.    Berani Ambil Risiko
36.    Kemudahan Belum Tentu Baik
37.    Awas Budaya Instan
38.    Bukan untuk Dipamerkan
39.    Ternyata Aku Salah
40.    Tidak Perlu Minder
41.    Ketika Salah Jadi Sumber Tawa
42.    Jangan Gampang Baper
43.    Manjakan Diri Sendiri
44.    Haters Itu Anugerah
45.    Siapa Sebenarnya Teman Kita?
46.    Allah Selalu Punya Rahasia
47.    Apa yang Sebenarnya Kita Miliki?
48.    Mencoba Tetap Bertahan
49.    Bersyukur Saat Dipuji
50.    Allah Maha Baik

Bahasan-bahasan di atas disajikan dengan bahasa yang ringan dan renyah. Kita tidak merasa digurui, meskipun ada banyak pelajaran yang kita dapatkan. Gaya tutur penulis begitu apik, sehingga kita seakan-akan diajak ngobrol langsung.

Pembahasan setiap temanya pun tidak terlalu panjang sehingga tidak membuat orang bosan. Tidak hanya itu, adanya sisipan cerita, kisah nyata dan juga komik menjadikan kita begitu menikmati setiap babnya. Kita juga bisa membaca dari bagian mana saja yang kita inginkan, tidak perlu berurutan dari halaman pertama sampai terakhir, dan tentu saja kita akan tetap paham dan mendapatkan esensi dari buku ini.

Oya, kalau dilihat dari tampilannya pun, asyik banget nih buku. Dari mulai cover sampai lay out isinya, semuanya asyik dan keren banget. Apalagi ditambah kertas yang berwarna biru tidak membuat mata kita lelah dan bosan untuk terus menatapnya. Untuk ukuran, buku inipun pas banget, nggak terlalu besar ataupun kekecilan.

Terus, apa dong kekurangannya? Hmm... Sebenarnya hampir tidak ada kekurangan dari buku ini. Tapi, satu yang menjadi pertanyaan saya sebagai pembaca, kenapa di buku ini tidak ada daftar isi? Apa memang dibuat seperti itu? Tapi, sekali lagi, ini bukan menjadi kekurangan atau kesalahan.

Pokoknya buku Jalani, Nikmati, Syukuri ini wajib bin kudu dibaca deh sama kita. Percaya deh akan banyak ilmu dan ‘tamparan’ yang kita dapat setelah membaca buku ini. So, buku Jalani, Nikmati, Syukuri ini pas banget dibaca kita yang masih haus untuk memperbaiki diri. I do recommend this book! J