Follow Us @soratemplates

Friday, June 24, 2022

Menjadi Perempuan Aktif, Kreatif, dan Produktif Bersama IIDN

 

12 tahun IIDN


 

“Sayang banget ya cuman jadi ibu rumah tangga.”

“Apa nggak bosan di rumah terus?”

“Kenapa nggak kerja aja? Bukannya punya ijazah dan keahlian juga?”

 

Sepertinya kata-kata itu begitu familiar mampir di telinga saya. Bagi seorang Phlegmatis Melankolis, tentu saja bukan hal yang mudah untuk bersikap cuek dengan segala komentar tersebut. Tidak jarang itu semua menjadi pemicu overthinking juga.

 

Namun, semua keputusan itu pastilah ada konsekuensinya. Apapun yang menjadi pilihan kita saat ini, pasti ada hal yang menyenangkan dan ada yang tidak. Semuanya kembali kepada diri kita sendiri.

 

Begitu pun ketika kita memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga ataupun ibu bekerja. Tidak ada yang salah dengan kedua pilihan tersebut. Pasti ada alasan yang kuat ketika kita memilihnya. Satu hal yang paling penting, kita bisa bertanggung jawab dengan pilihan itu apapun risikonya.

 

Bagi saya pribadi, ketika saya memutuskan untuk mengambil jeda dari aktivitas yang biasa saya lakukan dan memilih fokus membersamai pasangan dan buah hati, tentu saja membutuhkan keyakinan dan usaha yang luar biasa.

 

Apa saya tidak pernah merasa bosan? Ingin kembali bekerja? Jenuh dengan tetap di rumah selama 24 jam?

 

Pasti saya pernah merasakan itu semua. Apalagi sebelum menikah, saya memiliki kesibukan yang sangat. Selain mengajar Bahasa Inggris (baik di lembaga formal maupun private), saya pun mengajar BIPA khususnya mahasiswa, guru dan pengusaha dari Belanda, mengisi acara motivasi untuk guru dan siswa, memberikan pendampingan kepada anak jalanan dan Desa Binaan serta memberikan private mengaji. Aktivitas Saya mulai mengajar dari pukul 5 pagi hingga 8 malam dari hari Senin sampai Minggu. Bahkan untuk sekadar hadir di acara keluarga besar saja, tidak bisa.

 

Lalu, setelah menikah selama 24 jam berada di rumah. Hmm… Lumayan kaget dan kadang merasa jenuh berdiam diri di rumah. Apalagi mendengar komentar nggak jelas yang dibungkus dengan sebutan basa-basi. Rasanya seakan jadi orang yang nggak bisa apa-apa. Tapi, tentu saja saya harus mencari solusi. Tidak mungkin saya membersamai buah hati dalam kondisi mental yang tidak sehat.

 

Menulis. Menulis itu sebuah terapi, apalagi bagi seorang introvert seperti saya. Alasan lainnya, saya harus bisa bangkit dan tetap berkarya. Saya membutuhkan circle pertemanan yang bisa mendukung hobi dan juga cita-cita saya. Untuk itulah, saya bergabung dengan komunitas perempuan, khususnya yang bisa mengembangkan kemampuan menulis.

 

Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (Aktif – Kreatif – Produktif)


komunitas ibu ibu doyan nulis


Saya yakin, di luaran sana banyak yang merasakan hal yang sama. Karena memang tidak mudah untuk berdiam diri di rumah setiap hari. Apalagi bagi mereka yang sebelum menikah terbiasa memiliki kesibukan di luar rumah. Rasa jenuh pasti akan menyapa, dan bahkan tidak jarang berujung pada kondisi stress.

 

Sedangkan menjadi ibu atau istri itu wajib bahagia. Karena ibu atau istri adalah jantung dari sebuah keluarga. Ketika kita sebagai ibu atau istri merasa tertekan, bosan, jenuh dan semua kondisi mental yang sehat, maka akan berefek negative bagi tumbuh kembang buah hati dan juga keharmonisan dengan pasangan.

 

Perempuan itu diciptakan oleh Tuhan dengan kecerdasan komunikasi. Dalam satu hari saja bisa mengeluarkan sebanyak 20.000 – 25.000 kata. Dan, ketika ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata tersebut, biasanya akan berdampak pada kesehatan mental dan juga fisik. Karena itulah, mengapa perempuan lebih senang ngumpul dan ngobrol.

 

Kelebihan yang diberikan oleh Sang Pencipta ini sebenarnya bisa disalurkan ke arah yang positif. Daripada menghabiskan waktu dengan ghibah, lebih baik hijrah bersama komunitas dengan aktivitas yang lebih berfaedah.

 

Sebagai seorang ibu, kita membutuhkan komunitas yang bisa membantu untuk mengembangkan diri sangatlah dibutuhkan. Berkarya tak selamanya harus meninggalkan keluarga. Meski harus tetap di rumah, kita pun bisa mengembangkan diri. Apalagi di zaman digital, ketika semua hal menjadi lebih mudah dan lebih dekat.

 

Kita para ibu rumah tangga butuh sebuah wadah yang bisa memahami, merangkul dan juga membimbing kita untuk bisa bangkit dan berkarya dari rumah. Berapa banyak kasus criminal yang dilakukan seorang ibu yang penyebabnya karena ibu rumah tangga merasa dirinya tidak berharga, lebih rendah dari yang lain, dan hanya bisa bergantung pada suami.

 

Untuk itulah, kehadiran Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis merupakan sebuah solusi. Para ibu bisa mengembangkan diri meski tetap di rumah. Bahkan ibu bisa menyapa dunia, menebar inspirasi kepada banyak orang melalui komunitas menulis ini.

 

Aktif – Kreatif – Produktif, tagline yang mewakili kita para perempuan. Ya, sebagai perempuan, apapun pilihan kita, ibu rumah tangga ataupun ibu bekerja, sejatinya kita harus menjadi pribadi yang aktif, kreatif dan produktif.

 

Jadilah perempuan yang aktif, banyak hal yang bisa dilakukan dari rumah. Berpikir kreatif untuk menciptakan karya menebar inspirasi. Bijaklah mengatur waktu agar bisa terus produktif menghasilkan karya untuk memberi warna pada dunia.

 

Menjadi ibu itu bukan penghambat untuk menjemput impian. Bergabunglah dengan komunitas yang bisa menjadikan impian kita terwujud. Karena waktu tak akan pernah diputar dan ditukar, jadi teruslah melangkah untuk menjadi perempuan berdaya tanpa melupakan keluarga bersama IIDN.

 

 

 

No comments:

Post a Comment